Drunk

83 3 0
                                    

Suara gebrakan dari pintu utama tak berdosa yang dibanting begitu saja memekakkan telinga. Suara ribut sayup-sayup orang berbicara juga terdengar dari kejauhan sebelum siluet dua orang terbentuk akibat biasan cahaya. Salah satu dari kedua orang itu terlihat tengah memapah satu manusia lain yang tampak lemas tak berdaya disertai gumam-gumam kecil nan tak jelas yang terlontar.

Pemuda yang memapah menjadi jengah. Ingin sekali rasanya ia membanting tubuh yang lebih tua dan segera berlari ke dalam kamar mandi. Karena demi Tuhan! Tubuhnya jadi ikut berbau seperti alkohol, sudahlah berat, lengkap sudah penderitaan nya.

"Bang, sebenernya lo makan apa, sih, bisa jadi berat gini? Mana tingginya macam titan pula," ujar kesal si Pemapah. Yang dipapah sama sekali tak menggubris. Kesadarannya sudah hilang melanglang buana entah kemana. Sesekali pula ia bergumam tak jelas, memanggil nama seseorang yang telah menjadi pujaan hatinya beberapa bulan terakhir ini.

Pemuda yang lebih pendek dengan selisih umur dua tahun lebih muda, Xion, mengeluh sambil memapah Keonhee yang mabuk menuju kamar Kakak tertua kedua di grup mereka. Dan, oh! Manusia yang ada dipikiran Xion muncul dari balik pintu kamarnya pada waktu yang tepat. Dengan kaus putih kebesaran, celana pendek santai selutut, rambut hitam yang berantakan, dan tampang baru bangun tanpa make up-nya sepertinya akan sanggup mengguncang dunia.

Dengan tatapan bertanya, ia melihat dua manusia yang masih berdiri di ruang tamu. "Kenapa dia?" Tanyanya dengan suara serak bahkan hampir habis. Maklum, bengek dia habis rekaman kemarin.

"Tidak punya mata, kah? Pacar lo mabuk, cok! " Xion tak mampu membendung emosinya lagi. Hidungnya kembang kempis sambil menatap sinis pemuda lebih tua empat tahun darinya itu. Sudah tau kok masih bertanya.

Seoho menghela nafas pelan, menatap kelinci besar yang bergelayut pada bahu yang lebih muda. Tanpa kata, diangkatnya tubuh bongsor pemuda tinggi itu, dibawanya kekamar hingga membuat tidur nyenyak Keonhee terusik saat posisinya dirubah secara paksa.

Mata bulat itu terpaksa terbuka. Terlihat bagaimana memerah dan berairnya netra yang lebih muda saat menatap wajah Seoho didalam remang. Ia menyipit, berusaha menyesuaikan cahaya temaram dan mengidentifikasi objek apa yang ada di depan wajahnya itu.

"Bang?" Panggilnya parau. Suaranya hampir habis hingga yang keluar hanyalah suara bisikan serta desiran nafas. Deheman dari yang lebih tua menjawab panggilan Keonhee. Tak terdengar lagi suara kecil dari pemuda jangkung digendongannya.

Seoho terkekeh kecil, berlanjut membuka pintu kamar si pacar yang tertutup rapat. Lampu yang dihidupkan membuat tempat  tidur dengan alas sprei berwarna biru donker menyambut mata. Tak dipungkiri, erangan terganggu keluar dari mulut yang lebih muda sebab cahaya lampu yang menembus kulit kelopak matanya. Tubuh lelaki bongsor itu diletakan perlahan diatas ranjang empuknya. Hampir saja pemuda itu terjungkal kebelakang kalau Seoho tak menarik kedua lengannya.

"Eits, jangan rebahan dulu, ayo ganti baju. Lo bau alkohol semua, tuh," ujar Seoho menahan kedua lengan Keonhee yang hendak menjatuhkan dirinya di tumpukan bantal. Wajah Keonhee sontak memberengut. Alisnya menukik tajam, bibirnya maju seperti bebek hingga mengundang tawa yang lebih tua.

"Ayo, ayo, lawan ngantuknya. Mau ganti sendiri atau digantiin, nih?" Tangan Seoho sudah ancang-ancang menarik cardigan milik Keonhee, tatapannya sangat mesum layaknya om-om pedo di gang sempit dekat kantor mereka,  namun buru-buru di tepis pemiliknya.

"Gak, gak, gak usah gue bisa sendiri," ujar Keonhee menatap tajam. Dia berusaha turun dari tempat tidur, berjalan menuju kamar mandi didepan kamarnya walaupun berkali-kali sempoyongan dan hampir terjatuh.

Seoho lalu menarik kedua sudut bibirnya, terkikik geli melihat sang pacar oleng sendiri saat memasuki kamar mandi. Pemuda itu bangkit, berencana pergi kedapur dan  membuat  teh hangat agar rasa hungover pacarnya sedikit berkurang. Beberapa saat berkutat dengan toples gula, kantung teh, dan air panas, akhirnya teh hangat ala Mas Pacar siap dihilangkan. Dengan membawa beberapa camilan kecil berupa kukis, ia kembali menuju kamar Keonhee. Besar kemungkinan bahwa pemuda itu sudah selesai dengan urusan mandinya. Kamar mandi yang terbuka serta aroma lemon dan mint yang menguar membuktikan.

Diketuknya pelan pintu kamar yang lebih muda. Sesekali pula memanggil namanya dengan volume kecil agar penghuni lain tak terbangun. Tidak ada jawaban, pintu coklat itu dibuka perlahan. Cahaya yang temaram memantulkan siluet seseorang yang tengah memejamkan mata, meringkuk diatas tempat tidur dengan rambut basahnya.

"Wah, sudah tidur," gumam Seoho pelan. Ditutupnya pintu kamar secara perlahan, dan mendekat tanpa meninggalkan jejak suara yang sekiranya dapat membangunkan kelinci besar yang tengah terlelap nyenyak itu.

Seoho yang peka, meletakan segala macam barang yang ia bawa di atas nakas, lalu mulai memperbaiki posisi tidur Keonhee, melapisi tubuhnya dengan selimut tebal, dan tak lupa mangalasi kepala pemuda itu agar esok hari ia tak mengeluhkan lehernya yang sakit karena salah tidur.

Ia menatap wajah Keonhee, senyum kecil terbit di bibirnya. Jemarinya terulur, mengelus rambut hitam basah yang lebih muda. Kecupan kecil datang menghampiri dahi Keonhee. Sementara senyuman tak kunjung pudar dari wajah Seoho.

"Tidur nyenyak, bayi, gue sayang lo banyak-banyak."

Selesai ....


Manis banget ...

Ehehehe

Direvisi pada Jumat, 26 Juli 2024

THE STORY OF SEOHEE COUPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang