[7/10]

379 60 5
                                    

Untuk pertama kalinya . . .

◆◇◆◇◆◇◆◇

"Karena pembagian raport telah selesai, mulai besok sekolah akan libur selama dua pekan. Nikmati akhir tahun tahun kalian, dan selamat bersenang-senang."

Begitulah kalimat penutup dari kepala sekolah untuk rapat kali ini. Setelah perjuangan panjang dalam pembelajaran, pembuatan soal, dan penilaian, akhirnya seluruh guru serta staff pengajar mendapatkan hak liburan mereka.

Berhubung sebentar lagi akan tahun baru, sepertinya beberapa guru memiliki rencana untuk mengadakan acara masak bersama di salah satu rumah mereka.

"Hey, [Name]. Apa kau juga ikut? Sepertinya kali ini akan lebih menyenangkan dari tahun sebelumnya."

[Name] tertawa kikuk menatap seniornya. Ia lantas menggelengkan kepalanya sembari berkata, "Maafkan Saya, Bu. Tapi kali ini Saya berencana ingin di rumah saja."

Sang senior membulatkan bibir untuk meresponnya, Ia kemudian tersenyum jahil menggoda [Name] di sana.

"Apa kalian ingin honeymoon kali ini?"

[Name] terbatuk di tempat. Ia lantas mengibaskan lengan kanannya sambil tertawa renyah membalas perkataan sang Senior. "Ibu ada-ada aja. Saya kan masih terlalu muda untuk melakukan itu."

"Hoho, tapi kalian sudah cukup lama menikah bukan. Yakin nih nggak mau bikin programnya sekarang?" Sang Senior kembali bertanya dengan jahilnya, membuat [Name] lagi-lagi mengibaskan lengannya. "Mungkin lain kali, Bu."

"Yakin? Sayang loh kalau kalian tidak memulainya dari sekarang~" Senior ini sepertinya tidak memiliki niat untuk berhenti menjahili juniornya itu. [Name] akhirnya mau tidak mau harus menanggapi semua kejahilan itu dengan seadanya, dan percakapan ini pun terus berlanjut hingga BoBoiBoy menjemput [Name].

◆◇◆◇◆◇◆◇

"Apa yang kau bicarakan dengan senior barusan? Kelihatannya seru."

[Name] menghembuskan napas dengan berat. Saat ini mereka berdua sedang berjalan menuju parkiran sekolah untuk pulang dengan naik sepeda motor milik BoBoiBoy.

"Bukan sesuatu yang penting. Sebaiknya kau tidak perlu tau."

BoBoiBoy mengerang kecewa. Ia kemudian merogoh kunci motornya lalu memasuki kunci itu pada tempatnya. "Ngomong-ngomong, tadi Ayah sempat telepon. Katanya, apa besok kita akan datang ke rumah atau tidak?"

[Name] meraih helm yang bertanggar di kaca spion motor, lalu kemudian mundur lagi untuk memberikan celah agar BoBoiBoy bisa mengeluarkan sepeda motornya.

"Apa kita bisa di rumah saja? Aku ingin istirahat, BoBoiBoy."

BoBoiBoy melirik dari kaca spion. Ia lantas menghidupkan mesin motornya ketika [Name] sudah naik di belakang.

"Jika memang itu yang kau mau ...." BoBoiBoy meraih kedua lengan [Name] dari belakang, lalu kemudian melingkarkannya di perutnya. "... Kita bisa tinggal di rumah saja."

Mesin sudah panas, dan motor pun akhirnya mulai melaju dengan perlahan meninggalkan sekolah.

❀Bonus❀

"Oh, ya. Ayah juga sempat bertanya tadi, katanya kapan Ayah bisa meminang cucu?"

[Name] mencubit perut BoBoiBoy cukup kuat, yang dimana membuat pemuda ini hampir berteriak di jalan raya dan sedikit oleng saat mengendara.

"Astaghfirullah, [Name]. Apa yang kau lakukan? Kita bisa jatuh."

[Name] tidak menjawab. Ia justru mengeratkan pelukannya di perut BoBoiBoy. Pemuda ini jadi dibuat penasaran dengan kelakuannya.

"Hey, [Name]. Apa kau mendengarku?" BoBoiBoy melirik dari kaca spion, dan tanpa disangka-sangka ternyata ia melihat sesuatu yang lucu dari sana.

Rawut wajah [Name] ternyata tampak sedikit cemberut dibalik helmnya, dengan kedua pipi yang agak dibesarkan. BoBoiBoy rasanya ingin tertawa ketika melihatnya.

"Astaga, lihat wajahnya itu. Apakah pipinya sudah berubah jadi mochi stoberi?"

◆◇◆◇◆◇◆◇

. . . [Name] terlihat lucu saat menahan amarah.

{1 Januari 2024}

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Tsunder Wife || BoBoiBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang