3. Sumber Luka

21 5 0
                                    

"Utuh bukan berarti sempurna."

-

Sesampainya didepan pagar rumah, Zaina mengernyit kala melihat motor terparkir di rumah besar seberang nya. Itu adalah motor yang tadi, bahkan ada bekas lecet kecelakaan kecil tadi. Apa rumah cowok aneh itu di seberang rumah nya? Tetangga nya?

"Neng."

"Astagfirullah."

Zaina mengelus dada nya yang berdebar. Mang Dadang menampilkan deretan gigi nya.

"Hampura."
(Maaf)

"Mang Dadang, ngagetin aja."

Mang Dadang adalah sopir pribadi di rumah. Kebetulan dari beberapa bulan kemarin juga menggantikan tugas satpam, karena Mang Jedi sedang balik kampung, ntah kapan akan pulang lagi.

"Neng Zaina naha atuh berdiri aja disitu daritadi?"

"Mang, itu rumah ada orang nya lagi?"

Mang Dadang mengikuti arah pandang Zaina.

"Itu mah dari neng Zaina masih kecil juga masih ada orang nya. Emm lebih ke masih ada pemilik nya neng."

Zaina mengamati lagi rumah besar nan mewah tersebut, ya meski dengan rumah nya pun sama besar nya. Zaina kira pemilik rumah nya sudah tak menempatkannya, toh beberapa tahun terakhir ini Zaina tak menghiraukan rumah itu. Bahkan Zaina, Ayah, dan Bunda nya tak pernah mengenal pemilik rumah itu. Dulu saat masih kecil Zaina selalu melihat sepasang suami istri yang selalu pulang pergi. Kata Bunda nya saat Zaina bertanya, mereka itu orang sibuk. Memiliki bisnis di luar kota dan negeri, untuk sekedar sapa menyapa dengan tetangga pun tak pernah. Pulang hanya seperlunya, rumah itu seakan-akan hanya seperti penitipan barang dan tempat istirahat sejenak. Lalu siapa cowok tadi? Pemilik rumah itu kah?

"Itu motor siapa Mang?"

"Kalo itu Mamang gak tau Neng, tadi cuman liat ada anak muda yang masuk kesitu pake motor itu, orang nya ada di dalem kayaknya. Kalo hubungan anak muda tadi sama pemilik rumah ini Mamang gak tau juga."

Zaina ber 'oh' saja. Dipikir-pikir, untuk apa dirinya peduli? Kalo pun ia harus tetanggaan dengan cowok tadi, ya bukan masalah besar. Meski ada rasa kesal di hati nya.

"Yaudah Mang, Zaina masuk dulu ya. Assalamu'alaikum."

Zaina tersenyum dan berpamitan. Mang Dadang balas tersenyum dan menunduk ramah.

"Wa'alaikumussalam."

Zaina berjalan menaiki anak tangga, kamar nya berada di lantai satu. Ia ingin ke toilet karena toilet di lantai bawah air nya mati. Mungkin sebentar lagi akan menyala.

Zaina sempat menghentikan langkah nya sejenak saat melihat Gita, adik tiri nya itu baru keluar dari kamar. Ntah kenapa perasaannya tak enak, tetapi ia tetap berjalan melewati adik nya. Namun, benar dugaannya.

BRUK

"Ya ampun, lo kalo jalan ngeliat nya tuh pake mata."

Gita tersenyum sinis dengan tatapan meledek. Anak itu sengaja membuat Zaina tersandung dengan kaki nya.

Zaina memejamkan mata, menahan sensasi perih di lutut serta telapak tangan nya. Sebelum naik, ia mencuci darah di telapak tangannya dengan air kran diluar. Namun sepertinya darah itu akan keluar lagi. Sungguh, rasa nya Zaina tak sanggup bangkit, tubuh nya yang linu karena terserempet motor tadi membuatnya lemas.

Zaina melirik ke depan, di depannya berdiri Kenzy, abang nya.

"Suara apa itu?"

Terdengar teriakan dari bawah, Gita baru sadar jika Ayah nya sedang ada di rumah. Suara jatuh itu pasti sangat keras sehingga terdengar sampai ke bawah. Segera Gita menarik paksa Zaina untuk berdiri, lalu ia menggantikan posisi Zaina yang tadi terduduk di lantai. Dan sepertinya Gita tak menyadari kehadiran Kenzy.

WAKTU FAJAR & USAI [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang