bab 6. Kenyataan pahit

608 12 2
                                    

Pipi Resti terasa kebas atas tamparan yang dilayangkan oleh Elsa-Mama mertuanya, selama ini Elsa tau bahwa Richard telah menikah lagi dengan perempuan yang dicintainya. Bahkan saat ini sedang mengandung anaknya Richard.

Resti merasa aneh, mendapatkan tuduhan bahwa dia yang menyebabkan Sisilia pingsan. Dia sendiri bingung apa yang sudah dilakukannya, sampai-sampai mertuanya mengancam dia. Untuk saat ini dia hanya bisa diam, biarkan waktu yang menjawabnya.

Apa yang mertuanya katakan barusan? "Menantu!!! aku pun menantunya. Tapi menantu yang tidak dia harapkan, bahkan menantu yang tidak sama sekali dia anggap. Baiklah aku akan berperan sebagai menantu cadangan, yang sewaktu-waktu akan dia buang. Aku akan mengikuti semua alur yang Tuhan gariskan untukku," batinnya berkata.

Dari pagi bahkan sampai menjelang sore dia hanya berada di dalam kamarnya yang sempit dan lusuh, tidak ada aktifitas apapun di rumah ini. Rumah yang luas dan semewah ini tampak tak berpenghuni, padahal di dalam kamar ada seorang perempuan sedang meringkuk merenungi takdirnya.

Resti tidur meringkuk ke arah jendela kamar, sembari mengelus perutnya yang sudah sedikit agak membuncit, dia menatap keluar jendela kamarnya.  Tanpa disadarinya seorang laki-laki datang, dan langsung masuk ke dalam kamarnya, kemudian mengunci pintu.

"Res!" Panggil Richard ke arah Resti, laki-laki itu berjalan kemudian dia duduk disebelah istrinya yang saat itu sedang berbaring di atas kasur.
Sontak saja panggilan itu mengagetkan Resti, perempuan itu langsung duduk dan menoleh ke arah sumber suara tersebut.

"Mas, gimana keadaan mba Sisil?" tanya Resti to the point.

Dia sudah tidak perduli jika harus di siksa atau di marahi, yang terpenting dia tahu keadaan istri kedua suaminya.

"Sisilia baik-baik saja-"

"Anak kalian, bagaimana?" Selak Resti dengan pertanyaan.

"Anak kami baik-baik saja," jawab Richard "maaf atas semua sikap Mama"

"Iya Mas, aku mengerti. Semoga anak kalian baik-baik saja dan Mbak Sisilia sehat terus," ucap Resti tulus mendoakan madunya, dia berpikir sejenak ragu untuk menyatakan sesuatu tentang keinginannya saat ini. Perempuan itu menghela napasnya, kemudian menatap suaminya. "Mas, ijinkan aku pergi. Agar tidak ada lagi penghalang untuk kebahagiaan kalian, soal harta. Aku sendiri yang akan meminta pengertiannya sama Papa," ujarnya kemudian penuh dengan permohonan.

Laki-laki itu menggelengkan kepalanya, lalu berkata "kamu akan tetap menjadi istriku, dan akan selalu berada dirumah ini" jawab Richard.

Terdengar helaan napas dari perempuan itu "Mas-"

"Enggak Res,"

"Rumah tangga kita sudah tidak baik-baik saja, Mas" Resti menatap ke arah Richard "aku di sini yang salah, karena aku hadir di antara kalian" jelasnya lagi.

"Enggak, aku yang salah. Aku yang egois, aku tau kalau anak yang kamu kandung adalah anakku-"

"Bukan, Mas. Ini bukan anak kamu, ini anak aku dan kekasihku. Maaf aku berselingkuh, ijinkan aku pergi Mas." Ujar Resti tanpa mau menatap Richard.

Seketika mata Richard membola atas ucapan dan pengakuan Resti "kamu," tunjuk Richard ke arah wajah Resti "dasar perempuan murahan" hardiknya, kemudian tanpa sadar laki-laki itu menapar Resti sembari mencengkram kuat leher perempuan itu.

"Ma-af, Ma-s" ucap Resti memohon dengan terbata-bata, napasnya tercekat atas cekikan laki-laki itu. Dia memejamkan matanya menahan rasa sakit ditenggorokannya.

"Perempuan sialan, jangan berharap aku akan menceraikanmu. Dan kamu akan tau siapa aku" seringai licik terbit dari bibir Richard sembari mendorong tubuh Resti.

Istri Kontrak Tawanan CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang