Brownies Date

72 4 1
                                    

Suara dentingan bel rumah membuat si penghuni keluar dari sarang nyamannya. Dengan kaos longgar berwarna putih, celana santai, dan sandal rumah, sosoknya muncul dari balik daun pintu dan menyapa hangatnya senyuman sang tamu. Tak ayal si pemuda kaos putih ikut menerbitkan senyuman. Rasa hangat meletup-letup didalam dada melihat sosok pujaan hati yang berdiri didepan pintu.

"Selamat siang, kakak," sapa Keonhee. Ditangan pemuda itu telah lengkap satu Tupperware besar berwarna ungu dengan satu paper bag penuh cemilan. Pemilik rumah balas tersenyum, lalu membuka pintu lebar-lebar mempersilahkan pacar imutnya untuk memasuki teritori pribadinya.

Keonhee melepaskan sendal jepit yang dipakainya. Mengganti dengan sandal berbulu miliknya yang memang sengaja ditinggalkan di rumah Seoho. Ia melangkahkan kakinya memasuki area ruang tamu, meletakkan segala macam camilan yang dibawanya di atas meja.


"Mama sama Papa kemana, Kak?" Tanya Keonhee yang celingukan mencari keberadaan dua orang yang biasanya akan paling heboh saat pemuda itu mengunjungi kediaman sang pacar.

Seoho mengendikan bahu, membantu menata jajanan yang telah dibawa repot-repot oleh pacarnya itu. "Lagi urusan bisinis, biasalah," jawabnya.

"Oh, tumben gak ngikut? Biasanya 'kan ikutan," tanya Keonhee lagi sambil berjalan menuju dapur sambil membawa Tupperware berisi brownies hasil eksperimennya di rumah tadi, disusul Seoho yang juga membuntuti pemuda itu menuju dapur.

"Males, mending molor dirumah." Mendengar jawaban sang pacar, Keonhee mendengus. Jiwa malas Seoho ini udah terlanjur mendarah daging. Jadinya susah banget diajakin keluar. Yah, gak heran sih.

"Mau minum apa, dek?" Seoho bertanya. Ia membuka kulkasnya dan melihat apa saja yang masih tersimpan didalamnya. Sementara Keonhee melirik singkat. Botol kaca dengan isi berwarna merah dan bergambar kelapa di botol kacanya menggoda imannya.

"Marjan aja, deh, Kak," ujarnya. Keonhee berjalan kearah ruang tamu dengan membawa sepiring brownies coklat dan meletakannya di atas meja. Pantatnya mendarat sempurna di sofa sembari mencomot satu potong brownies.

Tak lama kemudian, dua gelas sirup dengan tambahan jeruk nipis sebagai garnish tersaji diatas meja. Si Waiters dadakan tersenyum tampan, melakukan crusty ala-ala bangsawan dengan tangan kanan yang diletakan di dada kiri, tangan kirinya dibelakang badan, dan membungkuk singkat dengan gerakan anggun.

"Silahkan dinikmati, yang Mulia," ujar Seoho layaknya pelayan yang melayani tuan putrinya. Tak ayal, pemuda yang lebih muda dibuat tertawa melihat tingkah sang pacar. Ia tersenyum, menundukan kepala singkat lalu mengangkat gelas sirup diatas meja.


"Terimakasih," jawabnya diiringi tawa kecil. Seoho ikut melontarkan tawa. Didaratkan tubuhnya di atas sofa empuk disebelah pacar tersayang. Sekarang lengannya melingkar di pinggang Keonhee yang memainkan ponselnya sembari mengunyah sisa brownies yang digigitnya. Kepala Seoho bersandar dibahu, sementara matanya ikut melirik isi ponsel Keonhee.


"Kok tumben banget kesini? biasanya juga sama Hwanwoong," tanya Seoho, membuat Keonhee mengalihkan pandangan dari layar ponselnya, melirik wajah Seoho yang bersandar di bahu kirinya melalui sudut mata.


"Sekarang 'kan hari minggu, jadi dia ngedate sama pacarnya," jawab Keonhee. Tangannya kini mencomot satu lagi brownies dan disodorkan tepat di depan wajah Seoho. "Mau gak, Kak?"

Laki-laki rambut hitam yang tengah bersandar memang tak menjawab. Tapi bisa Keonhee lihat bahwa ia tengah membuka mulutnya lebar-lebar bersiap melahap Brownies yang dibuat kekasihnya dengan sepenuh hati.

"Enak gak, Kak?" Keonhee bertanya, ia menatap Seoho yang masih mengunyah browniesnya dengan tampangnya yang agak beler itu.

"Enak, kok. Gak gitu manis, Mama pasti suka ini," ujar Seoho dibalas senyuman sumringah oleh Keonhee.

Setelah itu sunyi. Keduanya sibuk sekali dengan urusan masing-masing. Keonhee dengan ponselnya yang menampilkan beberapa chat dari dosennya yang sedang mengejar tugas mahasiswanya. Sedangkan Seoho melamun sambil masih memeluk pinggang Keonhee.


"Kuliah lo gimana?" Tanya Seoho kembuka kembali suasana sepi yang tadinya merengkuh.

Keonhee menerawang jauh, menatap langit-langit rumah Seoho sebelum menghela nafas berat. "Ya gitu," ujarnya.

"Pak Dosen di kampus ngasi tugasnya random banget, Kak. Masa iya gue disuruh nanem jamur terus dimasak. Mana disuruh jadiin kaldu jamur bubuk lagi," ujar Keonhee.

Seoho jadi ketawa. Beneran, deh. Anak Agro ternyata random semua karena berasal dari ajarannya. Pantas saja manusia kaya Hwanwoong gak bener jalan pikirannya.

"Kakak sendiri gimana? Kuliahnya aman sama PKL-nya aman, kah?"

Seoho mengendikan bahu. Dia menegakkan tubuh dan mencomot satu jajan lagi sebelum menjawab. "Ya gitu-gitu aja. Di Management mah, cuma belajar duduk di depan komputer doang. Makanya pantat gue makin tepos," jawabnya.

Keonhee ketawa lagi. Gak terasa aja, waktu bergulir cepat sekali. Padahal Datangnya Keonhee dengan Tupperware ungu dan juga sekantong cemilan disiang bolong tadi baru saja terjadi, sekarang sudah sore saja. Keonhee melirik jam dinding yang terpasang apik di atas foto keluarga besar yang terpajang didinding. Menunjukan pukul lima sore yang menandakam ia harus pulang sebelum dilempar panci oleh Bundanya akibat ia baru sadar belum merapikan dapurnya setelah bereksperimen.

Maka dengan berat hati, ia bangkit dari duduknya. Tak lupa membawa harta berharga sang Bunda, alias kotak makan berwarna ungu yang di geletakkan di atas meja pantry dapur Seoho tadi.

"Yah, udah mau pulang, ya?" Tanya Seoho. Ketara Sekali raut wajahnya berubah masam karena tidak rela ditinggalkan.

Keonhee mengangguk, menyimpan kembali ponselnya kedalam saku celana dan menatap Seoho yang kini cemberut. "Gak usah monyong gitu, kak. Pengen gue gaplok jadinya," ujar Keonhee.

"Jahat banget, dek. Kalo gue kangen gimana?" Seoho berucap dengan nadanya yang dibuat sok imut, yang jatuhnya malah kayak jamet itu.

Pemuda yang lebih muda mendengus. Mulut buaya emang perlu di iket dikit. "Kita tetanggaan. Lagi pula sekarang itu jaman modern, bukan jaman batu. Bisa Telfonan juga," ucap Keonhee dongkol membuat Seoho menyengir kuda.

"Bercanda, sayangku. Udah, deh, buru balik. Dicari bunda dan panci kesayangan, tuh,"

"Iya, iya, ah! Jangan didorong, dong!"

Selesai  ....

Ganti judul bray:3

Direvisi pada Sabtu, 27 Juli 2024

THE STORY OF SEOHEE COUPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang