2. Mertua Nabila ?

1.3K 100 0
                                    

Bismillah ..

•°•°•

Di sinilah Safiyah sekarang. berdiri gagu, dengan manik mata yang sedari tadi tidak henti-hentinya menatap kagum bangunan besar nan megah yang berada di depannya.

Pandangannya mengedar ke seluruh penjuruh rumah itu. Menatap setiap sudut, dengan mulut yang terus bergumam lirih memuja interior dari bangunan tersebut. Benarkah ini rumah mertua Nabila?

"Ma Syaa Allah, bagus sekali rumah titipanmu ya Rabb." Batinnya berujar, memuji akan keagungan Allah.

"Nabila? Yuk masuk! Bunda, pasti udah nunggu kita di dalam." Arumi yang baru saja keluar dari dalam mobil, lantas bersuara.

Mendengar ajakan wanita tersebut, Safiyah hanya mampu mengangguk pelan tanpa niat untuk membalas. Mereka pun, berjalan beriringan menyusuri halaman rumah besar itu.

"Assalamu'alaikum bunda .. kita datang nih!" Seru Arumi, dengan wajah sumringahnya.

Safiyah yang berada di sebelahnya, menatap wanita itu dengan kernyitan. Ada apa dengan wanita itu? Senyam-senyum, lalu terkikik kecil dengan sesekali mencuri-curi pandang ke arahnya. Bukankah itu aneh? Apa dia kesambet hantu?

"Wa'alaikumussalam .. kamu udah datang kak? Kok lama sih? Katanya, tadi udah deket dari rumah. Bunda tungguin loh, kue Brownis bunda aja udah sampai dingin nunggu kamu nggak muncul-muncul. Terus, menantu bunda mana? Kamu bohong yah? Tadi katanya pergi bareng Nabila, tapi kok kamu sendiri aja?"

"Padahal, bunda udah senang banget loh kak. Semangat juga, buat kue Brownis karna tahu menantu bunda bakal datang." Suara seorang wanita paruh payah, terdengar melengking mengisi keheningan ruangan itu.

Safiyah yang sedang sibuk menatap setiap inci ruangan tersebut, sontak dibuat kaget dengan suara omelan dari wanita yang baru saja keluar dari arah dalam.

Atensinya, ia alihkan ke arah sosok wanita paruh baya yang kini berdiri berkacak pinggang menatap Arumi dengan wajah garangnya. Safiyah tidak berkutik, ia hanya mampu terdiam mematung. menatap, serta menunggu balasan apa yang akan wanita muda itu berikan.

Dengan cengir watadosnya (wajah tanpa dosa), Arumi menaikkan kedua jarinya ke atas membentuk 'V'.

"Hehe .. pelan-pelan dong bu! Beruntun banget pertanyaannya. Arumikan jadi bingung, mau jawab yang mana dulu." Ujar wanita itu dengan memperlihatkan senyum pepsodentNya.

Masih dengan tampang garangnya, wanita paruh baya itu mendelik sinis. "Muka kamu yah kak, pengen bunda cakar tahu nggak!" Gerutunya menghela nafas sabar.

Untung anak.

"Iya deh, maaf .. kakak nggak bohong kok bun. Tadi emang bener, kita udah deket dari rumah. cuman, tadi adek sempat minta tolong ke Arumi buat di anterin ke butik dulu. Makanya agak lama dikit!" Jelas Arumi jujur.

Yah, apa yang wanita itu katakan memang benar. Sebelum mereka kemari, Safiyah sempat meminta tolong untuk di antar ke salah satu butik. Ia ingin membeli baju gamis serta perlengkapan syar'i yang selalu dirinya kenakan di dunia sebelumnya.

Dirinya tidak lupa, bahwa pakaian yang beberapa jam lalu melekat di tubuhnya adalah pakaian yang sangat terbuka, walaupun tidak terlalu. Tetapi tetap saja, sangat memperlihatkan auratnya sebagai seorang perempuan. Bahkan, bisa di katakan telah melanggar batas aurat!

Ia tidak ikhlas! Walaupun ini bukan tubuhnya, tapi yang merasakannya adalah dirinya. Safiyah! Gadis berniqab, yang sedari kecil telah di ajarkan untuk menutup aurat serta ilmu agama oleh kedua orangtuanya.

"Butik? Adek siapa maksud kamu kak? Kahen?" Bingung dengan ucapan anaknya, wanita itu bertanya kembali.

Arumi membuang nafas. "Iya bun, butik syar'i. Yah nggaklah bunda Melatih! Kan tadi kakak udah bilang, kakak perginya bareng Nabila. Menantu bunda, kok jadi mala Kahen sih." Jelasnya mulai sedikit dongkol.

Transmigration Or Dream? [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang