Eleventh

3.9K 273 12
                                    

"Setelah kamu sadar jarangnya kamu dipahami,kamu akan lebih sering diam" Angkasa











Cara makan malam telah usai, Berlin memilih untuk pergi ke taman belakang melihat cuaca malam hari yang terasa segar, dengan banyaknya bintang yang terang.

Duduk di bangku dengan di temani segelas coklat hangat, membuat Berlin senang, jarang-jarang dirinya menghabiskan waktu sendiri dimalam hari, tanpa adanya tekanan meskipun dalam jiwa dan kehidupan yang berbeda.

"Ku harap secepatnya"

"Jangan terlalu lama tuhan, aku rindu mereka"gumamnya, mendongak melihat banyaknya bintang, yang terang benderang menerangi kegelapan dengan keindahannya.

"Apa yang terlalu lama?"

Pemuda itu duduk disisi kosong sebelah Berlin, menatap anak itu lekat, bertanya akan apa yang ia dengar tadi.

Berlin menengok kesumber suara, dan mendapati Alon disampingnya, kenapa? bukankah anak itu akan selalu menghindar kalau ada dirinya, dan akan selalu marah-marah tidak jelas, tapi lihat sekarang, dia malah mendekatinya dan bahkan ia duduk disampingnya, sungguh aneh!

Apakah kepalanya terpentok sesuatu sampai membuat dirinya begitu, entahlah ia pun tak tau.

"Apa?"

"Kenapa disini, dingin kau tau"

"Ingin saja"

"CK! Sebenarnya ada apa dengan dirimu, apa ini semua hanya aktingmu belaka, agar kami peduli padamu?"

Berlin diam, menunggu kelanjutan dari kata-kata yang akan diucapkan oleh kakak ke empatnya itu.

"Jangan berharap,ingat! Karena kau mommy harus mati!"ujar Alon

Berlin mendongak, menatap bintang yang paling terang diantara lainnya, seolah itu adalah seseorang yang telah berpulang dan bersinar disana.

"Apa dengan perubahanku membuat kalian tak menemukan tatapan polos dan memelas lagi?"

"Kau tau betul Alon, bahwa diri ini dulu sangat amat terobsesi dengan kasih sayang, perhatian kalian pada ku-

"Tapi, seiring berjalannya waktu, aku memilih menyerah tak lagi ada keinginan mendapatkan apa yang ku impikan dalam sebuah keluarga-

"Apa kau dan yang lain tak berfikir, seorang bayi yang baru lahir harus di salahkan karena meninggalnya sang ibu-

"Ck! ck!, Sungguh miris, apa kalian fikir aku mau dilahirkan jika taunya hanya menjadi bahan cacian dan hinaan kalian!-

"Hahahaha! Kalian terlalu naif, menyalahkan seorang bayi, seoalah ia yang melakukan pembunuhan kepada ibunya, pemikiran yang sangat bodoh"

"Kalian seharusnya bersyukur masih dapat merasakan kasih sayang seorang ibu, tidak sepertiku tak mendapatkan semuanya dari sebuah keluarga"

"Rasa sakitku tumbuh karen kalian, benciku tumbuh juga karena kalian, seharusnya kalian sadar, mommy memilih menyelamatkan aku untuk hadiah terakhirnya untuk kalian sebelum tuhan mengambilnya-

_CHANGE_Where stories live. Discover now