بسم الله الرحْمن الرحيم
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jangan lupa vote dan komen, ya!^^
Selamat membaca!
"Aku pergi bukan untuk dicari, tapi untuk menutup diri, menyendiri dalam sepi, dan memperbaiki diri."
~ Kafa Hafiyah ~
——————K A F A——————
Derap langkah terdengar tak beraturan. Sepasang tungkainya yang hanya berbalut kaus kaki itu melaju dengan terburu-buru. Sembari menjinjing sebuah kantung plastik di tangan sebelah kanan dan sepasang alas kaki di genggaman tangan kiri, perempuan muda itu segera masuk ke dalam rumahnya tanpa mengucap salam.Brak!
"Huuftt!"
Setelah pintu utama tertutup rapat, perempuan itu mengembuskan napasnya yang tersengal. Titik-titik keringat muncul di kening, membasahi ciput yang dipakainya. Sementara barang bawaan yang ada di kedua tangan masih belum ia turunkan ke lantai.
"Kafa."
"Allahuakbar! Astaghfirullah! Huwa hantuu!" teriak perempuan yang dipanggil Kafa itu terkejut bukan main begitu berbalik ke belakang.
Bagaimana tidak terkejut, ketika ia masih belum sepenuhnya tenang setelah berlarian, lantas mendapati seorang perempuan yang muncul secara tiba-tiba dengan kondisi wajah dipenuhi masker organik berwarna putih. Bahkan, rasanya Kafa seperti akan mati di tempat karena jantungnya yang hampir melompat.
"Heh ini Bunda, ya!" omel perempuan bermasker itu.
"Iya iya, maaf, Bun. Habisnya Kafa kaget bunda tiba-tiba muncul nggak diundang kayak jelangkung aja," tutur Kata pelan.
"Kamu tuh yang lebih ngagetin. Masuk rumah nggak salam, pintu juga dibanting. Nggak kasihan ke pintunya kalau nangis?"
Kafa tersengih, lantas menggelengkan kepala tanpa dosa. "Maaf, Bun. Mau Kafa ulangin masuk rumah pakai salam?"
"Telat!"
"Hehe."
"Lagian kamu kenapa sampai buru-buru masuk rumah? Kayak habis dikejar hantu aja."
Anggukan kecil diberikan Kafa sebagai jawaban atas pertanyaan Hamidah, bundanya. "Kafa memang habis lihat hantu, Bun."
"Hah?"
"Suerrr." Kafa mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V.
"Mana ada hantu di siang bolong," kata Hamidah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAFA (Hiatus)
Teen Fiction"Sebesar apa pun perasaanku padamu, akan tetap terkalahkan dengan sadar diriku yang tak mungkin dapat memilikimu." - Kafa, 2022 Menikah merupakan opsi kesekian yang ada dalam hidup seorang Kafa Ulya Hafiyah. Membahagiakan orang tua dan mengangkat de...