PROLOG + INFORMASI!

896 141 90
                                    

“sekuat apapun genggaman itu mengikat, takdir tetaplah sebuah jalan cerita yang selalu bisa memisahkan.”

“Al-Birru”

🦋
🦋
🦋

 
Dia Lahir di kota Jakarta. Bertepatan di tanggal 05 Januari, di hujan yang mengguyur semesta dengan begitu hebat, gaungan suara tangis mulai terdengar dengan riuhnya suara hujan yang turun. Beridentik dengan sedikit luka di dahi, tubuh kurus dengan tinggi di atas rata-rata, menjadikan seorang anak yang terlahir dengan garis takdir yang berbeda dari orang lain itu sedikit mengenalkan identitas dirinya dengan goresan luka yang ia tanggung.

Kisah ini dimulai. Senja yang menakluk ketika ia menangis, Langit yang memperlihatkan kelabu ketika dia melangkah sendiri dengan tapakan kaki yang meninggalkan jejak akan memulai sebuah kisah yang begitu menyayat. Al-Birru Rafandra Bagaskara. Semesta tahu dengan nama itu. Detik jarum jam yang berputar, dentuman suara luka batin yang terpendam, menjadi awal pembuka dari kisah ini.

“Bertahan, atau pergi?”

 
**

Berbekal beberapa tumpukkan buku yang menjadi beban di tumpuan kedua tangan, pesona seorang cowok dengan tinggi di atas rata-rata itu sesekali menolehkan pandang menatap sekeliling. Rambut hitam legamnya sedikit teracak. Dua mata yang menatap lurus ke arah depan, pahatan wajah yang begitu sempurna dengan tas punggung yang menyampir di salah satu bahunya, membuat cowok itu cukup terkenal di sekolahnya. Al-Birru Rafandra Bagaskara. Kalung identitas itu menjadi penanda jika dia memang berbeda.

“Buku itu menyimpan banyak berkas yang bisa tuan muda pelajari. Maaf jika hal ini cukup mendadak. Jika tuan muda tidak segera mengambil keputusan, saya takut jika perusahaan peninggalan Kakek tuan muda jatuh secara perlahan.”

Benak kepala Cowok itu masih mengingat betul ucapan yang diucapkan oleh sekretaris pribadi mendiang sang Kakek kepadanya di sambungan telepon. Tak mau mengambil sebuah risiko yang bisa saja mengancam perusahaan yang ia pimpin jatuh, mau tak mau banyaknya buku tebal yang belum dipelajari olehnya membuat cowok itu mengambilnya ke sekolah dengan selipan beberapa buku mata pelajaran yang tak kalah tebalnya.

Brukk

Terpental jauh. Berserakan dimana-mana dengan tubuh yang berakhir menyatu dengan lapangan sekolah yang sedikit berdebu, telapak tangan Cowok itu menumpu—menahan bobot tubuh dari seorang gadis yang berakhir terjatuh menimpa bagian tubuhnya yang sedikit terlentang. Dua matanya menajam. Baju seragamnya jadi kotor karena ulah dari gadis itu.

“Awas!” Rafa sedikit menekankan nada suaranya. Raut wajahnya sedikit memerah karena menahan rasa kesal dan amarah yang bercampur menjadi satu.

Afra Alzana. Name tage yang terpasang di bagian kanan baju seragam gadis itu membuat Rafa mengalihkan pandang sejenak. Tubuhnya masih setia menahan tubuh kurus dari gadis itu yang tak kunjung bangun. Kelopak mata indah yang tertutup rapat, suara ringisan yang sempat memasuki gendang telinganya, membuat Rafa menatap lamat sosok didepannya ketika suara kecil dari gadis itu terdengar.

“Perih—“

Kepala gadis itu bergerak tak menentu. Tubuhnya sesekali bergerak sehingga membuat Rafa mengeluarkan decakan kecilnya.

“Bisa diem?!”

“Tiup dulu mata Aku. Ga bisa ngelihat ini—“

Keluhan kecil itu membuat Rafa mengeryit. Dua tangan kecil yang berakhir memeluk erat tubuhnya, membuat Rafa terdiam dalam jangka waktu yang cukup lama. Sebenarnya siapa gadis di depannya ini? Wajahnya terlihat cukup asing untuk bisa ia kenali.

