1

434 8 4
                                    

Bab 1

Will I’d be Ok?

New Zealand, Daddy’s Florist…

“Pagi ini rumah itu sudah dapat di tempati, kau bisa tidur dengan Ibu bila kamarmu masih ingin kau design ulang”seorang wanita paruh baya berseru riang dari arah ruang makan “Bagaimana dengan toko bunga?”tanya seorang gadis yang berjalan menuju ke sisi meja yang lain dan berhenti di sana, iris hijau zaitunnya berpendar sendu. Di tangannya membawa syrup maple dan secangkir kopi. “Untuk apa toko bunga? Kita sudah mapan sekarang”wanita paruh baya itu menyeryit, guratan usia semakin terukir jelas di wajah cantiknya “Untuk mengikatmu agar tetap bersamaku”gadis muda itu menyesap sedikit kopinya, rambut hitam bergelombangnya di sibakkan ke balik punggung.

“Claire…Ibu takkan lama, lagi pula rumah ini terlalu luas untuk kita berdua”wanita itu berdiri dan merapihkan baju kerjanya. “Tapi ini milik ayah bu. Aku hanya tak ingin melupakannya”lirih gadis itu, ia memandang cangkir kopinya dengan nanar. “Kita takkan melupakannya sayang”wanita itu memandangi figura besar di tembok samping kanannya. “Kita akan sering mengunjunginya di Grillbert Hill, dan kita akan menyimpan semua barang miliknya”wanita itu melangkah mendekati ujung meja yang lain. “Rasanya takkan sama”air mata sudah menggenang di pelupuk gadis itu.

Wanita itu memeluk sang gadis dengan penuh kasih sayang seorang ibu “Aku tau ini berat untukmu. Namun ku pastikan kau akan senang tinggal di sana”ia mengusap kepala gadis itu perlahan. “Aku ingin taman bungaku”sang gadis memeluk wanita itu erat - erat “You got it”bisik sang wanita tepat di telinga gadis tadi. “Benarkah?”, sang wanita mengangguk. Mereka lalu saling melepaskan pelukan.

Wanita itu mengecup kening Claire, gadis muda itu, lalu meraih tas kerja Gucci yang di letakkan di atas meja. “Mrs. Diana akan membantumu berbenah hari ini. Kau bisa tinggal dirumahnya, kalau kau mau”. Claire tersenyum, “Baiklah. Sampai jumpa 1 minggu lagi”, wanita itu pun tersenyum “Jaga dirimu”. Pintu di tutup, suara derikan kayu mahogany tuanya begitu khas.

Claire bergegas membereskan meja makan. Membawa semua peralatan kotor ke dapur lalu mencucinya. Semua di lakukannya dalam keheningan. Hanya suara langkah kaki yang terpantul dari lantai kayu saja yang terdengar.

Claire merasa rindu. Rindu pada suasana kehangatan dalam keluarganya. Ayah, juga kedua kakak lelakinya. Gadis itu merindukan mereka.

Claire tau mungkin mereka sudah tenang di sana. Namun ia belum bisa menerimanya. Semuanya terasa seperti mimpi. Musik, dan semua ledakan itu.

Pukul 13.00 tepat, bel rumahnya berbunyi. Claire menggeleng kuat - kuat karna ia hampir terlelap tadi. Ia bergegas menuju ruang tengah dan membukakan pintu.

“Kejutan…”seru seorang wanita sebaya ibunya dari ambang pintu, rambut hitam potongan pendeknya bergoyang “Oh, hai nyonya”sapa Claire ramah “Silahkan masuk”gadis itu membukakan lebar - lebar pintu rumahnya. Mrs. Diana, itulah nama wanita yang baru saja masuk. Ia datang bersama ketiga anaknya, mereka sedang libur sekolah. Mrs. Diana adalah teman Mrs. Sarra, ibu Claire saat High School dulu. Dan sekarang, anak Mrs, Diana yang ke 2 adalah teman satu High School Claire.

Mereka duduk di sofa. Claire lalu menutup pintu dan menghampiri mereka “Anda ingin minum apa nyonya?”tanya Claire se-sopan mungkin “Jangan se formal itu padaku Claire. Kau sudah ku anggap anakku sendiri. Panggil aku Madame”ucap Mrs. Diana sambil tertawa kecil, Claire hanya tersenyum. “Kakak punya coklat panas? Aku kedinginan”tanya George, anak bungsu Mrs Diana. Claire berjalan mendekati George dan mengacak rambutnya yang berwarna kelabu “Baiklah, apa kau mau mebantuku?”Tanya Claire, iris hijau zaitunnya berbinar senang “Tentu saja”George melompat turun dari sofa lalu berlari menuju dapur.

“Dia selalu saja merepotkan”keluh Mrs. Diana “Tak apa Madame, dia hanya anak kecil”kekeh Claire. “Oh ya, mau ku buatkan teh jasmine untukmu?”tanya Claire “Ya, aku suka Jasmine”Mrs Diana mengangguk “Lalu kalian?”tanya Claire pada kedua anak Mrs Diana yang sejak tadi hanya diam saja. “Terserah kau saja”ucap Samuel, anak tertua “Kalau kau?”tanya Claire pada anak kedua Mrs Diana “Aku ingin… hazelnut coffe, kau masih punya itu kan?”ucap Ethan.

Claire memicingkan matanya “Kau, selalu saja mengusik barangku”. “Itu salahmu”Ethan membela diri “Salahku?”tanya Claire dengan pandagan bertanya “Kan kau tadi yang menawarkan padaku”jawab Ethan. Claire lalu hanya mendecak kesal. “Kau menyebalkan”. Gadis itu lalu berjalan menuju dapur.

Incredible of Music @TheOvertunesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang