1.4

152 3 0
                                    

Samuel’s Room…

“Aku lebih memilih tidur di balkon di bandingkan harus sekamar dengan mahuk sepertimu!!!”, Mikha menyernyit mendengar suara Claire dari luar kamar. Tak lama Claire masuk, meleletakkan barang – barang yang di bawanya ke lantai lalu dengan sigap segera menutup dan mengunci pintu kamar. “Apa yang terjadi?”tanya Mikha, ia nampak sudah membersihkan diri dan berganti baju. Laki laki itu kini juga nampak lebih baik dengan kaos New Castle dan celana ¾ nya. “Ada orang gila di luar”Claire meniup anak rambut yang menutupi wajahnya. “Hei! Aku mendengarmu”teriak Ethan dari luar “Lihat”Claire mengangkat sebelah alisnya sambil menunjuk pintu. “Dia pasti sangat kesal”Mikha bangkit dari ranjangnya dan membantu Claire menata barang – barangnya tadi. “Pasti”angguk Claire.

“Oh ya, Sam mana?”Claire mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan meski tangannya sibuk membenahi barang “Dia di toilet”jawab Mikha, Claire hanya mengangguk faham. Gadis itu lalu menata barang – barangnya di ujung ruangan sedangkan peralatan tidurnya ia limpahkan ke atas sofa kecil di samping kasur Sam.

“Oh ayolah, kau terlalu mengumbar bentuk tubuhmu itu”Claire berkacak pinggang di samping sofa saat melihat Sam keluar toilet dalam keadaan topless “Akuilah bahwa aku memang sexy”Sam berjalan mendekati sofa. Claire tertawa keras – keras setelah menghenyakkan dirinya di atas sofa “Pemuja”, Sam menyeringai “Tidak juga. Aku ikut club bela diri di sekolahku Claire, jadi… inilah hasilnya”laki laki itu memamerkan bentuk tubuhnya yang sixpack “Aku tau. Karna saat pertama aku kesini, kau bermandikan keringat”Claire terkekeh kecil sambil menjatuhkan dirinya ke sofa. “Sudahlah… Itu bagian yang tak perlu di bahas”Sam mengambil kaos hitam pressbody dari lemarinya lalu mulai mengenakannya.

Claire menenggelamkan dirinya dalam sofa dan balutan selimutnya, mencoba memposisikan dirinya agar senyaman mungkin dan jauh dari kemungkinan sakit leher ketika bangun tidur besok pagi. Setelah menemukan posisi yang nyaman, matanya menerawang menatap langit – langit kamar. Perhatiannya sedikit teralihkan saat Sam membuka pintu kamar yang gadis itu kunci tadi lalu keluar kamar. Ia mengalihkan pandangannya pada Mikha yang terlihat sedang memandanginya. Melihat anak laki laki yang lebih tua darinya, ia jadi ingat semua orang yang pernah hadir dan menghangatkan dunianya yang kini terasa begitu dingin dan hampa.

Ayahnya…

Kak Lucas…

Kak Cafa…

Gadis itu merindukan mereka. Terlintas dalam benak Claire tentang hari - hari bahagia mereka. Dirinya juga ada di sana, memetik senar gitar dan memainkan lagu bersama. Namun tak lama, bayangan itu berganti dengan tragedi  mengerikan. Ia melihat tangan ayahnya melambai di tengah reruntuhan gedung. Claire ingin menggapainya, namun terlalu sulit karna separuh tubuhnya juga tertimpa reruntuhan saat itu. Dan semuanya menggelap dari pandangan ketika ia merasa kepalanya tertimpa benda berat.

Sekali lagi gadis itu memandang Mikha. Kini tatapannya menyedihkan, ia melihat Mikha dalam pandangan kerinduan.

“Aku ingin pulang…”lirih Claire tiba tiba. “Aku…rindu ayah”mata hijau zaitunnya mulai berkaca kaca. Mikha beringsak mendekati Claire  lalu menangkap bulir bening itu dan merengkuh wajah Claire dalam pelukannya. Entah apa yang merasukinya sehingga ia dapat berbuat seberani itu. Meski ia telah mengenal Claire, namun ia tau gadis itu belum mengenalnya, lebih tepatnya belum mengingatnya, Mungkin. “Aku ingin bersama Lucas dan Cafa. Aku.. aku merindukan mereka”Claire terisak kecil, gadis itu tau sikapnya mungkin memalukan, menunjukkan kelemahan di depan pria adalah pantangan baginya. Namun merasaan sedihnya saat ini sedang memuncak, ia tak dapat mengendalikan bulir bening yang keluar dari matanya, ia tak dapat mengendalikan tangannya yang memeluk Mikha erat - erat, ia tak dapat mengendalikan perasaannya, ia lemah saat ini. “Tenanglah, aku berjanji akan mengantarmu pada mereka besok pagi. Tapi tidak malam ini Claire”ucap Mikha lembut.

Sam yang tadinya hendak masuk ke dalam kamar mengurungkan niatnya dan malah mematung di belakang mereka, tak mengerti mengapa Mikha bisa menjadi seluluh itu melihat seorang gadis menangis. Padahal Ethan yang se tipe dengan Mikha malah sering menjadi penyebab Claire menangis, karna hal apapun itu.

“Benarkah?”Claire mendongakkan kepalanya, berusaha melihat wajah Mikha “Ya, tentu. Karna itu kau harus beristirahat, jarak ke Grillbert Hill lumayan jauh dari sini”Mikha melepaskan rengkuhannya lalu meletakkan kepala Claire di atas bantal “Bunga apa yang mereka suka?”tanya laki laki itu “Bunga?”Claire menyernyit “Yah, kau kan tak mungkin dengan tangan kosong ke sana”ucap Mikha skeptis “Ah itu, aku selalu membawakan bunga lily putih dari kebunku”Claire mengerjapkan matanya yang terasa lembab. “Bagus, kita kerumahmu dulu untuk mengambil bunga lalu kita mengunjungi mereka. Bagaimana? Ku dengar kau punya Florist kan”, Claire mengangguk menanggapi.

“Tidurlah..”Mikha mengelus puncak kepala Claire, ia merasa bagai mempunyai seorang adik perempuan sekarang. Adik yang terpaut kurang dari setahun. Adik yang membawa perasaan aneh yang menunjukan bahwa ini lebih dari sekedar yang ia bayangkan. Namun Mikha menekan segala bentuk yang bisa membuat segalanya menjadi rumit. Seperti kupu kupu yang berterbangan dalam perutnya atau sekedar degup jantung yang abnormal. Semua itu hanya akan mempersulit posisinya dalam saat saat pelarian dari keluarganya seperti ini.  Perlahan mata Claire terpejam, menyembunyikan iris hijau zaitunnya yang menawan. Mikha akan pergi menjauh ketika sebuah suara terdengar olehnya. “Maafkan aku dan, terimakasih”ucap Claire dengan mata terpejam “Ya, tak apa”Mikha lalu menjauh dari sofa. Membiarkan Claire benar - benar tertidur dengan tenang menjauhi alam sadarnya.

Mikha bersikap seakan tak pernah ada yang terjadi, sama seperti gadis itu memperlakukannya. Ketika mata mereka saling bertemu di pintu depan tadi, Mikha tau itu dia. Seseorang yang sangat ia rindukan hadirnya. Seseorang yang pernah menghilang dari kehidupannya.

Saat Mikha berbalik, dua orang memandanginya dari arah pintu. “Kemarilah”seru Sam pelan “Ada yang harus kita bicarakan”. Ethan menatap Mikha sebentar dengan tatapan yang sulit di artikan sebelum ia menghilang ke sudut kiri pintu. Mikha melangkahkan kakiknya takut – takut. Ia berjalan menuju ke lantai bawah mengikuti Sam yang tepat di depannya dan Ehan yang sudah lebih dulu tiba di bawah. Mikha tau kalau –mungkin saja- Ethan benar – benar menyukai Claire dan bisa saja perbuatannya tadi mengganggunya. Mikha sadar hal itu.

Namun menurut Mikha, Claire tadi terlihat kesal dengn Ethan, Sam menghilang dari pandangannya, sedangkan di dalam kamar hanya ada dia dan gadis itu. Jadi, apa dia akan diam saja melihat seorang gadis menangis? Mikha rasa tidak. Yah, dia akui memang ada gataran aneh dan kupu – kupu yang menyerang perutnya saat kulit mereka bersentuhan. Tapi Mikha rasa itu hanyalah response biasa yang memandakan bahwa dirinya masih normal. Jadi, apa yang bisa membuat Ethan atau Sam marah??

Mereka berdiri ber urutan di ruang tamu. Sam, Ethan dan Mikha. Ethan memandang Mikha lurus lurus “Aku tak pernah tau kalau kau pun menginginkannya”, Mikha membelalakkan mata nya yang besar “Aku tak pernah bermaksud untuk begitu. Kau yang salah cara dalam mendekatinya”ia mengerti kemana arah pembicaraan ini. Mikha sudah menebaknya, meski tak bisa di pungkiri jika saja benar Claire adalah gadis itu maka… jawabannya adalah ya. Mikha menginginkannya. “Oh, jadi kau mengira aku salah? Lalu bagaimana caranya Hm? Apakah memeluknya seperti tadi yang kau lakukan?”Ethan mencibir sinis “Dia …aku tidak.. aku hanya..”Mikha bingung harus mulai menjelaskan dari mana. “Sudah ku duga”Ethan memutar bola matanya dengan malas lalu menghenyakkan tubuhnya ke sofa.

“Dia rindu Ayahnya…”akhirnya itu yang keluar dari bibir Mikha, namun hal itu sanggup membuat ruangan hening “Claire rindu ayahnya…Lukas…Cafa…Gadis itu merindukannya”Mikha memandangi Sam dan Ethan bergantian. Terdengar helaan nafas berat dari Sam “Maafkan adikku, ia hanya cemburu”Sam mencoba mencairkan suasana, namun usahanya gagal. “Naiklah Mikha, tak ada lagi yang harus di bicarakan”Sam menatap sengit pada Ethan yang masih terduduk di atas sofa. “Thanks Sam”Mikha lalu berjalan gontai menju lantai atas.

Incredible of Music @TheOvertunesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang