[4/10]

414 69 1
                                    

Hujan-hujan gini . . .

◆◇◆◇◆◇◆◇

Awan terdengar bergemuruh di langit senja, dengan diikuti rintik air yang kian turun semakin deras. Orang-orang pun tampak mulai berlari ketepi untuk berteduh. Namun, beberapa diantaranya malah memilih menerobos hujan yang ada di hadapan.

Di sisi lain, [Name] terlihat mematung di dalam kelas, memandang senyap bulir-bulir air yang terus mengalir di kaca jendela. Ia termenung, memikirkan bagaimanakah caranya Ia pulang ke rumah.

Haruskah ia meminta pak supir untuk menjemput dirinya? Akan tetapi, sepertinya ini bakal memakan waktu. Mengingat sekarang adalah jamnya para pekerja kantoran pulang. Jadi, jalanan pasti sedang dilanda kemacetan.

Oh, tunggu dulu. Sepertinya gadis ini lupa kalau Ia kini sudah tidak tinggal di rumah orang tuanya lagi.

"[Name], ayo kita pulang. Sebentar lagi malam akan tiba."

Dari arah ambang pintu, terlihat BoBoiBoy yang sudah siap untuk pulang ke rumah. Ia berdiri dengan tegapnya di sana. Menunggu sang istri tuk kembali bersama dirinya.

[Name] yang ditanya, entah kenapa malah terdiam memandangi sang pemuda. Keningnya nampak berkerut, seolah mempertanyakan perkataan pemuda tersebut.

"Kenapa Aku harus pulang denganmu? Aku bisa pulang sendiri dengan Pak supir nanti," dengan ketus Ia menjawab. Membuat pemuda ini hampir shock mendengarnya.

Dengan sedikit menghembuskan nafas, BoBoiBoy pun berkata, "Ya ampun, [Name]. Sepertinya kau lupa kalau kita tinggal bersama sekarang."

[Name] sempat terdiam ketika mendengar pelanturan suaminya itu. Ia mencoba mencerna apa yang barusan sang suami katakan, sebelum akhirnya menepuk jidatnya sendiri di sana.

'Astaga! Bagaimana bisa Aku melupakan ini.'

. . .

Di tengah-tengah lebatnya hujan, mobil BoBoiBoy terlihat berhenti tepat di depan sebuah Ruko kosong yang tampak telah tutup. Ruko itu bertuliskan Biskuit Yaya di atas pintunya. Merasa ada yang aneh dengan ini, [Name] pun lantas memutuskan untuk menanyakannya langsung pada sang suami.

"Kau bilang kita akan langsung pulang ke rumah. Kenapa sekarang malah berhenti di sini?"

BoBoiBoy sedikit tersenyum ketika mendengar pertanyaan [Name]. Ia lantas segera melepaskan sabuk pengamannya, lalu kemudian duduk menyamping menghadap sang istri.

Senyuman manis masih terpampang di wajah pemuda itu, membuat [Name] merasakan ada yang aneh dengan suaminya.

"[Name], coba bayangan. Apa yang akan dilakukan sepasang suami-istri jika ada di situasi ini?"

[Name] diam tidak menjawab. Ia tau betul apa jawaban dari pertanyaan itu.

"Jangan macam-macam, BoBoiBoy. Atau kau akan kupukul sekarang juga." Nada ancaman [Name] layangkan untuk pemuda itu. Namun bukannya mundur, BoBoiBoy justru terkekeh mendengarnya.

"Apa kau malu? Kita bisa melakukannya dengan perla–"

Pletak!

Satu pukulan berhasil [Name] layangkan tepat sebelum BoBoiBoy selesai berbicara. Gadis ini sepertinya geram mendengar pelanturan aneh dari suaminya itu.

"Diamlah, dan jangan coba-coba memikirkan hal seperti itu. Aku takkan segan-segan jika kau melakukannya lagi."

BoBoiBoy seketika pundung saat mendapatkan bogem mentah dari istrinya itu. Ia tampak sedikit menggembung kedua pipinya, seolah-olah sedang cemberut sekarang.

"Padahal pasangan yang lain juga sering melakukannya." Kalimat itu BoBoiBoy ucapkan dengan perlahan, tapi sayangnya masih dapat [Name] dengar dari tempat duduknya.

Perempatan imajiner seketika muncul di kening [Name], dan gadis inipun spontan kembali mengepalkan kedua lengannya. Ia menatap lekat pemuda itu, sebelum akhirnya tersenyum aneh di sana.

"Apa barusan kau mengatakan sesuatu?"

BoBoiBoy ciut mendengarkan. Ia lantas segera menggeleng kepalanya, dengan diiringi ekspresi pasrah diwajahnya. "Hehe, tidak-tidak. Tidak ada apa-apa, kok."

Sungguh malang nasib pemuda ini. Bukannya mendapatkan sesuatu yang manis di tengah-tengah hujan, ia malah dapat bogem mentah dari sang istri.


◆◇◆◇◆◇◆◇

. . . kupikir bisa dapat kesempatan. Namun nyata tidak demikian. ╥﹏╥

{30 Maret 2023}

My Tsunder Wife || BoBoiBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang