bab 5. Hanya sekedar rasa iba

572 12 0
                                    

Sisilia bergegas naik ke lantai atas di mana kamar miliknya nerada, dia langsung membuka paksa pintu kamar tersebut. Kemudian perempuan itu menatap horor ke arah Richard yang saat itu tengah menekuk kepalanya seperti orang yang sedang frustasi.

"Yang!" Panggil Sisilia ke arah Richard "kamu habis ngapian? Kamu digoda sama perempuan sialan itu?" Cecar Sisilia dengan pertanyaan yang beruntun.

"jawab, yang! Kamu habis ngapain? kok, rambut kamu basah gini?" tanyanya kemudian.

"Hemm, aku kena cipratan air shower, saat aku mengguyur perempuan itu" Richard terpaksa berkata bohong, agar Sisilia sedikit lebih tenang.

"Benar?" tanya Sisilia tak percaya, dan hanya diangguki oleh laki-laki itu.

Dia menekankan kembali pada dirinya, bahwa dia masih sangat-sangat mencintai Sisilia. Entah perasaan apa yang dia rasakan untuk Resti, apakah hanya sekedar rasa iba atau sebatas rasa bersalah. Karena Dia telah memperlakukan Resti dengan tidak berperasaan.

"Aku sudah lapar, sebaiknya kita sarapan di luar saja." Pinta Sisilia yang langsung bergelayut manja di lengan Richard, kemudian perempuan itu langsung membawanya untuk turun ke lantai bawah agar cepat bergegas pergi dari rumah.

Saat sudah berada dilantai dasar rumahnya, laki-laki itu memperhatikan sekeliling ruangan. Seperti sedang mencari keberadaan Resti, tapi nihil. Perempuan itu tampak tak terlihat sama sekali. Kemudian Richard berlalu keluar dari rumah bersama Sisilia.

Saat ini Resti sedang berada di dalam kamar miliknya. Rasa-rasanya dia sudah tidak sanggup lagi berada dirumah ini, seperti berada di dalam neraka. Dia mengepaki baju-bajunya yang berada di dalam lemari untuk dia masukkan ke dalam koper miliknya dan dia bertekad untuk pergi hari ini juga.

Saat dia sedang membereskan sebagian perlengkapannya, tiba-tiba Richard masuk dan segera mengunci pintu kamar itu.

Dia menatap nyalang apa yang dilakukan Resti saat itu sedang membereskan pakaiannya. Richard menghela napasnya, kemudian dia menghampiri Resti. "Jangan pergi," ucapnya.

Resti mendongakkan kepalanya menatap Richard "apa, yang mengharuskan aku untuk tetap berada di rumah ini?" tanyanya. Matanya memancarkan kebencian terhadap suaminya.

"Ya karena kamu istriku," jawabnya dengan sangat yakin.

Resti tertawa lebar mendengar ucapan Richard "istri?" tanyanya kemudian "istri macam apa yang kamu maksud?" tanyanya kembali penuh dengan penekanan "dan kamu!" tunjuk Resti ke arah Richard tepat di depan wajah laki-laki itu sambil kembali tertawa lebar seperti mengejeknya "apa pantas disebut suami, yang memperlakukan istrinya sebagai pelacur!!" ucapnya sambil berteriak meluapkan kekesalannya.

"Diam!!" Selak Richard sambil menghampiri Resti, "kamu, enggak boleh ke mana-mana. Ikuti apa kataku!!" ucap laki-laki itu dengan tegas. Setelahnya dia berlalu keluar dari dalam kamar tersebut dan pergi begitu saja.

Resti mengepalkan kedua tangannya, meluapkan kekesalannya. "Aku benci kamu, Mas! dasar laki-laki sialan," umpatnya sembari berteriak, dia melempar kopernya hingga baju-baju yang sudah di bereskan berhamburan.

****

Setelah kejadian waktu lalu, Resti lebih banyak mengurung dirinya di dalam kamar. Lebih tepatnya menghindari 2 manusia yang sering membuatnya sakit hati, dia hanya keluar di pagi hari saat mereka belum bangun untuk menyiapkan sarapan, dan kembali saat mereka sudah bangun. Begitupun malam hari, dia akan mempersiapkan makan malam, setelah selesai, dia masuk kembali kedalam kamarnya.

Jangan lupakan badannya yang terlihat semakin kurus, kehamilannya menyebabkan menurunnya daya nafsu makan untuk Resti.

Sore ini dia duduk sendiri ditaman samping dekat kolam renang rumahnya, pandangannya menatap pada satu pohon mangga di halaman belakang, yang tidak jauh dari tempat dia duduk saat ini. Kemudian dia menatap perutnya yang sudah sedikit membuncit, dielus dan diusap-usap perutnya. Rasa-rasanya air liurnya seperti ingin menetes saat membayangkan dia menggigit mangga muda tersebut, tapi dia hanya bisa diam dan terus menatap mangga muda yang menggelantung di pohon itu.

Istri Kontrak Tawanan CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang