5

10 5 0
                                    

. . .

Hari pernikahan berjalan dengan lancar tanpa hambatan namun hanya sedikit tamu yang datang itu pun hanya teman dan rekan ayah Sea, mempelai sama sama diam membisu tidaka da tangis maupun tawa di antara keduanya hanya flat.

Sederhana memang namun, apa artinya pernikahan mewah tanpa rasa cinta, Arga sudah kepanasan dengan tuxedo yang ia kenakan semetara Sea hanya diam menatap buanga dan cincin di tangannya.

Gerah tidak tertahan Arga pergi meninggalkan Sea yang meneteskan air mata, ayah Sea yang melihat itu hanya bisa bersabar.

. . .

Kediaman Arga

Arga memang sudah menetukan dimana nanti mereka akan tinggal dan di sinilah di kediaman Arga yang tidak begitu besar karna ia baru membeli rumah Ini saat ia baru saja tiba di kota kelahirannya.

Pagi ini Arga berniat untuk pergi keluar sekedar mencari angin namun matanya tertuju pada gadis yang kini dah di sebut sebagai istrinya itu tengah memasak, ia tidak tau sebelum nya kalau gadis yang selama ini susah di atur bisa memasak, yang Arga pikir Sea itu manja.

"Mau kemana?, ini sarapan mu" Dengan wajah yang sama sekali tanpa ekspresi Sea meletakan semua hidangan di meja makan tanpa menatap Arga.

"Kau saja aku tidk nafsu makan dengan masakanmu" Ingin rasanya berteriak meluapkan semua emosinya, sudah berusaha berbuat baik di pagi Ini tapi masih saja tidak di hargai, padahal Sea sudah mau melakukan kewajibannya, sampai sampai ia harus berangkat ke sekolah sedikit siang hari ini.

"Terserah" Kalimat terakhir yang Arga dengar sebelum kakinya menginjak pergi dari pintu rumah.

. . .

Di perjalanan menuju sekolah Sea sedikit mengerutu karna ia harus berjalan ke sekolah dengan waktu yang mepet
"Ck, selama ini aku tidak pernah semepet Ini pergi ke sekolah" Sea berjalan di trotoar dengan tergesa gesa membawa tas kain selempangnya dan kantong makan siang yang sudah ia buat.

Dengan sandal jepit yang terbuat dari rotan ia berjalan dengan langkah besarnya, sepatunya full rusak akibat derasnya hujan waktu itu, setelah memasuki perkebunan warga barulah ia bisa bernafas lega karna pintu gerbang sekolah yang terbuat dari kayu belum tertutup yang berarti dia belum terlambat.

Meskipun sang suami yang bernama Arga Jaya Putra itu sangat kaya yang terbilang mapan dan juga tampan pastinya, Sea tidak mau barang sedikit pun memanfaatkan kelebihan suaminya itu, ia tidak mau menghamburkan uang yang bukan menjadi haknya walau di mata hukum itu juga haknya.

"Haaaas..... Untung saja" Ucapnya dengan Bahu yang naik turun mengeluarkan nafas lelah.

. . .

Makan siang

Puk___

Sea sedikit terkesyab dengan tepukan pelan di bahunya, ia menoleh dan menemukan gadis seusianya tersenyum lembut membawa nampan aluminium dengan lauk tempe dan telur dadar.

"Bagaimana hari mu? " Sea agak sedikit mendelik mendengar kalimat yang seharusnya biasa saja baginya namun memang agak berbeda untuk kali ini.

"B-baik, kalau kau? "

"Aku____ haaaaa.... Aku lelah sekali, ayah memaksa diriku menikah dengan lelaki yang tidak ku kenal dan sialnya dia sudah beristri"

"Uhuk uhuk" Sea tersedak mendengar itu, dengan cepat -karin- mengambilkan minum.

"Apa????!!!, ayah mu gila ya?! " Ucapnya dengan nada tinggi, seolah olah dia tidak ada di situasi seperti karin.

"Hey tenang____ aku masih memikirkan itu tapi jika aku menolak, ayah akan di hajar habis habisan Sea, jadi tidak ada pilihan lain"

Karin, anak pertama dari dua bersaudara, baik, pintar, dan penyabar dia adalah teman akrab Sea, karin dan dirinya memiliki nasib yang sama jadi ketika karin berbicara demikin Sea tidak mampu membantu, karna mereka sama sama orang susah, tidak ada yang dapat di lakukan apalagi di usia mereka yang sekarang.

"Maaf____ kali ini aku tidak dapat membantumu" Sea tertunduk lemas, dengan bahu yang jatuh memikirkan nasib dirinya dan temannya ini.

"Sudah tidak apa, aku bahagia menjalaninya selama keluarga ku selamat" Sea terdiam, bukankah itu juga yang ia pikiran dulu?? Saat ayahnya meminta untuk menikah?.

"Tidak ada yang lebih berharga dari keluarga Sea, apapun akan ku lakukan" Sea mengaduk nasinya dengan perasaan yang campur aduk.

"Apa semua pria sebajingan itu?! "

Tbc

pelayaran tak sampaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang