Bagian 4

3.1K 371 12
                                    

Happy Reading











Renjun tersenyum tipis setelah menggembok pintu kayu rumahnya. Ia menoleh pada sang anak yang menggandeng tangannya sambil ikut tersenyum. Renjun menuntun Chenle meninggalkan pekarangan rumah tersebut. Ia menggendong sebuah karung besar berisi pakaian mereka dan beberapa makanan. Tak lupa si kecil Chenle juga membawa tas kecil miliknya yang dulu diberikan oleh sang ayah.

"Apa ayah tidak akan mencari kita bu? Mengapa kita pergi jauh?" Tanya Chenle dengan polosnya. Pergi dengan membawa banyak barang seperti ini berarti pergi jauh menurutnya.

"Ayah akan menemukan kita nanti. Lele ingin berjalan - jalan kan? Ibu mengajak Lele pergi agar Lele tidak bosan di rumah. " Jelas Renjun dengan senyuman manisnya. Meskipun ia cukup ragu tetapi ia harus selalu terlihat semangat di depan Chenle.

"Iya Lele ingin berjalan-jalan bu. " Jawab Chenle.

Renjun melangkah dengan pasti meninggalkan rumah tersebut. Ia sudah memikirkan semuanya tadi malam. Ia harus pergi setelah suaminya sudah menemukan belahan jiwa sesungguhnya. Jeno pernah bilang jika rumah itu akan tetap menjadi miliknya apabila ia masih menjadi satu-satunya. Dan sekarang sudah tak lagi seperti itu, mungkin sekarang suaminya sudah mempunyai ratu yang sesungguhnya.

Sebenarnya Renjun tidak tahu harus pergi ke mana. Mungkin ia akan kembali ke desa asalnya meskipun ia tak terlalu ingat jalannya. Terlebih jalan yang ia lewati sudah tampak berbeda dari biasanya. Maklum ia sudah tak berjalan jauh hampir tiga tahun lamanya. Renjun menuntun Chenle pelan agar anak itu tak merasa lelah. Perjalanan sepertinya masih sangat panjang. Renjun menghela nafas. Semoga keputusannya benar.

"Ibu!" Teriak Chenle. Ia berjalan duluan sambil memetik buah berry di semak-semak.

Renjun segera menghampiri Chenle yang berteriak memanggil. Takut-takut jika Chenle terluka.

"Apa sayang?"

"Ibu lihat ada seorang paman yang tidur. " Ucap Chenle sambil menunjuk sesuatu.

Renjun menoleh ke arah di mana arah telunjuk Chenle. Ia sedikit memicing melihat seperti seseorang yang tergeletak. Pelan-pelan Renjun menghampiri orang itu. Ia sebenarnya takut dan berniat untuk membawa Chenle lari saja. Namun di dalam hati nuraninya Renjun benar-benar penasaran dengan sesosok itu.

"Astaga!" Renjun segera menaruh karung miliknya. Ia menghampiri orang tersebut dan berusaha membangunkannya. Renjun baru saja melihat seorang lelaki yang pingsan. Sepertinya orang itu kelelahan dilihat dari cara bernafasnya yang terlihat sulit.

"Ayo saya bantu. Nak tolong ambilkan minum di tas ibu. " Ucap Renjun pada Chenle.

Chenle mengangguk ia segera mengambil sebuah botol air minum dan diberikan pada Renjun. Sang ibu menerimanya lalu memberikan kepada orang itu. Seseorang tadi tampak meminum dengan rakus sambil bernafas dengan tersengal-sengal.

"Anda sudah lebih baik?" Tanya Renjun dengan hati-hati.

Orang itu menatap Renjun dengan mata indahnya. Bibirnya tersenyum dan mengangguk.

"Paman baik-baik saja?" Tanya Chenle.

Orang itu menoleh pada Chenle dan memegang tangan Chenle.

"Hai jagoan! Paman baik. Duduklah di sini. "

Chenle menurut, ia tersenyum pada orang itu.

"Apa yang terjadi dengan anda? Anda terlihat kelelahan. Sebaiknya jika melakukan perjalanan jauh anda harus membawa bekal. " Ucap Renjun. Ia mengambil beberapa roti dari dalam tasnya.

"Sebelumnya Terima kasih. Sebenarnya aku akan pulang tetapi seseorang yang menjemputku tak datang-datang. Aku tidak sabar dan akhirnya aku berjalan sendiri. "

Because, I'm a KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang