Tabung-tabung kaca tersusun rapi dalam barisan rak. Tabung-tabung lainnya berjejer abstrak di atas meja keramik dengan ukuran dua kali satu meter. Pintu tertutup rapat hingga cahaya mentari sulit memasuki ruangan minimalis ini, sehingga sulit membedakan pergantian siang-malam. Bau-bau semerbak khas kimia tercium sangat menyengat walau dilapisi dua lapis masker sekalipun.
Dalam ruangan tertutup ini, Gabriella terfokus dengan laptop di hadapannya. Duduk di atas kursi panjang yang memang tersedia di sana. Matanya fokus Membaca ulang laporan mengenai objek eksperimennya dengan teliti, berharap tidak menemukan sedikitpun kesalahan di dalamnya.
Ceklek
"El, laporan hari ini." Damian datang dari balik pintu sembari menyerahkan laporan harian dari objek eksperimen mereka, sembari mendudukkan dirinya di samping kiri Gabriella
Gabriella menerima laporan tersebut, dan langsung membacanya dengan teliti sembari sesekali membandingkan antara laporan yang dibawa Damian dengan laporan yang sedang ia baca ulang di laptopnya.
"Hmm, untuk hari ini kondisinya cukup stabil, bahkan lebih stabil dari sebelumnya." Ucapnya sembari meletakkan kertas laporan yang ia pegang ke atas meja, "kondisi tubunya pun sangat stabil untuk manusia biasa yang menerima banyak obat-obatan dengan unsur kimia yang tinggi." Lanjut Gabriella.
"Ya, kau benar. Daya tahan tubuhnya memang sangat kuat. Entah itu memang dari tubuhnya sendiri atau memang susunan kekebalan tubuhnya sudah terbiasa dengan bahan-bahan kimia itu." Jawab Damian dengan analisisnya sendiri.
"Ayolah kawan, dia sudah menerima itu bahkan sejak masih dalam kandungan ibunya. Jelas dia sudah sangat terbiasa." Kata Charles dengan nada tengilnya, dan langsung duduk di samping Damian. Diikuti Andreas yang duduk di samping kanan Gabriella.
Charles dan Andreas rupanya memasuki ruangan tepat setelah Damian masuk. Mereka berdua tidak langsung bergabung dalam pembicaraan kedua manusia berbeda gender itu, melanikan meletakkan beberapa tabung kecil berisi cairan berbagai warna dalam meja keramik yang ada di sana.
"Kau terlalu menggampangkan sesuatu, dude." Balas Damian dengan sinis,
"berbagai sel baru telah dimasukkan kedalam tubuh manusia eksperimen itu. Jadi bisa saja sistem kekebalan tubuhnya memang terbentuk dari banyaknya sel baru yang ia dapatkan selama ini." Jelas Charles dengan malas.
"Percaya diri sekali dengan ucapanmu itu." Cibir Damian sembari melirik sinis Charles.
Meskipun yang dia tahu bahwa perkataan yang Charles ucapkan memang benar, mana mau dia menyampaikannya dengan gamblang. Ia tidak akan mau mengalah dari Charles. Sangat kekanakan.
"Tentu saja. Pria tampan dan genius sepertiku tidak perlu merendahkan diri bukan?" Sombong Charles membalas cibiran Damian.
"Cih. Bukan tampan dan genius, tapi lebih tepatnya jelek, bodoh, dan gila." Sarkas Damian.
"Kau---"
"Cukup!" Interupsi Gabriella memotong perkataan Charles. "Jika masih ingin berdebat, lanjutkan diluar." Tegas Gabriella menghentikan perdebatan tidak bermanfaat kedua rekannya tersebut.
"Jadi, bagaimana hasilnya?" tanya Gabriella setelah memastikan tidak ada lagi perdebatan yang keluar dari Damian dan Charles seraya kembali mengalihkan pandangannya ke layar laptop di depannya.
"Baik."
"Buruk."
Jawab Charles dan Damian secara bersamaan.
"Dia bertanya padaku, bodoh!" ucap Charles disertai tatapannya yang sinis.
"Aku yang dari tadi berbicara dengannya, sudah jelas jika Ella bertanya padaku." Jawab Damian tak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Authority
Science FictionOtoritas tertinggi tidak hanya dimiliki oleh sang pemimpin Negara. Terkadang orang-orang yang berada dibalik sang pemimpin lah yang memiliki hak tertinggi atas tatanan dunia. Dalam cerita ini, akan dibuktikan seberapa besar dan seberapa mengerikanny...