“Denger ga, sih!” gadis itu menekuk wajahnya kesal. Sempat terlihat begitu menggemaskan di pandangan mata Rafa sebelum pada akhirnya cowok itu kembali bersuara.

“Makanya, kalau jalan itu yang bener!” tangan kanan Rafa bergerak pelan. Helaian rambut lurus yang sedikit menutupi kecantikan wajah gadis di depannya meski dua kelopak matanya tertutup, membuat Rafa memilih untuk menahan napas ketika debaran jantungnya berdetak tak keruan.

“Udah belum?”

Rafa memutar bola matanya malas ketika mendengar suara gadis itu kembali. Wajah tampannya sedikit maju mendekat, meniup bergantian dua kelopak mata indah di depannya yang terpejam. Kepalanya memiring. Wajah polos yang terlihat begitu menggemaskan dengan dua pipi yang sedikit mengembung—menahan kesal, membuat Afra—gadis dengan dua tangan yang memeluk erat tubuh cowok di depannya itu perlahan mengerjap.

Titik fokus ketika dua matanya terbuka adalah sosok di depannya yang tengah ia peluk. Posisi tubuh keduanya yang masih sama, saling bertatap satu sama lain, refleks membuat pelukan erat Afra terlepas. Dua matanya mengerjap. Bagaimana bisa ia memeluk cowok asing yang bahkan sama sekali tidak ia kenal.

Plakk  

“Ko aku bisa peluk kamu? Kamu mau apa-apain aku, ya! Jujur sama aku!” tubuh Afra beringsut mundur. Dua tangannya dengan segera menepuk beberapa bagian seragamnya yang terlihat sedikit kotor.

Rafa sempat meringis kecil. Tamparan keras yang mendarat di pipi kanannya membuat wajahnya sempat tertoleh. “Lo—“

“Apa?” Afra memotong cepat. Posisi tubuhnya yang sudah berdiri tegap membuat Rafa mendengkus kesal ketika melihat ke arahnya.

“Lo kalau nampar pipi orang jangan keras-keras bisa, kan?” Rafa mulai beranjak dari posisinya. Baju seragamnya sudah tidak menunjukkan citranya sebagai seorang pelajar sekolah. Banyaknya debu yang masih menempel, membuat cowok itu enggan untuk memperdulikannya. Tangannya dengan segera mengambil buku-buku yang berserakan. Tak lepas dari hal itu, mata elangnya sesekali menoleh ketika Gadis di depannya itu menatap lamat ke arahnya.

“Ngapain ngelihatin gue terus?” tanyanya bersuara, sedikit penuh dengan sebuah tekanan.

“Disini yang salah siapa?!”

Wajah Rafa sempat melongo. Bagaimana bisa takdir mempertemukan dirinya dengan seorang gadis yang berakhir membawa kesialan yang menimpanya.

“Lo pikir sendiri.”

Memutar bola matanya malas, Afra sempat terdiam dalam jangka waktu yang cukup lama. Gadis itu sesekali mengalihkan pandang. Ucapan cowok asing di depannya terdengar sedikit menekan.

“Tadi pas masuk gerbang, mata aku ga sengaja kelilipan. Terus—“

“Gue ga peduli.” Rafa memotong cepat. Cowok itu menatap datar ke arah depan ketika melihat Afra yang terlihat ingin protes atas ucapannya barusan. Memang tidak ada yang salah. Mendengarkan ucapan gadis di depannya yang sudah bisa ia tebak akan memakan waktu lama hanya akan membuat waktunya terbuang secara percuma.

“Nyebelin!”

__________________________________________________

Al-Birru By : Gitar_senja 🦋
__________________________________________________

Informasi!!

Sebelumnya, terimakasih banyak untuk kalian yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca karya aku yang engga seberapa. Semoga, karya ini bisa bermanfaat untuk kalian semua, Amin..

Disini itu, aku cuma mau ngasih tahu kalian kalau Al-Birru aku un publish dan akan di revisi. Alasan aku merivisi cerita ini supaya lebih enak di bacanya terutama dalam hal tanda bacanya. Aku harap, untuk kalian yang sudah pernah baca cerita ini, ga ngasih tahu alur nya kepada siapa", ya. Karena disini juga ada sedikit perubahan alur.

So, aku harap kalian selau bersemangat dan support aku terus 🦋🦋🦋🦋

Al-BirruWhere stories live. Discover now