.
.
.
.
.
.
.Setelah kepergian orangtuanya, Ten belum beranjak dari sofa. Ia duduk sambil memainkan ponsel, rasa kantuknya hilang akibat kekesalan yang sedang ia netralkan sejak satu jam lalu.
"Bersihkan dirimu dan tidur"
Sebuah suara mengalihkan fokus Ten.
Itu Johnny.
Ten menatap tajam pria tinggi di depan yang sepertinya baru saja selesai mandi, terlihat dari aroma sabun maskulin dan rambutnya yang hampir mengering.
"Kau mencoba mengaturku sekarang?"
balas Ten sembari menyipitkan matanya.Memasukkan kedua tangan di dalam saku celana pendek hitamnya.
"Ya, kau tidak suka?"
balas Johnny.Seperti biasa gaya bicara Johnny yang tenang.
Ten berdiri.
"Menyingkir"
Ia melewati Johnny.
Setelah beberapa lama, Ten keluar dari kamar mandi bawah mengenakan kaos dan celana jeans yang robek di bagian lutut dengan jaket di genggaman tangannya.
Omega brandal
Sedikit terburu, Ten berjalan cepat ke pintu keluar.
"Mau kemana kau"
Suara Johnny berhasil menahan langkah Ten.
Pria itu sedang duduk bersantai di sofa, Ten yakin Alpha itu sedang menangani berkas berkas perusahaannya.
Kacamata yang menghiasi kedua matanya memberitahu Ten bahwa pria bernama Johnny itu sedang bekerja.
"Tentu saja keluar. Balapannya sebentar lagi akan dimulai"
jawab Ten sedang memeriksa sesuatu yang mungkin ketinggalan dari kantong celananya."Aku tidak mengizinkanmu"
Hendak melanjutkan langkah tapi terhenti karena mendengar kalimat dari sang Alpha.
Ten menoleh pada Johnny.
"Apa?""Masuk ke kamarmu, ini sudah malam"
balas Johnny tidak peduli seperti apa raut wajah Ten sekarang.Ten berjalan mendekati Johnny.
"Hei Davinson! Apa hakmu —
"Aku berhak"
mutlak Johnny.Ia memotong ucapan Ten lalu menatap tajam omega itu.
"Kau tanggung jawabku sekarang, jadi jangan coba coba untuk melanggar aturan ku"
Johnny mengucapkan semua itu dengan tenang.
"Oh? Benarkah?"
Ten berdecih."Sudah kukatakan aku tidak akan tunduk padamu, Tuan kaya raya! Jangan mengaturku!"
Johnny memegang ponselnya menghubungi entah siapa.
"tutup gerbang mansion"
Hanya mengatakan itu, Johnny memutuskan panggilan lalu meletakkan ponselnya.
Mendengar itu, tentu Ten marah.
"Yaaa bajingan sialan, apa maksudmu? Sejak kapan kau mulai mengambil ahli semua urusan pribadiku"
Johnny menghentikan kegiatannya pada berkas berkas itu.
Berdiri
Duduk di pinggiran sofa yang cukup dekat posisi Ten berdiri sekarang.