1.ANAK KECIL SORE ITU

0 0 0
                                    

****

Anak kecil sore itu,

"Keyna! Kamu baris disana! Kita bakal mulai tanding!!" Pinta salah satu Teman seorang Gadis yang di sapa dengan panggilan 'Keyna' itu. Gadis yang bernama Keyna tersebut mengangguk semangat dan mendorong sepedanya menuju garis start, Mereka akan berlomba balap sepeda! Siapa yang tercepat sampai di garis finish akan menjadi pelayan mereka untuk bermain Raja dan Ratu.

"Siap ya kalian semua!"

"Iya siap!" Ucap Anak anak itu serempak saat mendapat aba - aba dari teman mereka yang akan menjadi wasit perlombaan ini.

Sebuah daun besar yang di genggam si wasit pun di lempar asal ke atas dan para peserta segerea melajukan sepeda mereka menuju garis finish. Teman teman mereka yang tidak memiliki sepeda pun hanya bisa berdiri di pinggir lapangan untuk menyemangati temannya yang sedang bertanding, Salah satunya Kajesha Ahasha, Yang tadi berbicara dengan Keyna.

"KEYNA SEMANGAT! KEYNA SEMANGAT!" Ucap Yara dengan nada yang menggebu - gebu, Tampak ikut merasakan kesengitan di antara lawan lawan Keyna yang lain yang berusaha saling menyalip untuk mengelilingi lapangan yang luas nan besar itu sebanyak tiga kali.

Keyna kini berada di posisi ke dua, Di depannya ada Anak lelaki yang sangat senang menjahili Keyna dan teman temannya yang lain, Keyna dengan cepat kembali menggoes sepedanya secepat mungkin dan melewati Lelaki di depannya.

Keyna melewati lelaki di depannya dengan hati yang begitu antusias untuk memenangi perlombaan, Ia menoleh kebelakang dan memeletkan lidahnya pada Lelaki itu, Hal itu membuat keseimbangannya sedikit hilang dan berhasil di dahululi oleh lelaki tadi.

Berakhir lah Keyna disini dengan juara dua, Keyna menghela nafas, Setidaknya dia mendapat juara dan tidak menjadi pelayan, Ia hanya menjadi anak dari ratu.

"Udah mau bunyi masjid, Aku pulang dulu ya! Dadah!" Satu persatu teman teman Aylona mulai pergi meninggalkan lapangan, Kini tersisa dirinya sendirian bersama sepeda kecilnya yang sudah ada sejak ia berumur 4 tahun, Di belikan Ibun.

Dengan merasakan perih di bagian pergelangan kakinya karena tergores gayuh sepeda, Keyna mulai menaiki sepedanya dan menggoesnya untuk pulang menuju rumahnya.

"Aku nanti halus bilang apa ke ibun ya ..." Gumamnya selama perjalanan Menggoes sepedanya, Ia menatap lurus kedepan dengan mata menyipit menatap seorang anak lelaki yang berdiri di depan salah satu rumah di perumahan.

Keyna memelankan goesannya, Dengan Reflek Keyna memberhentikan sepedanya tepat di depan rumah lelaki itu saat dirinya mendapat tatapan yang menyebalkan dari Lelaki yang berdiri tak jauh darinya saat ini.

"Kamu kenapa lihatin aku kayak gitu?!" Keyna bertanya kesal, Yang di balas dengan tatapan yang semakin tajam oleh anak lelaki itu.

"Ih belani natap selem ajah!" Sindir Keyna dengan bersedekap dada di atas sepeda yang dirinya duduki, Ia berjinjit untuk menahan sepedanya agar tidak oleng.

Tampak anak laki - laki itu melempar asal mainannya ke arah aspal depan pagar rumahnya, Ia berjalan dengan kaki di hentak - hentakkan menghampiri Keyna. "Kamu kenapa gak lari?!" Tanyanya Kesal, Tangan di sisi kiri dan kanannya sudah mengepal sempurna tandanya Marah.

"Lali? Ih kenapa aku halus lali!" Ucap Keyna bingung, Amarahnya yang tadi meluap luap berusaha ia tahan karena rasa penasarannya.

"Iya! Kamu gak lihat aku marah?!" Tanya si bocah dengan mata menjam, Ia mendekat ke arah Keyna dan mencubit kecil tangan Perempuan itu.

"Aw Aww! Ih anak nakal!" Keyna menghempaskan tangan Lelaki itu dari tangannya dan segera menggoes sepedanya untuk pergi dari sana.

****

Lelaki itu menatap anak kecil yang terlihat lebih muda darinya yang sudah berlalu pergi meninggalkannya di depan pagar rumah seorang diri, Tanpa seorang teman satupun. "Kenapa dia enggak takut yah?" Bingungnya, Ia kembali berbalik badan dan merapikan mainannya yang beberapa saat lalu ia lemparkan ke aspal.

"Maafin aku ya, Aku jadiin kamu alat biar dia takut sama aku, tapi dia enggak takut sama sekali." Ajiel berucap sembari mengelus mainannya lembut, Ia membawa tiga mainan itu kedalam genggamannya dan berjalan memasuki rumahnya.

"Kapan aku bisa punya teman yang terima aku apa adanya?" Gumamnya memasuki rumah yang nampak sepi karena hanya ada tiga orang yang menetap disini, Dirinya, Abangnya, Dan Papanya. Dan .. Mama.

"Hei! Kenapa bengong?" Tanya Luvian yang baru saja turun dari tangga, Ia menghampiri anak keduanya yang berumur 8 tahun itu, Namanya Ajiel Ghiarstar

Ajiel membalasnya dengan gelengan dan senyuman kecilnya. "Ajiel malam ini mau tidur di kamar Mama sama papa ya," Ucap Ajiel dengan semakin mengembangkan senyumannya.

Hal itu membuat Luvian tersenyum pahit, Ia mengangguk yang artinya siap menerima permintaan anaknya. "Nanti mau tidur sendiri atau di temani papa or abang?" Tanya Luvian sembari mengambil alih mainan di tangan anaknya dan membawanya berjalan menuju lantai dua.

"Di temani abang! Kemarin lusa sudah di temani papa, Bukan?" Jawab Ajiel lantang di selingi pertanyaan yang harusnya di balas 'iya' oleh Papanya itu.

Luvian mengangguk, Ia membuka pintu kamar anaknya dan menyimpan kembali mainan Ajiel ketempat semula.
"Bersih - bersih, Habis itu turun makan malam ya." Ucap Luvian dan berlalu pergi meninggalkan kamar Pribadi Ajiel, Tak lupa sebelum benar benar pergi ia menutup rapat pintu putranya.

Ajiel melihat kepergian Papanya dengan lesu, Setelahnya berjalan memasuki kamar mandi dengan perasaan campur aduk, Sungguh Ajiel merindukan sang mama.

****

"Ajiel. Jiel?" Panggil Geriel pada adiknya di dalam kamar, Karena tak kunjung mendapat jawaban Geriel menarik gagang pintu kamar Ajiel dan memasuki kamar tersebut.

Terlihat Ajiel tengah kesusahan memakai baju dan menoleh menatap Geriel dengan muka yang tidak bisa di kondisikan, Hal itu membuat Geriel tertawa lepas. "Bisa minta tolong, Kan?" Sindir Geriel pada Adiknya, Hal itu hanya di balas putaran mata malas oleh Ajiel.

"Kalau ada mama, Tanpa Jiel minta tolong pun mama bakal selalu bantu dan nemenin." Ajiel melangkah lebih dulu meninggalkan Abangnya setelah bajunya di rapikan dengan baik oleh abangnya.

Geriel menatap punggung adiknya yang semakin jauh semakin hilang punggungnya karena menghilang di balik anak tangga. "Lo jadi sengsara gini ya, Gak ada mama." Geriel terkekeh getir, Setelahnya berjalan menyusul adiknya kebawah untuk makan malam.

"Jadi tidur sama abang?" Terdengar suara sayup sayup dari arah dapur, Sepertinya suara milik Papanya.

Sesampainya Geriel di meja makan ia dapat melihat anggukan dari Ajiel. "Iya, Sama bang Riel." Ucapnya dan mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya setelah geriel mendudukkan dirinya di kursi di sebelahnya.

"Tidur di kamar abang?" Tanya Geriel memastikan, Jarang sekali Adiknya mau tidur Di kamarnya.

****

Thankyou and ily- Kyl's.

THE ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang