I'll Be Home

352 85 21
                                    

     "Cut!" Menarik langsung netra pandangan setelah mendengar intruksi, Deka, sang manager berjalan dengan kecepatan paling maksimal yang ia punya untuk mendekati Tama, yang baru saja menyelesaikan scene terkahir sekaligus schedule terkahir di Argentina.

     Mengusap-usap belakang punggung Tama, Deka menguar sebuah helaan nafas "Tiket buat flight pulang ke Indonesia udah gue booking. Sedikit nya lo harus bisa agak kontrol raut wajah lo yang gak ramah ke Syalima." Bisik nya. Ia juga mengulurkan sebuah air putih botol pada Tama.

     Meneguk air putih botol yang di sodorkan Deka, tatapan Tama tetap pada gawai yang dari selesai syuting terkahir sudah ia pegang. Sedikitnya ia menggurutu, "Dek, kok Raya gak mau bales-bales pesan yang gue kirim ya. Padahal gue udah bilang ke Jeremy buat seenggaknya dia mau ngobrol sama gue, lewat telepon."

     "Jangan dulu tanya gue sekarang." Memandang sekeliling; dimana para staff sudah sibuk membereskan lokasi pengambilan shoot, tangan kekar Tama ia tarik dengan tenaga yang ia punya. Deka menarik lelaki yang sekarang tengah bertingkah seperti anak kecil itu. "Kita kudu buru-buru buat ke perkumpulan." Lanjutnya setengah berbisik.

     Nada satu kali decakan dapat Deka dengar saat hampir sampai ke perkumpulan; dimana Syalima, Sutradara dan beberapa kru film yang lain duduk. Di salah satu resort makanan laut di Argentina. "Malesin banget liat deh, Dek. Nge-lama lamain gue buat ketemu Raya."

     Deka mengisar bola matanya malas. "Raya juga lagi gak di Jakarta." Balasnya. Mata hitam milik Tama itu langsung menatap tajam pada sosok sang manager, "udah kumpul dulu kita, nanti di Bandara gue cerita. Lo kalau mau cepet-cepet pulang, nurut dulu sama gue." Sebelum terkena semprot Tama, ia langsung melanjutkan.

     Dengan berat hati, Tama melangkahkan kaki nya mendahului Deka. Sebuah delikan sebal tentu ia layangkan. Dagu nya mengeras saat melangkah mendekat menuju perkumpulan, ia ingin segera pulang. Ingin segera meluruskan masalah pada rumah tangganya dengan Raya.

————————

     "Fraud? Damn!" Bagaikan ada sebuah bom nuklir yang tiba-tiba meledak di bandara. Tama mengacak-acak rambut hitam nya kesal. Ia kembali memandang Deka, yang tadi berbicara. "Jadi istri gue sibuk akhir-akhir ini tuh, ngurusin kasus fraud ini?" Tanya nya.

     Deka menggangguk, ia juga sedikitnya nelangsa merasakan sebuah rasa bersalah. "Gue minta maaf, handphone lo gue pegang selama di Argen, pas bukan jam istirahat supaya gak ganggu konsentrasi dan professionalism lo selama pengambilan film ini, bahkan sampai pesan dari Raya juga cuman gue baca."

     Melihat Tama yang sudah urak-urakan tak karuan menunggu pesawat di kursi bandara dengan kepala tertunduk. Perasaan bersalah semakin meledak memenuhi relung hati Deka, "gue awalnya juga skeptis, Kam. Gue gak maksud mau memutuskan hubungan lo sama Raya, tapi gue cuman memang selama jadi manager lo beranggapan bahwa, kalau sikap lo yang sembrono tentang Raya tuh ganggu pekerjaan lo." Jujurnya.

      "Kam, demi apapun gue gak ada maksud untuk memperkeruh rumah tangga lo sama Raya." Deka memandang Tama yang masih menunduk dengan tangan terkepal di depan wajahnya.

     "Gue bahkan tahu ini pun bukan dari Jeremy maupun Tazkia. Tapi dari Sania. Gue gak bisa kalau semakin ngerasa gak bersalah pas tahu kalau dia sempet sempet-nya nyisihin waktu tidur buat bisa ngobrol sama lo. Serius, gue minta maaf." Ia melanjutkan, tak peduli dengan sikap Tama yang sekarang hanya diam saja. Perkataan Deka benar, murni sebuah rasa bersalah.

     Tama mendengar, ia tak tuli mendengar penuturan sang manager-nya itu. Tama kesal pada Deka, tentu. Tapi ia lebih kesal pada dirinya sendiri. Ketika Raya membutuhkan dirinya, bisa-bisa ia tak ada, bodoh. Dan di saat situasi Raya yang gak karuan, ia dengan mudah kemarin malah sempatnya mengajak Raya beradu argen, Tama memang terlampai tolol.

     I'm really sorry babe, seriously. I'll be home soon. Ia bermonolog dalam hati

oOo


Notifikasi ponsel milik Tama saat sudah take off:

Notifikasi ponsel milik Tama saat sudah take off:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_________

Halo, semuanya. Sekitar empat jilid lagi Menikah akan segera berakhir, jika ada pesan dan kesan, kritik dan saran, direct message ku selalu terbuka, papan pengumuman ku pun terbuka, kalian boleh menyampaikan hal-hal yang kalian inginkan, seperti pertanyaan atau dua hal perkara yang sebelumnya aku sebutkan.

Terima kasih❤️

MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang