Bagian 5

3.3K 353 24
                                    

Happy Reading





Pemuda mungil bersurai abu-abu muda itu mengusap kepala anaknya yang terlelap manis. Ia menyunggingkan senyum manisnya saat anaknya sudah pulas. Ia menaikan selimut yang tersedia di sana. Renjun memandang seisi kamar ini dengan tatapan kagum. Mewah dan sangat luas. Bahkan ini hanyalah kamar dari seorang anak. Bagaimana rupa kamar untuk orang dewasa?

Setelah ia diperkenalkan tadi, tidak banyak sesuatu terjadi. Orang tua Jeno tampak terdiam membisu. Heejin yang pingsan lalu dibawa ke ruang tabib. Beberapa prajurit yang kembali pada barisannya. Dan dayang yang tanpa disuruh langsung berbaris di belakang Renjun. Pemuda itu tidak paham mengenai hal itu. Namun ia cukup mengerti bahwa beberapa dayang di belakangnya adalah dayang yang berpihak kepadanya.

Jeno menyuruhnya untuk mengistirahatkan Chenle di kamar yang sudah disiapkan untuk Putra Mahkota. Ia hanya mengikuti arahan dayang yang disuruh oleh Jeno. Suaminya bilang setelah menidurkan Chenle mereka perlu bicara. Renjun  cukup takut karena tatapan tajam dari kedua orang tua Jeno. Ia menciut namun tak bisa membantah perintah suaminya.

Terdengar suara ketukan pintu, ah mungkin Jeno. Renjun segera membukakan pintu namun bukan Jeno yang ada didepannya. Justru seorang anak kecil yang menatap polos kepadanya. Renjun tersenyum lalu berjongkok menyamakan tinggi anak kecil itu.

"Hai?"

"Hai Ratu, kata ibu di sini ada temanku. " Ucap anak itu.

Renjun tersenyum lagi. Ia mencubit pipi anak kecil itu karena gemas.
"Siapa namamu?"

"Lee Jisung. "

Renjun sedikit berfikir siapa anak ini? Marganya Lee berarti ia termasuk silsilah keluarga Lee.
"Siapa nama ibumu?"

"Ibu Echan!" Jawab Jisung dengan riang.

Renjun beroh ria dan mengangguk. Ia sedikit memiringkan badannya agar Jisung bisa melihat Chenle yang tertidur.
"Dia bernama Chenle, teman Jisung. "

"Benarkah? Chenle sedang tidur ya?"

Renjun mengangguk.
"Jika Jisung mau Jisung bisa menemani Lele di sana. "

"Lele?"

"Huum. Ibu memanggilnya Lele. "

"Ibu Ratu!"

"Iya sayang. Sudah temani Chenle di sana. Nanti setelah tidur kalian bisa bermain bersama. " Renjun mengusap anak itu yang mengangguk semangat. Jisung berlari lalu naik ke ranjang dengan hati-hati. Anak itu tampak tidur memeluk anaknya dari belakang.

Renjun tersenyum lalu menutup pintu. Ia harus segera menemui keluarga Jeno yang mungkin sudah menunggu. Dadanya berdesir karena memikirkan kemungkinan yang ada. Renjun sedikit mengangguk saat para dayang membungkuk kepadanya. Ia diantar oleh seorang dayang masuk ke dalam ruang duduk.

"Yang Mulia. " Ucap Renjun lalu duduk bersimpuh di depan orang tua Jeno setelah membungkuk sejenak tadi.

"Renjun."

Renjun mendongak saat suara dingin menyapanya. Ia takut saat seseorang yang hampir mirip dengan suaminya itu menatapnya dengan tajam.

"Huang, kau orang China?"

"Iya Raja. "

Jeno menghela nafas, sebenarnya bukan tipenya sekali bersimpuh seperti ini. Namun ia tidak mungkin membangkang di depan istrinya. Selama menjadi suami Renjun ia berlaku sebagai suami yang baik dan sopan. Jadi dengan terpaksa Jeno bersimpuh dengan sikap sok lemah di depan orang tuanya.

"Bagaimana bisa kalian bertemu? Renjun bukan dari keluarga bangsawan, Jeno. Kau melanggar aturan kerajaan. " Ucap Taeyong dengan nada lelah.

"Renjun membantuku saat Jeno hilang dulu ibu. Renjun yang membuat anakmu ini masih bisa hidup dan menjadi raja. Renjun yang merawatku. Bahkan Renjun memberi kalian seorang cucu. " Ucap Jeno.

Because, I'm a KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang