.. .
"PERGI DARI RUMAHKU! "
BRUK
Mendengar suara ribut-ribut Sea dengan cepat berlari menuruni tangga menuju halaman depan.
Matanya melotot melihat Arga begitu teganya mendorong seorang pria tua yang berumur sama dengan ayahnya.
"Kau gila?!, dia orang tua!" Sea dengan cepat memapah pria paruh baya itu untuk berdiri dari jatuhnya akibat dorongan Arga.
"Dia tidak pantas di sini!, dia manusia yang tidak memiliki hati!, kau Sea masuk! " Sea menggeleng kuat.
"Di sini yang tidak punya hati itu kau!, dimana sopan santumu! " Arga menarik pergelangan tangan Sea cukup kuat hingga dapat di rasakan Sea lengannya berdenyut sakit dan di pastikan akan tampak bekas tangan Arga.
"Sakit lepas!, kau kasar! " Arga mengeram pelan lalu menarik Sea masuk namun sebelumnya ia hempaskan pintu gerbangnya agar pria paruh baya yang kini menangis itu tidak dapat masuk.
Bruk
"Jangan ikut campur dengan urusanku dasar bocah!, kau tidak tau menau soal urusanku cukup diam dan belajar! "
Brak
Arga menghempaskan pintu kamar Sea yang memang terpisah dengan kamarnya, Sea memegang pergelangan tanganya yang memerah itu.
"Sialan! "
. . .
Satu bulan lagi telah di lalui mereka dengan kondisi yang masih sama, tidak berubah barang seharipun, mereka terlalu kaku dan yah___ sama sama egois, mereka menghabiskan waktu di kamar masing masing hanya bertemu saat makan di meja makan dan itu pun jarang Arga lakukan karna dirinya terlalu sibuk di kamar.
"Sebenarnya siapa pria tua waktu itu?, kenapa dia menyebut Arga dengan kata nak? "
Terlalu fokus memikirkan hal itu Sea sampai tidak sadar Arga tengah berdiri di depan pintu kamarnya membawa sekantung pelastik yang entah isinya apa.
"Kau gila berbicara sendiri" Suara itu mengejutkan Sea yang secara otomatis berbalik badan dari posisi awalnya menghadap jendela
"Kau tidak bisa mengetuk pintu dulu ya?!"
"Banyak sekali bicaramu"
Tung...
Arga melempar pelastik itu di kasur , dan meminta Sea untuk memeriksanya.
"Gunakan itu tepat pukul 19.00 , tidak ada kata terlambat" Sea mengerutkan dahinya.
Arga pergi begitu saja usai mengatakan itu, dia membuka pelastik itu dan mendapati sebuah gaun berwarna biru muda yang sangat cantik.
"Apa apaan ini" Sea mengeluarkan gaun itu dan mencoba mencocokanya pada tubuhnya dan benar gaun ini pas di tubuhnya.
. . .
19.02"
"Lamban! "
"Aku hanya telat dua menit!, bersabarlah gaun ini tidak mudah di gunakan! "
"Alasan klasik, cepat masuk mobil! "
Mereka berkendara di malam hari tanpa obrolan sedikitpun menambah kesan sunyi.
"Jangan membuat ku malu di pesta itu! "
"Jika kau tidak malu seharusnya kau pergi sendiri! "
"Diam kau! Melawan saja! "
. . .
"Wah wahhh kapten kita sudah datang, apa kabar komandan? " Gelak tawa menyambut kedua pasutri yang baru memasuki ruangan dansa.
"Hah kau ini bisa saja, aku baik, bagaimana dengan bisnis tidak jelasmu itu? " Keduanya tertawa berbarengan.
"Bisnis itu sudah ku lakoni lama namun karna istriku yang seperti singa, akupun berhenti biasa wanita" Apalagi memangnya bisnis tidak jelas para lelaki kalau bukan wanita club malam.
Di lain sisi Sea berdiri sendiri di sisi ruangan dengan gaunnya dan tas gandong kecil yang hanya berisi uang yang tak seberapa.
Lelah juga kalau berdiam diri begini di tambah berdiri pula, ia bukanya tidak mau ikut dengan Arga namun Arga dengan langkah besarnya itu meninggalkan Sea, jelas mereka tidak bergandengan tangan akur saja tidak, Arga tidak peduli mau dia di public ataupun tidak.
Intinya dia memang tipe orang yang terlalu apa adanya sampai statusnya yang tidak jelas pun dia tak masalah, angap saja ia mengajak istrinya itu sebagai pemanis di atas statusnya.
"Hai___" Sea terkejut saat tepukan pelan terasa di bahunya yang telanjang.
. . .
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
pelayaran tak sampaimu
Short StoryAwalnya aku tidak menduga akan mencintaimu sedalam ini, Tuhan memang membiarkan ku memberikan cintaku dan merasakan cintamu tapi sayangnya Tuhan tidak memberikan izin kita untuk bersama sampai rambut ini memutih. "Tunggu aku di sana ya.... Aku menc...