1

2.2K 229 18
                                    

Pada suatu pagi di desa Metkayina terdapat keharmonisan keluarga dan suku tersebut.

"Ibu! Ayah! lihat! Tinggi kami berdua sudah bertambah!" Ucap seorang gadis kecil yang menggemaskan.

"Benar!" jawab yang satunya.

Melihat kegemasan putrinya, kedua orang tua mereka tersenyum.

"Kau benar, tinggi kalian sudah bertambah jika dibandingkan dengan sebelumnya. Benar kan Ronal?" Tanya sang ayah.

"Kau benar, Tonowari. Kedua putriku sudah tumbuh besar dengan baik" jawab Ronal selaku sang ibu.

"Hanya bertambah sedikit bukan berarti kau menjadi tinggi, kau tetap pendek" ejek sang abang.

"Hei! Berhentilah mengganggu kami, lagipula kau juga jelek dan tidak terlalu tinggi" ucap anak perempuan itu.

"Apa katamu!? Aku jelek? Lihatlah, banyak anak perempuan yang bermain denganku, benar kan Rotxo?" Tanya bocah laki laki itu pada temannya.

"Benar, Tsiena. Banyak sekali anak perempuan yang menyukai Ao'nung" jawab Rotxo.

"Oh, itu hanya karena selera anak anak itu yang buruk" jawab Tsiena.

"Seleramu lah yang bermasalah, bukan mereka" kesal Ao'nung.

"Sudahlah! Kalian selalu saja bertengkar! Aku juga bosan mendengarnya" Lerai anak perempuan satunya.

"Aku tidak bertengkar Tsireya, kembaranmu yang memuluai duluan" ucap Ao'nung.

"Apa? Dasar bajingan gila!" Kesal Tsiena.

"Hei! Tsiena, kau belajar dari mana kata kata buruk seperti itu?" Tanya Tonowari membuat Tsiena terdiam.

".. Dari Ao'nung" jawab Tsiena membuat Tonowari memberikan tatapan tajam pada Ao'nung.

"Ao'nung kau itu masih kecil, setidaknya jagalah bahasamu. Jika kau sudah dewasa tidak masalah kau ingin mengatakan apapun, mengerti nak?" Jelas Tonowari.

"Dan kau Tsiena. Padahal kau tau itu kata kata yang buruk, bagaimana bisa kau mengucapkannya semudah itu?" Bingung Tonowari.

"Tapi ibu juga sering mengucapkannya tuh, kenapa ibu boleh sedangkan aku tidak?" jawab Tsiena.

"...karena ibu mu sudah dewasa, kau baru boleh mengucapkan kata kata itu ketika sudah dewasa. Mengerti Tsiena?" Jelas Tonowari.

"Sudahlah, lebih baik kalian kembali bermain saja sana" ucap Ronal.

"Baik, bu" jawab mereka serempak.

***

Beberapa tahun pun berlalu, mereka semua kini sudah tumbuh dewasa dan menjadi remaja yang menawan.

Siang ini Tsiena lebih memilih bermain air sendirian disaat Tsireya dan yang lainnya bermain bersama dengan ilu mereka.

Tsiena mulai merasakan kedatangan beberapa orang yang sedang terbang menaiki ikran menuju desa Metkayina dan trompet pertanda seluruh warga harus berkumpul pun berbunyi.

Avatar 2: The Way Of Water x Readers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang