Happy Reading
Heejin berlari keluar dari kamar tabib setelah ia sadar dari pingsannya. Ia sama sekali tak mendengar teriakan prajurit dan dayang yang memanggilnya. Pikiran Heejin melayang saat ia teringat dengan pria mungil dan seorang anak kecil yang mengaku sebagai keluarga Jeno. Heejin tak mungkin merelakan Jeno untuk mereka. Dan yang paling penting. Ia tak mungkin merelakan gelar ratunya untuk seorang tak berguna itu.
"Raja! Di mana raja!" Tanya Heejin dengan tersengal pada seorang dayang.
"Raja sedang berada di kamar, Putri. " Ucap dayang itu dengan membungkuk sejenak.
"Putri?! Kau lupa jika aku sudah menjadi Ratu?" Heejin marah dan hampir memukul kepala dayang tersebut. Namun ia tahan, ia tidak mau warga kerajaan menganggapnya keras.
"M-maaf, Raja mengatakan jika Ratunya adalah Tuan Renjun. "
Mata Heejin memerah, ia segera melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju kamar utama. Saat akan membuka pintu tangannya dicegah oleh beberapa dayang yang menjaga. Heejin berteriak marah karena berani-beraninya dirinya diperlakukan setidak sopan ini.
Cklek.
Pintu terbuka, Heejin mematung di ambang pintu saat mendapati Jeno tengah tertidur di paha Renjun. Lelaki mungil itu tampak mengusap kepala Jeno sambil menatap terkejut pada Heejin.
"Apa yang kau lakukan pada suamiku!?" Heejin melangkah maju menghampiri Renjun lalu menarik lengan Renjun sampai terhempas. Seketika Jeno terbangun dan langsung menatap istrinya yang tergeletak di lantai.
"Putri Heejin! Jangan lakukan hal seperti itu pada Renjun!" Teriak Jeno.
Beberapa dayang tampak masuk untuk menolong Renjun yang masih terduduk di lantai. Renjun menatap Jeno dengan tersenyum tipis bermaksud memberikan kode bahwa ia baik-baik saja. Sementara Jeno bangun lalu merapikan jubahnya. Ia berdiri dengan gagah di sana. Para dayang beserta Renjun segera membungkuk hormat.
"Dia bohong kan? Tidak mungkin orang seburuk dia menjadi istrimu! Dia tak pantas menjadi ratu! " Teriak Heejin di depan wajah Jeno.
Semua dayang tampak menunduk dalam. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Ingin mencegah Heejin namun mereka siapa. Karena sejujurnya berbicara lantang di depan suami terlebih Raja bukanlah hal yang baik di kerajaan ini. Heejin telah melanggar aturan. Kemarin dia tampak lemah lembut tetapi sekarang ia berkelakuan layaknya anjing liar.
"Seperti itu kah kelakuan seorang putri?" Ucapan Jeno membuat Heejin terdiam dan mengulum bibirnya. Ia sudah melanggar batas dan disaksikan banyak orang di sana.
"Kau berbicara kasar kepada seorang Raja di depan para dayang. Kau lebih buruk dari Renjun yang selalu memujaku setiap harinya, Putri Heejin. " Lanjut Jeno. Ia masih menatap tajam Heejin yang sekarang menunduk dalam.
"Raja, bisakah saya berbicara dengan Putri Heejin?" Sela Renjun. Ia ingin meluruskan masalah ini dengan Heejin.
Jeno menoleh lalu menatap lembut istri mungilnya.
"Kau akan terluka jika bersamanya. ""Saya seorang lelaki jika anda lupa Raja. Saya bisa saja menendang Putri Heejin jika saya memang tidak memiliki sopan santun." Jawab Renjun dengan sedikit menyindir Heejin.
Heejin menoleh lalu menatap tajam Renjun yang tersenyum manis kepadanya. Heejin tampak iri karena melihat wajah putih bersih Renjun dan senyuman menawannya. Jika Renjun bukan seorang keluarga bangsawan mengapa memiliki wajah se aesthetic itu.
"Baiklah. Aku akan memberikan waktu untuk kalian berbicara. "
Dan disinilah Renjun dan Heejin, di sebuah taman bunga samping kerajaan. Keduanya terdiam. Renjun tampak masih senantiasa tersenyum sambil memandang kagum istana dan taman bunga di sana. Ia menoleh pada Heejin yang menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because, I'm a King
FantasiaRenjun berusaha memejamkan matanya. Melupakan kertas pamflet pemberitahuan dari kerajaan yang menampilkan nama suaminya dan nama seorang gadis. Renjun tahu. Dan ia ikhlas. Suaminya akan menikahi Permaisurinya. #5 noren (05/01/23) #4 noren (12/01/2...