. . .
Tubuh dengan tinggi 160 itu berjalan menghampiri salah satu kucing yang tampaknya kelaparan di pinggir jalan, dengan seragam sekolah lengkapnya, ia berjongkok memberi sepotong ayam miliknya yang ia simpan di tempat makan untuk makan siang di sekolah.
Tangan gemuk itu mengelus bulu putih kucing jalanan yang tampak kurus,Sea merapalkan kalimat yang hanya bisa ia dengar dan mungkin kucing itu dengar juga, Sea sangat menyukai hewan, tak ayal jika setiap harinya banyak anjing maupun kucing menghampiri dirinya saat pulang sekolah maupun berangkat sekolah.
Setiap harinya Sea berjalan kaki menuju sekolahnya yang tidak jauh dari rumah, hanya butuh 10 menit untuk bisa sampai di sekolah, Sea juga memiliki teman namun karna sifatnya yang agak cuek jika bertemu pria makanya dia hanya memiliki teman wanita.
"Kau kurus sekali ck ck, majikanmu dimana, coba aku lihat kalung namamu" Sea menarik kalung itu untuk mengetahui nama dari si kucing.
"Snowi, wahhhh nama yang bagus meng,"
"Kau sedang apa disini?, apa kau tidak sekolah? Atau kau bolos" Sepontan Sea menoleh saat suara berat milik seorang pemuda menegurnya dari arah kanan, Sea mengerutkan dahinya saat tidak asing dengan pria itu.
"Ow kau yang di rumah waktu itu ya?, enak saja mengatai diriku bolos, memang nya sekarang jam berapa? " Pria tersebut hanya mengulurkan tanganya yang tertempel jam tangan di sana.
"Hah! Jam tujuh, kenapa baru memberi tahu ku dasar!, ini jaga kucing ini jangan sampai hilang nanti pulang sekolah akan ku mandikan dia" Sea menggendong kucing itu lalu memberikannya pada Arga, yap pria tadi itu Arga yang kebetulan sedang jalan jalan sembari mencari angin.
"Hey enak saja aku tidak mau, kau bawa saja ke sekolah"
"Huu dasar pelit om satu ini, sudah bawa saja ke rumah ku, titip pada ayah ribet sekali si, dah aku mau sekolah" Dengan kaki yang beralaskan sepatu hitam yang hampir robek Sea berlari kecil menuju sekolah meninggalkan Arga yang tengah menggendong kucing putih yang sedikit kotor.
"Meoww___"
"Ck, kucing dan majikan sama sama menyusahkan! " Gerutu Arga namun ia tetap mematuhi sea mengajak kucing itu ke rumah Sea.
. . .
"Paman___" Sang paman menoleh dan menemukan Arga tengah menggendong kucing putih dalam pelukanya.
"Apa ini benar Arga?, Arga yang dulu tidak menyukai hewan? Sekarang kau menyukai hewan ya nak wah___"
"Ck, bukan paman ini ulah anak mu itu, aku tadi bertemu denganya di jalan, kalau tau begini tidak usah ku tegur saja dia" Keluh Arga sembari menurunkan kucing itu ke rumput.
"Hahahah kau ini, pantas saja paman merasa aneh, ternyata ulah Sea, anak paman memang sangat menyukai hewan nak kau lihat saja halaman belakang penuh dengan kucing dan anjing" Arga tidak merespon apapun hanya membersihkan bajunya dari buku bulu kucing yang rontok.
"Baiklah aku pergi dulu paman, aku akan bersiap untuk ke makan nenek" Paman hanya mengangguk.
. . .
Seminggu sudah Arga hanya berdiam diri di rumah, tidak ada yang istimewa selama di sini hanya kebosanan dan kesunyian, ingin rasanya ia segera pergi dari kota ini jika saja tidak ada hal yang harus di bicarakan sang paman pada dirinya tepat pada hari ini.
Entah mengapa pamanya itu membuat acara khusus tepatnya pertemuan khusus yang di adakan di rumah paman, tidak biasanya, tanpa berpikir hal hal yang buruk Arga dengan segera mengenakan pakaian rapinya lalu pergi menuju rumah paman menggunakan mobilnya.
Tapi jujur perasaanya tidak enak sejak pagi tadi, apa yang salah padanya?, entahlah ia sudah berusaha menghempaskan pikiran buruk dari benaknya itu.
Di sepanjang jalan Arga menyesap sebatang nikotin yang hampir tersisa setengah itu, mulutnya dengan telaten Mengmebuska kepulan asap yang bau di sepanjang jalan, menenangkan diri paling ampuh menurutnya dengan mengisap tembakau ini.
. . .
Arga memarkirkan kendaraannya di luar pintu gerbang rumah pamannya itu, ia memasuki halaman yang sudah di suguhi bunga bunga yang berjejer cantik di sepanjang jalan namun bagi Arga itu biasa saja, tidak ada yang wah di hidupnya.
"Arga kau sudah datang rupanya" Dengan anggukan kepala seadanya sembari membuang rokok miliknya lalu menginjaknya dengan sepatunya, ia di sambut hangat sang paman.
"Kebiasaan buruk mu itu ya, jangan ulangi lagi jika berada di sekitaran rumah paman, Sea tidak menyukai baunya" Arga hanya mengangguk kembali, dalam hati masa bodo dengan anaknya, ini suatu kenikmatan.
"Silahkan duduk, aku pergi untuk memanggil putri ku dulu ya"
Selang beberapa menit Sea dan ayahnya turun melewati tangga dengan Arga yang menatap keduanya lamat dari meja makan, ia baru kali ini melihat penampilan yang berbeda dari Sea, gadis itu sedikit terlihat kalem dan anggun.
"Duduk nak" Sea mengangguk dan duduk tepat di sebelah Arga dengan gaun kuningnya, malam itu Sea terlihat cantik seperti wanita tak seperti biasanya yang Arga liat Sea gadis yang tak bisa di atur.
"Jadi apa maksud paman memintaku kemari? " Belum juga sepotong ayam masuk ke mulut ayah Sea, Arga sudah mencecarkan pertanyaan yang menganggu pikiranya sejak tadi. Ayah Sea menegakkan tubuhnya bersiap untuk berbicara.
"Jadi begini, ayah mu dan aku sudah membuat suatu perjanjian sejak kalian belum lahir" Arga mengerutkan dahinya sedangkan Sea asik menyantap makanan dengan dunianya sendiri.
"Maksud paman aku dan bocah ini? " Arga menunjuk Sea dengan dagunya yang terangkat.
"Kalian sepakat di jodohkan"
Uhuk uhuk uhuk!
Sea terbatuk tanpa henti, sampai nasi keluar melalui hidungnya, dengan cepat Sea berlari ke arah kamar mandi sedangkan Arga berusaha memproses semuanya, setelah konek dia berdiri dengan tegas.
"Tidak, tidak akan pernah aku menyetujui perjanjian bodoh itu!"
"Tapi nak"
Arga pergi meninggalkan makan malam itu dengan keheningan, arga berjalan dengan mencaci maki ayahnya dan kejadian tadi melongarkan dasinya lalu melaju dengan kecepatan tinggi menembus gelapnya malam.
.. .
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
pelayaran tak sampaimu
Short StoryAwalnya aku tidak menduga akan mencintaimu sedalam ini, Tuhan memang membiarkan ku memberikan cintaku dan merasakan cintamu tapi sayangnya Tuhan tidak memberikan izin kita untuk bersama sampai rambut ini memutih. "Tunggu aku di sana ya.... Aku menc...