[2/10]

504 74 3
                                    

Tak apa ...

◆◇◆◇◆◇◆◇

"Berhentilah mengikutiku!" Ini sudah kesekian kalinya [Name] mengatakannya hari ini. Akan tetapi, pemuda yang ada di belakangnya itu malah tidak mendengarkannya sama sekali.

Ia bahkan mengikuti [Name] sampai ke kelasnya. Menemani sang gadis mengajar di dalam sana. Hingga, bel pulang pun akhirnya berbunyi di dua jam setelahnya.

"YEAY!!"

"Hati-hati anak-anak, jangan berlarian! Nanti kalian jatuh!"

"IYAA!"

Seperti biasa, [Name] akan mengantarkan semua anak muridnya itu kepada orang tua mereka. Lalu kemudian kembali ke dalam kelas untuk segera berkemas.

Begitu selesai berkemas, barulah [Name] pergi keluar kelas lagi. Sambil menelpon sopir pribadi yang dimiliki oleh keluarganya. Ia sepertinya lupa kalau BoBoiBoy masih memperhatikan dirinya sejak tadi.

"Halo, Pa. Bisakah Bapa menjemput Sa–"

"Tunggu, [Name]!"

Belum sempat [Name] menyelesaikan omongannya BoBoiBoy sudah lebih dulu mengambil ponselnya. Sontak, sang gadis pun seketika naik pitam di sana.

"Apa yang kau lakukan? Apa kau tidak lihat Aku sedang menelpon sekarang? Kembalikan ponselku!"

[Name] mencoba meraih kembali ponselnya yang ada di lengan BoBoiBoy. Namun, ternyata pemuda itu malah menjauhkan lengannya. Membuat sang gadis mau tidak mau harus berjinjit di sana.

"BoBoiBoy, kembalikan. Aku harus pulang sekarang!"

BoBoiBoy tidak mendengarkan. Ia malah semakin menjauhkan ponsel milik gadis itu untuk mempersulit pemiliknya.

"BoBoiBoy!"

"Sstt– diamlah, sayang. Tidak bisakah kau pulang denganku kali ini?"

[Name] terdiam. Ia sontak membeku di sana sebelum akhirnya berjalan mundur menjauhi BoBoiBoy.

"Aku...." Satu lengan ia letakan di pergelangan atas lengan lainnya, membuat gadis ini menampakkan sisi canggungnya di sana.

Melihat hal itu, BoBoiBoy sudah bisa menebak dengan jelas apa jawaban dari gadis itu. Ia lantas mengembuskan nafasnya di sana, sembari mengembalikan lagi ponsel yang tadi sempat ia ambil.

"Ini. Tidak apa-apa jika kau belum siap. Aku tau, kau juga perlu waktu untuk menerima semua ini."

[Name] masih diam tidak menjawab. Ia hanya nurut mengambil kembali ponselnya, dengan kepala yang sedikit di tundukkan.

"Maafkan Aku..." Kalimat itu sontak keluar dari bibir manisnya. Membuat BoBoiBoy sempat terkejut di sana. Ia kemudian terkekeh canggung di depan sang gadis, sembari menepuk pelan puncuk kepalanya.

"Sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Sebaiknya kau pulang sekarang, Aku yakin Ibu Mertua sedang menunggumu di rumah."

"Hn." Lagi-lagi [Name] hanya menuruti permintaannya. Ia kemudian segera pergi dari sana, meninggalkan BoBoiBoy seorang diri di lorong sekolah.

BoBoiBoy sempat melambaikan tangannya saat [Name] pergi, dan begitu punggung gadis itu mulai tidak terlibat, barulah ia berhenti melambaikan tangan.

Wajahnya pun terlihat murung sekarang, karena memikirkan reaksi dari sang gadis barusan.

'Tak apa. Kurasa sebentar lagi [Name] akan terbiasa. Aku yakin [Name] pasti bisa menerima semuanya nanti.'

Yah, BoBoiBoy tau kalau gadis itu memang masih belum bisa menerimanya statusnya. Sebab, mau bagaimana pun, pernikahan ini terlalu mendadak untuk mereka berdua, dan sepertinya tidak ada satupun dari mereka yang siap dengan pernikahan ini.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu BoBoiBoy mulai bisa menerima statusnya sekarang. Walau gadis yang telah menjadi istrinya itu masih belum bisa menerimanya.

Meski demikian, BoBoiBoy tetap sabar menunggunya. Kerena dari lubuk hati yang terdalam, pemuda itu telah mencintai gadis itu, dan kini ia rela menanti belahan jiwanya itu, sampai sang gadis sendiri siap untuk hidup berdampingan dengannya.

◆◇◆◇◆◇◆◇

... Aku pasti akan selalu menunggumu hingga kau siap.

{4 Januari 2023}

My Tsunder Wife || BoBoiBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang