Sebuah Obrolan

661 115 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

oOo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

oOo

     Memasukkan potongan steak sapi dengan kematangan medium rare, Raya memandang gadis di depannya dengan dahi mengerut. "Kamu kok gak bilang Kakak udah ngenalin Janu ke Papa, sih. Ga seru."

    "Lagian Rui lihat, Kak Ray lagi hectic banget ngurusin Noémie, mana katanya Kak Tama mau ada acara musikal juga kan, pasti sibuk. Rui gak mau ganggu." Mendengar jawaban gadis di depannya, Raya menghela nafas.

     Atensi miliknya pindah ke daerah ruang tamu, dimana Tama dan sang adik laki-laki nya, Kaisar sedang berkutat pada PlayStation. "Katanya kemarin Kaisar bawa cewek, ya."

     Gadis di depan Raya, Rui; sang adik bungsu, mengangguk meng-iyakan. "Rui kira anak temen Mama, ternyata bukan. Gak tahu tuh anak kenal darimana."

     Memasukkan potongan terakhir steak yang sedang di santap, Raya tersenyum memandang sang adik, "kamu juga, Mama Janu kan bukan kenalan Mama juga, kok kamu bisa kenal." Candanya.

     Memutar bola matanya malas, Rui mendelik terhadap pernyataan Raya. "Tapi, Janu anak temen Papa, terbukti bebet bobot nya, jadi Rui gak perlu di omelin Mama."

     "Hahaha... Iya deh iya, jangan main-main ya, kamu harus bisa balance dengan apa yang kamu mau, kalau saran Kakak, karir dan masalah percintaan harus seimbang."

MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang