2. Kelompok

23 6 3
                                    

"Ada getaran aneh ketika aku menatap dirimu. Sayangnya aku bahkan tak bisa menebak apa maksud dari itu."

-

Bel istirahat kedua berbunyi, seluruh murid yang muslim segera menuju mushola yang sudah tersedia di sekolah mereka untuk menunaikan sholat dzuhur. Di SMA ini, tersedia fasilitas mushola guru dan murid secara terpisah.

Zaina dan Meisya baru selesai mengambil wudhu dan sedang merapikan kembali hijab mereka. Zaina yang sudah selesai, izin kepada Meisya untuk keluar lebih dulu dan menunggu diluar, Meisya yang masih berkutat dengan hijab nya mengangguk saja. Sesekali Zaina tertawa melihat Meisya yang kesulitan, apalagi wajah cewek itu yang sudah seperti ingin mengajak ribut hijab nya.

Saat sudah diluar tempat wudhu, Zaina mengedarkan pandangannya, melihat-lihat sekitar untuk menghilangkan rasa bosan. Apalagi Meisya sungguh lama sekali. Jangan-jangan cewek itu sedang mengomel sendiri dengan hijab nya.

Saat sedang asyik mengamati sekitar, netra nya terpaku dengan sosok yang tak jauh di hadapannya. Tempat keluar wudhu perempuan dan laki-laki yang berhadapan, membuat nya dengan jelas menatap insan di depan sana. Lihat, cowok yang baru selesai wudhu itu mengibaskan rambut basah nya ke atas, jangan lupakan air wudhu yang menetes sampai dagu nya. Zaina seakan mematung di tempat, dengan detak jantung yang memompa lebih cepat.

Sedangkan di seberang sana, cowok itu sedang merapikan baju dan celana nya yang ia gulung tadi saat mengambil wudhu. Setelah itu ia memakai peci nya. Zaina gelagapan saat mata cowok itu pun menatap ke arah nya. Dengan cepat ia memalingkan wajah ke arah lain.

"Astagfirullah.." ucap Zaina dalam hati.

Tidak salah jika Arcelio digandrungi banyak cewek. Ya, Arcelio. Selalu saja membuat siapapun yang melihat nya terpana, seperti mempunyai aura tersendiri.

"Ih Ya Allah kesel banget ama ni hijab, kalo nggak buru-buru kayak tadi pagi pasti sempet setrika dulu."

Zaina menoleh ke belakang, mendapati Meisya yang keluar dengan wajah kesal, membuat Zaina ingin tertawa. Namun urung, pasti akan menambah kekesalan cewek itu. Hijab nya kini tak terbentuk, terlipat ke samping, sangat pasrah dengan bentuk hijab nya sekarang.

"Tetep cantik kok Ca," hibur Zaina.

"Bukan masalah itu, gak peduli gue kalo itu. Rapi nya loh Naa, berantakan banget ini."

Zaina diam bingung harus menjawab apa. Sudah dipastikan mood Meisya kini sangat berantakan, seperti hijab nya, yang ada nanti ia makin mengomel. Cara yang dari dulu dilakukan kalau ada persoalan yang tidak ada jalan keluar seperti ini adalah, 'yaudahlah nanti juga kalem sendiri.' Karena ingin menyetrika di sekolah pun tidak mungkin kan?

Zaina melirik kembali ke seberang, sudah tidak ada Arcelio disana.

Terdengar suara yang mereka kenali sudah mengumandangkan adzan.

"Ervan dah adzan tuh, ayok masuk."

Usai sholat berjamaah, para siswa sudah lebih dulu keluar mushola menuju kantin. Sedangkan para siswi masih sibuk melipat mukena nya. Seperti yang dilakukan Zaina dan Meisya saat ini.

"Na, nanti kayaknya gak bisa pulang bareng deh. Gue ada urusan sama pembina eskul." Meisya berbicara di sela-sela melipat mukena.

Melihat tak ada respon, Meisya menoleh memperhatikan sahabat nya itu. Zaina sudah selesai melipat, tetapi ia hanya diam melamun. Meisya mulai khawatir, apa iya Zaina dirasuki? Ah, mana mungkin. Ini mushola, masa iya ada makhluk itu.

WAKTU FAJAR & USAI [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang