Happy Reading
Jeno kembali di undang ke ruang duduk tempat di mana kedua orang tuanya mengistirahatkan diri. Padahal tugas kerajaan masih sangat menumpuk. Jeno tidak bisa membantah atau menolak pertemuan dengan orang tuanya. Bagaimana pun mereka yang telah membuat Jeno menjadi seorang raja yang bijaksana. Jeno masuk ke dalam ruangan lalu membungkukkan badannya.
"Duduk Jeno. "
Jeno mengangguk lalu duduk bersimpuh di depan kedua orang tuanya.
"Kau pasti sudah tahu mengapa ayah dan ibu memanggilmu. " Ucap Jaehyun, mantan Raja yang memilih turun tahta agar anaknya segera menggantikannya.
Dahi Jeno mengerut. Ia belum diberi tahu jadi ia belum tahu.
"Tentang calon Ratu nak. "
Jeno menghela nafas. Lagi-lagi mengenai Ratu.
"Sudah hampir satu tahun kau menjadi Raja tetapi tidak memiliki permaisuri. Ibu ingin kau segera mencarinya. " Lanjut Taeyong.
"Ayah Ibu, Jeno masih sanggup menjadi raja tanpa permaisuri. "
Taeyong mengulum bibirnya, anaknya benar-benar bebal. Ia hanya ingin anaknya segera menikah. Terkadang Taeyong juga memikirkan tentang kehadiran anak kecil di keluarganya. Tetapi Jeno tidak mengerti kemauan ibunya.
"Ibu ingin seorang cucu. " Akhirnya Taeyong mengungkapkan keinginannya.
Jeno memandang ibunya dengan wajah datar. Dirinya berdiri lalu membungkuk pada kedua orang tuanya. Jaehyun dan Taeyong menghela nafas. Lagi-lagi Jeno tidak mau mendengarkan keinginan mereka. Keduanya tidak mau terlalu memaksa karena bisa membuat Jeno marah dan tidak bisa menjadi Raja yang baik.
Jeno keluar dari ruangan duduk itu. Wajahnya tampak lesu dan tidak bersemangat. Para prajurit membungkuk lalu memandang sendu ke arah Rajanya. Mereka tahu jika Rajanya sedang dituntut untuk mencari permaisuri. Namun entah, mereka juga tidak tahu penyebabnya. Jeno sama sekali belum pernah membahasnya.
"Hendery. Ikut ke ruangan saya. " Ucap Jeno pada pengawal pribadinya.
Hendery membungkuk lalu mengikuti arah jalan Jeno. Jeno berjalan menuju sebuah kamar besar yang berada di lantai atas. Kamar itu adalah kamar khusus seorang raja. Hendery masuk lalu mengunci pintu. Ia tahu Rajanya sedang ingin membicarakan hal yang serius.
"Ada yang bisa saya bantu Raja?" Ucap Hendery lalu membungkuk pada Jeno.
Jeno berdiri menghadap ke arah jendela besar kamarnya. Bibirnya tersenyum saat melihat burung berterbangan di langit biru.
"Siapkan kereta untuk malam ini. " Ucap Jeno.
Hendery yang mengerti langsung membungkuk lagi.
"Apa alasan kali ini Raja?"
Jeno membalikkan badannya lalu memandang Hendery dengan senyuman manisnya. Jeno sangat amat kagum dengan pengawal pribadinya ini karena telah menjadi pengawal terbaik baginya.
"Kunjungan ke desa. "
Renjun duduk di atas sebuah kursi mini kayu sambil terus menjaga tungku di depannya. Ia sedang merebus air untuk mandi dan air minum. Sesekali Renjun bersenandung untuk mencegah rasa bosan. Ia memasukkan beberapa ubi di bagian pembakaran agar ubi matang. Renjun membuka tutup wadah air. Air itu tampak sudah mendidih.
Renjun mengambil sebuah ceret. Ia memindahkan air dari panci tanah liat ke ceret itu. Setelah itu Renjun membawanya ke dalam. Renjun kembali membawa sebuah ember kecil. Ia menuangkan sisa air panas ke dalam ember. Lalu membawa ember itu ke dalam bilik air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because, I'm a King
FantasyRenjun berusaha memejamkan matanya. Melupakan kertas pamflet pemberitahuan dari kerajaan yang menampilkan nama suaminya dan nama seorang gadis. Renjun tahu. Dan ia ikhlas. Suaminya akan menikahi Permaisurinya. #5 noren (05/01/23) #4 noren (12/01/2...