Bismillah
•°•°•
Keheningan, menyelimuti suasana di dalam mobil yang saat ini melaju membelah jalanan raya yang tampak cukup ramai di lalui oleh para pengendara lain.
Setelah perdebatan singkat yang terjadi di antara mereka, kini tidak ada lagi suara yang terdengar selain sunyi dan senyap.
Mereka seperti membatasi diri. Seakan, di tengah-tengah mereka ada bangunan kokoh menjulang tinggi yang dapat menjadi penghalang di antara mereka. Kahfi sendiri, lebih memilih untuk fokus menyetir tanpa niat untuk bersuara.
Sedangkan Safiyah? Gadis itu sedari tadi, hanya sibuk menatap kosong jalanan dari balik jendela Mobil. Diam, mungkin secara fisik. Tapi tidak dengan pikirannya.
Dalam benaknya, gadis itu kembali mengingat ulang kejadian-kejadian yang menimpanya dalam satu hari ini. Dimana saat dirinya membuka mata, yang pertama kali ia temukan adalah asing.
Safiyah tidak berada di kamarnya, melainkan berada di dalam Mobil bersama wanita yang tidak ia tahu. Jujur, sampai detik ini ia seakan tidak menyangka dan percaya, bahwa ia sekarang berada di dunia lain.
Kedua, ketika Arumi ~kakak ipar Nabila~ mengatakan, bahwa tubuh yang sekarang ia tempati telah mempunyai seorang suami. Dan suami Nabila, adalah adik dari sosok wanita yang pertama kali Safiyah jumpai di saat dirinya kembali membuka mata.
Syok? Sudah pasti!
Ketiga, di saat dirinya mengetahui satu fakta dalam hubungan yang mereka jalin saat ini. Mereka menikah melalui perjodohan, dan itu membuat Safiyah terkejut atas ucapan dari ibu mertua Nabila.
Perjodohan? Tidak ada sedikit pun terbesit di benaknya, bahwa menikah melalui ikatan perjodohan itu ternyata masih di terapkan. Ia pikir, itu hanya ada di zaman Sitti Nurbaya .. kata orang-orang yang Safiyah dengar. Dan di dalam buku Novel, yang hanya karangan Fiksi.
Safiyah kembali teringat akan ucapan Melatih. di mana, wanita itu mengatakan bahwa membangun hubungan rumah tangga melalui perjodohan itu tidak mudah, Dan ia membenarkan.
Apalagi setelah Safiyah tahu, bahwa pemuda itu tidak mencintai Nabila. Mencintai? Makna cinta sangat dalam, dan terasa tidak pas untuk hubungan mereka saat ini.
Tidak suka? Yah, Sepertinya jauh lebih masuk akal dari pada harus di sandingkan dengan kata Cinta. Karna nyatanya, Kahen membenci gadis itu.
Dia bahkan sampai mengatai dirinya dengan ucapan menohok. Safiyah tentu sakit hati, apalagi ia tidak tahu apa-apa tentang masa lalu mereka. Bagaimana kelakuan Nabila asli sebelumnya, sikap perangai gadis itu, interaksi Sosial atau hubungannya kepada orang lain.
Safiyah tidak tahu!
Tidak ada, ingatan masa lalu dari pemilik tubuh ini yang tertinggal sedikit pun. Semuanya kosong! Seperti memori yang telah di riset hingga file yang telah tersimpan itu hilang tanpa tersisa.
Hanya ingatan nya saja yang tersimpan. Dirinya seakan benar-benar menjadi pemilik tubuh ini. Jika memang yang saat ini ia alami adalah transmigrasi, seharusnya ada sistem bot sebagai pengganti ingatan itu.
Atau pun jika hanya mimpi, tapi kenapa Safiyah bisa merasakannya dengan sangat nyata? Bahkan ia tidak terbangun.
Safiyah mengulum senyum miris. memandang jalanan raya, yang lumayan cukup padat di lalui oleh beberapa pengendara.
Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang menjanggal dalam benaknya saat ini. Tapi Safiyah yakin, ada alasan mengapa Allah membawah nya ke dunia ini.
"Cih, Trik murahan apa lagi yang sekarang lo lakukan? Menjadi sok muslimah, dengan berpenampilan tertutup seperti itu?" Kekehan remeh, keluar dari bibir tipis Pink Kahfi.
Keheningan yang semulanya tercipta di antara mereka, akhirnya sirna ketika Kahfi mengangkat suara.
Mendengar penuturan tersebut, Safiyah menoleh ke sumber suara. Netra Coklat terangnya, menatap pemuda di sampingnya dengan kernyitan alis.
"Maksud kamu?"
Kahfi menoleh sekilas ke arah Nabila. Mendecih rendah, ia menyungging senyum miring menatap jalanan.
"Nggak usah munafik. Pasti ini salah satu dari rencana lo sekarang kan? Lo berpenampilan seperti itu, cuman pengen narik perhatian gue? Percuma .. lo bersikap sok acuh dan dingin ke gue, bahkan tutur kata lo juga sengaja lo ubah menjadi formal. Nggak cocok!"
"Lo pikir, dengan perubahan lo itu gue bakal jatuh semudah itu ke dalam pesona lo? Mimpi! Malahan gue kasihan sekaligus jijik ngeliat lo yang setiap saat selalu mengemis cinta dari gue." Kahfi terkekeh remeh. "Hidup lo terlalu banyak drama Nabila .. dan gue benci dengan cewek Childish seperti lo."
Lagi, pemuda itu menuturkan kata-kata menohok yang sangat menyayat hati. raut Safiyah berubah menjadi datar dengan sorot mata yang menatap hambar jalanan di hadapannya.
Sejujurnya, mood Safiyah sudah tidak layak di katakan baik saat ini. Apalagi, ia baru mengalami perpindahan jiwa yang masih membuat dirinya kelimpungan setengah mati. Dan sekarang, pemuda itu telah menuduh nya dengan yang tidak-tidak.
Mood Safiyah benar-benar di buat hancur oleh ucapan Kahen. ingin marah, tapi ia tidak bisa. Tubuh ini seakan tidak dapat di ajak untuk kompromi sekarang. Apakah Nabila se takut itu kepada Kahen?
"Silahkan kamu membenci saya, tapi tolong jaga ucapan kamu! Nggak usah ke pd'an ... Saya berubah bukan untuk menarik perhatian kamu, saya memang benar-benar sudah hijrah. Saya sudah berubah, saya bukan lagi Nabila yang dulu."
"Saya akui, dulu saya memang sangat bodoh karena menjatuhkan harga diri saya. padahal Islam sangat mengistimewakan wanita muslimahnya. Saya merelakan martabat saya sebagai seorang wanita jatuh, hanya demi mengemis cinta buta yang tidak akan perna terbalas." Sejenak, Safiyah terdiam menahan sesak yang tiba saja hadir di relung hatinya.
Perih, seperti ada bongkahan batu yang menghantam di dalam sana. Ia yakin, rasa sakit itu berasal dari lubuk hati Nabila.
"Yah, saya memang bodoh." Safiyah terkekeh lirih. "Anggap saja, saya sedang kerasukan waktu itu. Atau urat malu saya terputus?"
"Tapi tenang saja, alhamdulillah urat malu itu sudah tersambung kembali. Saya sudah sadar ... Lebih tepatnya sadar diri." Safiyah menoleh sekilas menatap wajah lelaki itu.
"Saya tidak akan mengganggu atau mengusik kamu lagi. Kecuali jika melaksanakan tugas saya sebagai seorang istri .. saya harus patuh mengerjakan nya. Di luar dari itu, saya berjanji tidak akan merecoki kehidupan kamu." Jelas Safiyah mengakhiri pembicaraan nya.
"Cih! Dan lo pikir, gue bakal percaya dengan ucapan lo? Bullshit! lo itu cewek rendahan yang sangat tergila-gila ke gue Nabila. Lo bahkan rela melakukan apapun demi mendapatkan cinta gue, lo menghalalkan segala cara. Lo itu licik!"
"Dan lo bilang apa, tadi? Berubah?" Kahfi terkekeh kecil, "Nabila, Nabila .. lo terlalu munafik jadi cewek. Apa susah nya untuk mengaku, hm? Lo sangat mendalami peran, nggak seru!"
"Paling juga bentar lo kembali ke setelan awal. Percuma lo ngelakuin itu .. karena nyatanya, lo itu nggak bisa hidup tanpa gue. Gue dekat dengan Sofia saja, lo seperti cacing kepanasan. dan lo bilang tidak akan mengganggu? Haha, kocak lo." Sesaat, Mobil itu berhenti kala mendapati lampu merah. Kahfi menoleh menatap Nabila yang hanya terdiam.
"Akting lo terlalu basi, nggak usah cari perhatian deh! nggak usah ngelakuin trik-trik murahan hanya untuk mendapatkan cinta gue. Karena sampai kapan pun, gue nggak akan jatuh cinta sama lo."
•°•°•
Alhamdulillah
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Or Dream? [REVISI]
Novela JuvenilLangsung baca aja, kalau kepo(: Kalau mau vote, komen dan follow .. Silahkan! kalau enggakpun tidak masalah. Hanya cerita kegabutan, tapi in syaa allah bermanfaat, dan menambah ilmu baru. Di baca aja dulu, siapa tahu minat .. WARNING!! Walau cerita...