Thirteen

3.2K 245 3
                                    

"jangankan manusia,langit pun
akan berubah kala waktunya"_Angkasa

*

*

*

*

*

*

*

*

*

Setelah tidur panjang hampir seharian Berlin tertidur di brankar rumah sakit, membuat seluruh badannya terasa sakit luar biasa.

Ia hanya selalu berfikir, apakah jika dirinya lama tinggal disini, akan jadi langganan pasien rumah sakit.

Yang benar saja! Coba kalian bayangkan 2 kali kalian masuk rumah sakit dalam kurun 1 Minggu lebih, jika berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, mau sampai berapa kali ia masuk rumah sakit.

Padahal dulu waktu dirinya di kehidupannya dulu anti club-club yang namanya masuk rumah sakit, lah ini kok malah jadi pelanggan setia.

Pusing angkasa memikirkan itu semua, ia ingin cepat-cepat mengakhiri semuanya dan kembali pada keluarganya.

Biarkan keluarga Angkasa ia tinggalkan, toh biar mereka sadar akan kesalahan, bahwa setiap kesalahan sulit untuk di maafkan.

"Ber! Berlin!"

Berlin terjengit kaget, kala mendengar teriakkan menggelegar milik Zian teman laknatnya itu.

Menengok dan memandang temannya tanpa minat, entahlah sedari bangun dari tidurnya tadi, ia merasa malas untuk berbicara kepada siapa pun.

"Lo kenapa dah?! Ada yang sakit? Atau apa! Ngomong lah dari bangun Lo cuma diem baek kek Mannequin"kesal Johan

"Iya cil Lo dari tadi cuma diem baek, kayak gak ada semangat hidup"ceplos Wira membuat Zian dengan cepat menyentil mulut Wira

"Emang"

"Hah?!"

"Gue udah capek pengen nyerah aja"ujar Berlin membuat mereka yang ada di ruangan itu terdiam termasuk Doris Alion ddk

Mereka memang sedari awal tidak ada yang pulang, atau berniat pergi dari ruangan Berlin

"Kenapa?"tanya Raga penasaran kala melihat pandangan sendu bercampur kosong milik Berlin

"Gue disini seakan cuma banyangan, yang terlihat di kala terang dan menghilang di kala berada di kegelapan"

"Gue capek kalo hidup gue cuma monoton Mulu tiap hari, gue juga pengen kali di mengerti-

"But, impossible, gue di kehidupan ini di dunia ini seakan cuma jadi seorang figuran doang-

"Hahahaha! Kan emang iya! Cuma figuran yang gak ada artinya"

Mata biru itu menatap Raga dengan pandangan yang sulit di artikan, Raga tak faham sebegitu lelahnya kah Berlin pada semua dan memilih untuk menyerah

Doris mendengar semua ucapan Berlin, ia berfikir telah membuat putranya sengsara di dunia ini karena dirinya.

Padahal dia adalah satu-satunya peninggalan sang istri yang paling berharga.

_CHANGE_Where stories live. Discover now