. . .
1998
Dermaga
Mata sipit dengan kulit putih pucat itu menatap lurus ke arah dermaga sebagai tujuan akhir kapalnya yang telah berlayar hampir 3 tahun lamanya, wajah itu tampak datar walaupun sudah mendengar sayup sayup sorak sorai dari para warga yang sangat menanti kehadiran kapalnya yang membawa sanak saudara dari para warga untuk berlabuh di pulau tempat kelahirannya, namun di dalam benak dan hatinya semua sama saja hambar dan menyakitkan.
Sangat menyakitkan sampai kini pun dirinya mati rasa akan segala hal. Coba bayangkan bagaimana perasaan mu jika kamu menjadi dia? seorang putra yang di besarkan tanpa adanya peran orang tua kandung di hidupnya, hanya segelintir kenangan yang ia punya dengan kedua orangtuanya namun itu juga yang membuat perasaan dan batinnya sesak setiap kali mengingatnya.
Ia sangat benci, benci ketika hadir ke kota tempat ia di lahirkan, benci dengan amarahnya benci dengan egonya benci dengan semuanya yang membuat dirinya tumbuh menjadi pria yang tidak memiliki hati.
Arga, sebut saja begitu, anak dari mantan kapten nahkoda laut yang terkenal tuan Min, memang Arga akui nama sang ayah di kenal hampir di seluruh penjuru lautan namun Arga benci setiap kali ia mendengar nama sang ayah di agung agungkan karna apa yang ia ketahui tentang ayahnya jauh berbeda dari isu isu yang ada.
Di tinggalkan saat umurmu masih belia, hanya di besarkan oleh sang nenek dan mendapat pahitnya di bully oleh orang orang, menyebabkan Arga tumbuh menjadi pria yang kaku, pendiam, arogan, dan keras kepala.
Namun dengan jabatanya kini Arga sangat di segani, di dalam menjalankan profesi nya Arga adalah nahkoda yang bijaksana dan pemberani ia sudah membelah lautan selama 10 tahun lamanya menjadikan dirinya sedikit lupa akan rasa sakit masa kecilnya namun menambah kesan dingin pada dirinya.
"Kapten apa kami sudah bisa menurunkan jangkar untuk pelabuhan terakhir? " Tanya salah satu bawahan Arga .
Arga hanya mengangguk seadanya membuat sang bawahan mengerti atas anggukanya itu, semua orang sungguh sangat segan terhadap Arga, ia sangat jarang sekali berinteraksi dengan orang orang kapal, menghabiskan waktunya untuk mengemudi kapal.
KESELAMATAN PENUMPANG YANG PALING UTAMA
Selogan yang selalu Arga ucapkan tat kala semua orang mengunjing tentang bagaimana dirinya yang haus kerja, dia hanya ingin menenangkan pikiran, hanya ingin merasa damai dengan dirinya sendiri tanpa gangguan orang lain.
. . .
Pelabuhan terkahir kota yang membuat dirinya ada, Arga turun paling akhir menatap semua orang saling berpelukan melepas rindu dengan tawa, tangis bersatu di dermaga itu menyisakan Arga yang menatap datar semua orang merasakan dirinyalah manusia paling kesepian di muka bumi ini.
" Halo nak Arga, selamat atas kejayaanmu selama ini, paman tidak menyangka kamu sudah sebesar ini" Pria dengan kerutan di wajahnya itu menepuk bahu tegap sang nahkoda, menatap penuh bangga padanya.
"Ya, tapi sepertinya aku tidak akan lama di sini" Sang paman mengerutkan dahinya seolah bertanya mengapa?
"Aku tidak mau kembali kesini jika bukan berkaitan dengan pekerjaan ku paman" Sang paman hanya bisa menggulum bibirnya dan mengangguk.
"Paman mengerti, tapi nak, jangan simpan dendam terlalu lama di hatimu, hatimu juga butuh hiburan hm?, jadi cobalah sedikit membuat hatimu bahagia ya" Usai mengucapkan kalimat itu paman yang kerab di panggil (pak adwi) meninggalkan Arga.
"Aku tidak akan pernah mencobanya" Gumam Arga.
Arga yang malang, batin masa kecilnya yang terguncang membuat dirinya tidak mau membuka hati bahkan ia tidak pernah merasakan apa itu cinta.. . .
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
pelayaran tak sampaimu
Short StoryAwalnya aku tidak menduga akan mencintaimu sedalam ini, Tuhan memang membiarkan ku memberikan cintaku dan merasakan cintamu tapi sayangnya Tuhan tidak memberikan izin kita untuk bersama sampai rambut ini memutih. "Tunggu aku di sana ya.... Aku menc...