BAB 4

1K 135 22
                                    

بسم الله الرحْمن الرحيم

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jangan lupa vote dan komen, ya!^^

Selamat membaca!

——————K A F A——————

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

——————K A F A——————

"Haqi maem apa aja, sih, kok eek-nya bau banget?! Untung nggak sampai jatuh di rumput!"

Gerutuan Kafa yang menggema di kamar mandi, membuat Hamidah yang tengah membersihkan sekaligus memandikan Haqi berdecak sebal. Manik matanya menghunus tajam pada sang anak. Alih-alih Kafa yang harus mengurus Haqi lantaran hari ini anak itu selalu menempel dan terakhir bermain bersamanya, malah tugas itu diserahkan pada Hamidah yang harus merelakan tidur siangnya.

"Haqi makannya ya sama kayak kamu. Bau eek-nya sama kayak kamu. Lagi pula, mana ada eek baunya wangi semerbak kembang. Kamu kira setan belakang rumah?"

Kafa memperhatikan keponakannya yang tengah asyik bermain air di yang ada di dalam bak. Anak lima tahun, tetapi seolah-olah seperti anak balita yang tidak tahu apa-apa. Sudah pasti ini akal-akalan Haqi agar bisa bermain air, dan Kafa mendapat ceramah dari bundanya!

"Memangnya setan bisa berak juga, Bun? Terus, kalau kuyang gimana cara BAB-nya? 'Kan, nggak ada pantatnya, tuh, Bun." Kafa bertanya sembari memberikan handuk kecil milik Haqi yang diminta Hamidah.

"Kamu pikir sendiri gimana caranya kuyang buang air. Jangan nambahin beban pikiran Bunda. Mikirin kamu aja pusing," cecar Hamidah.

Sang anak pasrah, ia hanya mampu membuang napas panjang. " Lagian Haqi udah TK masa masih eek di celana, sih?"

"Namanya juga masih kecil, masih wajar," balas Hamidah.

"Hilih, kecil-kecil tapi pintar morotin duit Kafa." Perempuan itu memberi tatapan perang pada Haqi, tetapi anak laki-laki itu membalasnya dengan menjulurkan lidah.

"Kamu juga salah, Kafa," kata Hamidah yang sudah selesai, kemudian menuntun Haqi ke kamarnya. "Mengurus Haqi aja kamu kayak gini, lengah, terus gimana nanti kalau kamu punya anak?"

Perkataan tersebut membuat Kafa yang mengikuti Hamidah dan Haqi, sontak membulatkan bola matanya. "Kafa nggak mau punya anak. Maksudnya, untuk sekarang tentu Kafa nggak mau. Lagi pula, Kafa aja belum nikah, gimana mau punya anak?"

"Makanya nikah sama Zade. Bikin anak sama Zade."

"Heh, Bun!"

KAFA (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang