BAB 024 || KISAH HANGAT DARI ZEYANDA

82 12 3
                                    

"Kenyataan itu biarlah menjadi mimpi buruk dari tidur lelap yang tak kunjung mau untuk membuka mata."

__________________________________________________

Al-Birru By : Gitar_senja 🦋🦋
__________________________________________________

Bulan paling benderang itu selalu datang diwaktu malam. Hujan yang menderas basah itu selalu datang ketika satu bagian dari muka bumi terluka menahan tangis yang sengaja ditahan. Semesta seadil itu. Tapi, semesta tidak seadil itu ketika membagi bahagia yang tak sama.

Jakarta, masa lalu, dan semua kenyataan pahit yang sengaja dikubur di muka bumi.

Kendaraan beroda dua itu membelah jalanan luas dengan pandangan mata yang menatap fokus ke arah depan. Bising dari suara yang seolah mengganggu ketenangannya yang tengah berkendara nyaman, hal itu tak serta merta membuatnya mau untuk protes. Memang, kesabarannya dalam menghadapi suatu hal tidak usah diragukan lagi. Menurutnya, definisi sabar itu adalah dia sendiri. Tidak ada yang salah, terkadang, merasa percaya diri itu bagian dari suatu keharusan.

Toko bunga besar yang kebetulan ia lewati itu menjadi tempat singgahnya untuk sementara waktu. Tak mau menunggu lama, tubuh jangkung dengan helm yang masih menutupi bagian kepalanya itu perlahan masuk dan berhasil menjadi titik fokus sebagian orang yang kebetulan ada disana.

"Mba, Mawar Birru nya seperti biasa, ya."

"Kebetulan sudah saya siapkan, Kak, mohon untuk menunggu antrian ya, Kak."

Dion mengembuskan napas kasar ketika mendengar penuturan itu. Tak ada pilihan lain, tubuhnya lekas mengambil sebuah inisiatif kecil untuk duduk disebuah Sofa besar yang tersedia disana.

Tingg

Satu notifikasi yang masuk berhasil membuat fokusnya terbagi. Tangan kanannya lekas mengeluarkan benda persegi panjang itu dari dalam saku celananya.

Mas Zi : Sudah pulang?

Mas Zi : Kebetulan saya lagi Cafe, mau menitip makanan untuk dibawa pulang?

Senyum Cowok itu mengembang, jemari tangannya lekas mengetikkan sesuatu di atas sana sebagai sebuah balasan pesan darinya.

Dion Algrata : Toko bunga, seperti biasa

Dion Algrata : Ga, gue udah beli makanan sendiri

Dua ceklis biru, tanda sebuah pesan sudah dibaca oleh si penerima tadi. Dion lagi-lagi menatap layar ponselnya tanpa memindahkan room chat itu untuk beralih ke aplikasi lain.

Mas Zi : Mengetik....

Mas Zi : Mawar Biru?

Dion Algrata : Tebakan yang benar

Dion lekas menutup kembali ponselnya setelah dirasa tidak ada hal penting lagi untuk dia bicarakan. Tubuh yang semula menyandar nyaman itu lekas berdiri tegap ketika seorang karyawan bunga memanggilnya untuk mengambil pesanan bunga yang sudah dia pesan.

"Totalnya jadi lima puluh ribu, ya, Kak."

Dion tak banyak bersuara, tangannya kembali bergerak guna mengambil dompet di saku celana dan mengeluarkan satu lembar uang berwarna biru darisana.

Al-Birru (DIROMBAK)Where stories live. Discover now