PART 22

7.6K 390 6
                                    

Lili tersentak saat merasakan dua tangan kekar melingkari perutnya. Tanpa menoleh pun, dia sudah tahu siapa sang empu tangan.

"Pemandangannya indah, ya?" Suara berat Felix membuat Lili mengangguk kaku.

"Ya," jawabnya. Mata Lili terpejam, menahan napas saat merasakan napas hangat menggelitik lehernya. Bisakah Felix tak membuatnya meremang? Pikiran Lili sudah tidak ada di tempatnya, menjelajah ke mana-mana.

"Mau jalan-jalan sebentar?" ajak Felix. Bisa Lili rasakan dagu Felix berada di atas kepalanya.

"Boleh?" Lili memiringkan kepalanya.

"Tentu, atau kamu ingin di sini saja?" Ada nada menggoda dalam suara Felix, membuat Lili merona dengan pikiran kotornya.

Astaga!

"A~ aku ingin ke sana," ujarnya cepat. Melepas tangan Felix dari perutnya, Lili langsung mencari pakaian yang akan dia kenakan. Karena sebelumnya dia hanya memakai handuk kimono.

Felix hanya mengamati Lili yang gugup. Kentara sekali dari wajah istrinya itu. Senyum kecil menghiasi di bibir Felix melihat sikap menggemaskan Lili yang merona. Padahal, kalau pun Lili ingin di kamar saja, juga tak masalah. Sayangnya Lili ingin keluar, dan sebagai suami, bukankah Felix harus menyenangkannya?

Setelah mereka selesai ganti pakaian. Lili mau pun Felix keluar dari kamar menuju ke pantai yang tak jauh dari Villa. Angin malam berhembus, membelai kulit Lili yang menikmati menelusuri bibir pantai. Anginnya terasa dingin, namun menyenangkan apalagi ketika tangannya digenggam hangat oleh Felix.

Senyum ceria terpatri di bibir Lili saat merasakan ombak kecil membasahi kakinya yang telanjang. Seperti anak kecil yang menemukan mainan baru, Lili merasa senang dan berlari kecil tanpa menyadari jika tangannya yang semula berada di tangan Felix telah terlepas.

Felix membiarkan Lili melakukan apa yang wanita itu inginkan. Pria itu duduk di atas pasir, kedua tangannya berada di belakang, mendongak dan memejamkan mata kala angin membelai wajah tampannya. Helaan napas terdengar, matanya terbuka dan menoleh ke arah Lili yang asyik dengan kegiatannya.

Saat wanita itu mendekat, Felix masih duduk sambil menatapnya. Hingga saat Lili berdiri di depannya, tangan Felix terulur lalu menarik Lili agar duduk di sampingnya.

"Senang?"

"Iya." Lili mengangguk. "Sudah lama aku gak bermain di pantai." Terakhir ke pantai, Lili ingat saat dia masih berada dibangku sekolah dasar. Setelah itu tak pernah lagi ke pantai ataupun berlibur karena orang tuanya merintis usaha hingga sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Lili menatap Felix lamat-lamat, sebelum menjatuhkan kepalanya pada bahu Felix. Suasananya terasa romantis bagi Lili.

Ah, senangnya~

Felix menoleh saat mendapati kepala Lili bersandar pada bahunya. Pria itu membiarkan. Malah kini tangan Felix mengelus rambut Lili, lalu turun ke bawah dan melingkarkan tangannya di pinggang Lili. Felix membawa Lili semakin merapat pada tubuhnya.

****

Seusai puas di pantai, mereka memilih makan malam di Villa dengan Felix sebagai juru masaknya. Meski seorang pria, Felix mahir dalam memasak. Bahkan Lili sebagai wanita kalah soal memasak.

"Kenapa dia tambah tampan?" gumam Lili menganggumi keahlian memasak Felix. Pria itu memakai kaos hitam lalu di padukan apron berwarna cream, entah kenapa terasa pas pada tubuh Felix yang tinggi dan atletis.

Pria itu ... suami Lili, 'kan?

Lili tertawa kecil dengan pikiran konyolnya. Jelas saja pria itu suaminya. Menunduk, tatapan Lili tertuju pada jemari manisnya yang terdapat cincin pernikahan, melingkar begitu sangat manis.

(𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧) 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐌𝐚𝐥𝐚𝐦 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang