Hot Night Scene

2.7K 282 65
                                    

( Note : Kalau lupa prev chapter bisa dibaca dulu ya baru balik kesini lagi)

....

..

.

Semuanya sudah direncanakan dengan matang. Bahkan ketujuh orang yang terlibat pun begitu yakin bahwa rencana Chanyeol kali ini akan berhasil. Tapi seharusnya Chanyeol sudah menyadari dari awal bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Berawal dari Baekhyun yang marah dan merajuk karena kondom, seharusnya membuat dirinya sadar bahwa rencana itu harus ditunda terlebih dahulu.

Namun keinginannya untuk melamar Baekhyun begitu besar, mungkin ia terlalu percaya diri atau mungkin Tuhan tidak sedang memihaknya kali ini. Rencananya begitu sederhana, ia akan memberikan kejutan pada Baekhyun dengan menyusulnya ke Seville. Dibantu oleh keempat sahabat Baekhyun untuk menyewa café dimana mereka pertama kali bertemu setelah perceraian mereka sebagai saksi biksu hubungan mereka menuju ke jenjang pernikahan.

Kemudian Yoora, Luhan dan Nayeon akan terbang dari Seoul dengan membawa seluruh hal penyempurna termasuk cincin seharga 100 juta won yang ia pesan jauh-jauh hari bahkan butuh dua bulan untuk menyelesaikannya.

Itu sangat sederhana, tentu saja bagi seorang Park Chanyeol. Namun siapa yang menyangka cincin itu hilang begitu saja ketika Nayeon dengan ceroboh meninggalkan tasnya di dalam taksi dan sekarang taksi itu pergi entah kenapa.

"A-ku minta maaf... huweee... aku a-akan mengganti cincin itu oppa." Nayeon masih menangis sejak sejam yang lalu dan Chanyeol hanya bisa memijat pelipisnya. Semua orang tidak ada yang berani bicara bahkan Yoora yang biasanya mengambil alih pembicaraan.

Wajah mereka pucat pasi bahkan penampilan mereka yang semula rapi terlihat begitu berantakan, terutama Bobby dan Krystal yang berlarian disepanjang Seville untuk mencari tahu plat taksi yang mereka pikir akan mudah untuk ditemukan.

Baekhyun bangkit setelah selama hampir satu jam mencoba menenangkan Nayeon dan memilih hanya mengamati keadaan di tiga puluh menit terakhirnya. Memperhatikan wajah orang-orang sekitarnya yang nampak begitu ketakutan, kecewa, lelah dan bersedih.

Untuk itu ia bangkit dengan sedikit helaan nafas berjalan menuju Chanyeol yang berdiri di dekat jendela yang tidak bicara sama sekali untuk waktu yang lama. Baekhyun begitu mengenal Chanyeol dengan baik, pria itu akan membentak ketika marah, atau menangis, namun puncak kemarahannya adalah diam tanpa bicara karena seluruh emosinya tidak dapat ia salurkan dengan baik.

Ia tidak mungkin membentak Nayeon setelah apa yang gadis itu lakukan untuk membantunya, peristiwa itu hanyalah salah satu kesialan untuknya dan kesialan seseorang tidak ada di dalam kelender, itu yang selalu Baekhyun ucapkan ketika menghadapi sosok Chanyeol yang pendiam seperti ini.

"Lelah?" bisik Baekhyun sambil bergabung dalam keterdiaman yang lebih tinggi. Chanyeol menoleh sebentar, mengangguk dan kembali menatap kosong pada langit malam.

"Uhm, aku tidak tahu harus memulai darimana, tapi terima kasih." Ucap Baekhyun lagi, kali ini Chanyeol benar-benar memperhatikan ucapannya, bahkan membalikkan tubuhnya untuk menatap yang lebih pendek.

Baekhyun tersenyum, senyum yang begitu indah dan tulus. Sejenak Chanyeol termenung, bagaimana bisa wajah itu tidak menampakan kekecewaan sama sekali setelah apa yang baru saja terjadi, hingga ia sadar bahwa Baekhyun akan bersikap jauh lebih dewasa darinya ketika dirinya sendiri mulai bersikap kekanakan, saling menyempurnakan dalam situasi tertentu, seperti pasangan ideal pada umumnya.

"Maafkan aku!" gumam Chanyeol pelan sambil menundukan arah pandangnya, sama sekali tidak berani menatap mata yang lebih pendek.

"Untuk apa? Tidak ada yang salah disini."

Memories Of The SevilleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang