bab 3. Hamil

759 16 4
                                    

Walaupun dia membenci suaminya, akan tetapi Resti tetap menjalankan perannya sebagai seorang istri layaknya pasangan pada umumnya. Dia yang menyiapkan sarapan untuk suaminya.

"Kamu jangan merasa di atas awan, yah! Hanya karena, kita bisa duduk berdampingan di meja makan layaknya suami istri. Ingat aku gak pernah cinta sama kamu, ini murni karena papa dan mama," jelas Richard.Dia berbisik di telinga Resti penuh dengan penekanan.

Perempuan itu memutar kedua bola matanya dengan jengah, saat menanggapi ucapan pengakuan laki-laki itu.

"Aku, enggak perduli. Mas!" jawab Resti balas berbisik di telinga laki-laki itu.

Mata Richard menatap nyalang ke arah Resti, dia mengepalkan tangannya yang berada di bawah meja makan.

"Berani sekali dia melawanku, sampai kapanpun kamu enggak akan pernah aku lepaskan," batin Richard berkata sembari terus menatap perempuan itu.
Laki-laki itu mengabaikan titah sang Papa, untuk segera berbulan madu dengan sang istri. Dia lebih mementingkan bersama dengan sang kekasih, saat ini dirinya sedang menghabiskan waktunya berdua di dalam unit apartment milik perempuan itu.

Entah kenapa tubuh Resti seolah-olah menjadi candu untuk laki-laki itu, dan sejak melakukan hubungan suami istri dengan Resti. Dia seperti mati rasa dengan sang kekasih, entah perasaan apa yang dia rasakan saat ini.

"Sayang, kamu kenapa sih?" tanya Sisilia sebal, pasalnya dia sudah sangat bernafsu, akan tetapi laki-laki itu malah meninggalkan nya di atas ranjang miliknya.

"Aku sedang tidak ingin, mungkin lain kali. Sebab siang ini aku ada meting yang tidak bisa aku tunda lagi," jelas Richard. Dia melangkah menuju kamar mandi guna membersihkan dirinya dan bersiap untuk berangkat kembali ke kantor.

Setelah bersiap untuk berangkat, dia menghampiri sang kekasih mengecup sekilas bibir perempuan itu.

"Aku berangkat," pamit Richard

"Tunggu!" Sisilia berkata sembari mencekal tangan laki-laki itu agar tidak pergi "kapan kita pergi berlibur?" tanyanya kembali.

"Secepatnya, aku harus selesaikan pekerjaanku dulu. Kemudian kita akan berangkat" jawab Richard dan berlalu dari hadapan Sisilia.
Sisilia mengepalkan tangannya dan memukul-mukul ranjang miliknya, guna menahan kekesalannya.

***

Suara musik yang berdentum sangat kencang, yang dimainkan oleh Diskjokey memekak kan telinga siapa saja yang mendengar. Di bawah lampu kerlap kerlip seorang laki-laki bersama sahabatnya sedang menikmati beberapa minuman, yang sudah dia pesan sebelumnya.

"Woi, udah! Lu udah mabok, bro." Bobby berkata ke arah Richard, kemudian dia menarik botol alkohol yang sedang dipegang saat itu oleh sahabatnya.

"Diem, lu!" selak Richard mengambil kembali botol minuman nya. "Gue benci perempuan itu, lagi-lagi dia penyebab gue harus nurutin perintah papa," umpatnya dengan meracau tak jelas.

"Kenapa? Lu ada masalah,? Percuma juga gue nasehatin nih manusia, orang dia lagi mabok gini," decak Bobby. "Woi sini lu!" panggilnya, sang asisten dari sahabatnya." Anterin bos lu pulang, dia udah mabok berat," titahnya kemudian.

Dengan susah payah sang asisten memapah sang bos, untuk dia antarkan pulang ke kediamannya. Saat sudah berada di rumah, seperti biasa istri dari bos nya itu hanya bisa mengekorinya saja, lalu dia yang akan membawanya menuju lantai atas kamar milik sang bos.

Saat asisten suaminya sudah pulang, Resti mulai membersihkan tubuh suaminya dari sisa-sisa muntahan laki-laki itu.

"Kamu itu bisa gak sih Mas, enggak bikin aku kesal," geram Resti di sela-sela kegiatannya membuka kemeja.

"Apa tadi kamu bilang?" tanya Richard mencengkram dagu Resti.

"Sakit-" ucap Resti dengan lirih.

"Perempuan sialan, gara-gara kamu, papa merubah semua hak warisnya menjadi namamu. Jika aku menceraikanmu."

Istri Kontrak Tawanan CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang