Chapter 6 : Janji

16 5 2
                                    

Seminggu telah terlewatkan dan sampai hari ini tidak ada satupun petunjuk yang mereka dapati, hanya kegiatan biasa yang mereka dapati saat mengawasi para siswa nakal itu. Dalam seminggu ini pun Ray dan Kevin telah mengawasi dari jarak dekat juga, mulai pergi ke kantin di jam biasa anak anak itu berada. Datang sepagi mungkin agar tidak melewatkan jam masuk para anak berandal itu dan ikut berpartisipasi dalam pertandingan futsal sekolah yang di adakan tiap akhir semester.

Dari sejak saat itu tidak ada keanehan pun terjadi, semua adem ayem saja. Anak anak berandal itu pun tidak melakukan bullying lagi. Semua terasa normal semenjak kematian Rafan, tak ada lagi huru hara yang sering terjadi di sekolah mereka.

Hubungan para siswa antar angkatan pun membaik, sama sekali tidak ada kecurigaan yang terjadi yang mampu membantu Ray dalam proses penyelidikan ini. Melihat situasi yang normal ini membuat nya kalut dan tidak semangat untuk melanjutkan penyelidikan lagi. 

"Untuk apa melanjutkan jika tidak ada hasilnya," begitulah pikir Ray setelah menjalani seminggu ini.

Ujian akhir semester pun juga akan segera tiba, dalam seminggu lagi ujian akhir semester satu akan dimulai. Seluruh siswa siswi terlihat sibuk mengatur jadwal mereka untuk mempersiapkan ujian. Ray yang saat ini tidak niat dalam belajar, terpaksa ikut menjadi produktif. Mulai dari menyelesaikan tugas kosong nya yang tertinggal, dan melakukan beberapa ujian praktek untuk pengambilan nilai di mata pelajaran Olahraga.

Semua ia lakukan dan oleh karena itu, penyelidikan ia tunda sambil memikirkan langkah selanjutnya untuk memperoleh informasi. 

"Ya Tuhan berikanlah petunjuk dari hal yang saya selidiki saat ini," harapnya dalam hati saat merasa buntu oleh kenyataan yang terpampang di hadapannya.

Hanya itu yang bisa ia harapkan disaat semua terasa buntu dan tidak ada jalan lagi. Berdoa dan berpengharapan akan ia lakukan disaat ia merasa putus asa. Berharap Tuhan memberikan jawaban atas doa nya.

.

.

.

.

Hari hari pun berganti dan saat ini ujian telah selesai, jiwanya yang kemarin lesu sekarang mulai membaik lagi. Setelah ujian yang telah terlaksana akhirnya akan tiba waktu libur. Disaat saat seperti ini biasanya ia akan menghabiskan waktu dengan saudara kembarnya, merencanakan liburan akhir Tahun.

Sayangnya di kesempatan kali ini ia hanya tinggal sendiri, Rafan pun telah tiada. Disisi hatinya terasa sakit mengingat liburan kali ini ia hanya sendirian, karena biasanya hanya Ray dan Rafan lah yang pergi untuk liburan. Sementara itu orang tua nya akan melakukan perjalanan dinas di akhir tahun, hanya ia berdua dengan saudara kembarnya yang pergi menikmati libur akhir tahun.

Tapi di liburan kali ini karena Rafan telah tiada, ia merasa hampa sekali.

"Liburan sendirian?" pikirnya.

Rebahan dikasurnya Ray memikirkan harus kemanakah dia liburan nanti, Kevin dan Sella sudah pasti akan liburan bersama keluarga mereka. Kedua orang tuanya pergi dinas diluar kota, dan hanya ia sendirian. Sepertinya destinasi wisata akhir tahun tidaklah banyak, ia hanya berpikir menghabiskan waktu sendirian dirumah lebih baik untuknya.

"Dirumah aja kali ya?" Ujarnya pada diri sendiri.

Menatap ponselnya ia melihat wallpaper foto ia dengan Rafan, terlihat mereka sedang tersenyum menghadap kamera. Foto itu diambil di Jepang saat mereka liburan, latar putih salju menghiasi pemandangan di belakang mereka. Sungguh benar benar indah di pandang.

"Andai lu disini Raf, mungkin kita udah buat destinasi wisata akhir tahun kali ya. Gua pernah minta lu temenin gua ke London, tapi sayang kita udah gabakalan pernah kesana lagi." Ucap Ray dengan wajah sedih menatap ponselnya.

Sadar dengan air mata yang jatuh di pipinya, membuat ia berjanji untuk tidak menangisi kematian Rafan lagi.

"Raf, gua janji akan cari tau alasan kenapa lu kecelakaan waktu itu. Gua yakin lu ga seceroboh itu sampai bisa kecelakaan, gua yakin dengan pasti ada sesuatu yang terjadi sampai buat lu hari ini gabisa ada disini lagi." Ujar Ray.

"Cepat atau lambat, gua pasti akan nemuin fakta yang di sembunyikan dari kasus kematian lo. Gua janji bakalan nemuin, pasti." Ray meremas handphone nya sambil mengatakan itu, terlihat keyakinan dimatanya. Janji yang dia pastikan akan ia tepati, pasti.

TBC

Hai semuanya, apa kabar? akhirnya aku kembali update lagi nihh..

Biar ga ketinggalan notif update jangan lupa masukin perpustakaan ya, jangan lupa untuk follow akun aku juga guys..

Buat kalian pengguna karyakarsa, cek akun aku ya..

Bisa di cek dengan username, "xxhophiiaa".

Aku ada cerita baru loh disana, jangan lupa untuk follow akun aku dan dukung karya karya aku di karyakarsa ya..

Sekedar informasi aja kalau aku update tiap hari, so stay tune guyss..

love u ❤ - xxhophiiaa



About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang