Chapter 11 : Penjelasan

7 4 0
                                    

Pagi hari tiba, sehari sebelum natal atau tepatnya hari ini adalah malam natal. Malam penuh sukacita, begitulah harapannya pada hari ini. Setelah melalui  hari yang melelahkan kemarin, akhirnya hari ini Ray mencoba untuk bangkit. Bagaimanapun hampir dua minggu ini dia telah menghabiskan waktu waktunya hanya dikamar saja, setelah mencoba menerima apa yang telah terjadi kemarin, ia akhirnya memutuskan untuk perlahan bangkit dan mencoba untuk tidak terpuruk lagi dalam kesedihannya.

Pada hari ini juga adalah malam natal, ia tidak ingin malam natal yang selalu ia habiskan dengan rasa sukacita, harus berjalan dengan dukacita karena dirinya yang masih terlarut dalam kesedihan. Walaupun memang ada rasa sedih, namun ia rasa juga dirinya tidak bisa untuk terus berlarut larut dalam kesedihan mendalam. 

Walaupun akhir hidup Rafan memang sedih, namun ia juga percaya sekarang Rafan telah bahagia di surga. Ia percaya bahwa saudaranya yang baik itu, akan mendapatkan tempat yang baik pula disana. Selanjutnya hanya dirinya yang harus perlahan lahan merelakan kepergian Rafan, bagaimanapun hidup terus berlanjut, dirinya juga tidak bisa untuk terus stuck disini. Maka dari itu, bangkit adalah salah satu solusi untuk hidupnya saat ini.

Namun walau dirinya telah berusaha menerima keadaan Rafan yang saat ini telah tiada, ia tetap berjanji dan akan berusaha untuk menegakkan keadilan untuk Rafan. Ia juga telah berjanji pada Rafan, ia akan membuat orang yang telah melakukan ini kepada saudaranya untuk dapat menerima hukuman yang pantas mereka terima.

Dalam mewujudkan keinginannya itu pula, ia juga harus mulai dari langkah pertama. Ia ingin memberitahukan pada orang tuanya, tentang bukti yang telah ia dapatkan selama penyelidikan kasus Rafan. Ia sangat paham bahwa kedua orang tuanya berhak tahu tentang kebenaran dalam kasus kakaknya ini, ia harap pada hari ini semua dapat berjalan dengan baik tanpa merusak suasana natal besok.

.

.

.

Duduk di ruang tamu yang ada di dalam kamar hotel, akhirnya Ray perlahan lahan mulai bercerita pada orang tuanya, mengenai apa yang telah dia diam diam lakukan selama ini. Mulai dari mendapatkan barang bukti pesan yang ada di handphone Rafan, rekaman cctv anak berandalan sekolahnya, dan juga rekaman bukti voice note saksi.

Ia memberitahukan kepada orang tuanya satu persatu, ia juga menceritakan tentang di dan Kevin yang saling bekerja sama dalam mencari tahu terkait kematian Rafan. Cerita pun mengalir lancar, kedua orang tuanya sibuk menyimak dengan hikmat apa yang dirinya bicarakan.

Tanpa menyela satupun ucapan dirinya, orang tuanya terus fokus sampai akhirnya ia pun telah selesai dengan semua ceritanya. Reaksi orang tuanya tidak terduga, menurutnya harusnya orang tuanya marah karena memgetahui fakta tentang kematian saudaranya itu. Namun dibanding marah, mereka hanya diam saja dan tidak terlihat satupun garis marah dalam wajah mereka.

Pikirannya itu tak berlangsung lama, karena tiba tiba saja kedua orang tuanya memberikan ia satu fakta yang tidak ia sama sekali tahu.

"Ray, sebenarnya Mama Papa udah tahu semuanya. Karena kami berdua pun diam diam mencari tahu sendiri mengenai kematian Rafan, baik Mama dan Papa juga merasakan hal ganjil dalam kematian kakak kamu. Makanya kami sudah terlebih dahulu mencari tahu, dibandingkan kamu Ray." Ucap orang tuanya yang membuat Ray sangat terkejut.

Ia selama ini berpikir bahwa orang tuanya tidak tahu tentang kejadian ini, namun ia pun tidak menyangka bahwa kedua orang tuanya lebih tahu daripada dirinya.

"Jadi Mama Papa selama ini tahu, tapi sama sekali ga bilang ke Ray," Ucap Ray setelah mendengar ucapan kedua orang tuanya.

"Maafkan Mama dan Papa, Ray. Kami hanya tidak ingin kamu khawatir, sebenarnya kami baru ingin memberitahu kamu ketika semua nya telah jelas. Tapi karena semuanya pun belum fiks, makanya kami tidak bisa memberitahu kamu Ray." Ucap Papanya.

"Maaf ya nak, kami hanya tidak ingin kamu makin sedih lagi. Sebab kami berdua tahu bahwa kamu masih sering berlarut dalam kesedihan karena kematian kakak kamu." Ucap Mamanya.

Memang ucapan kedua orang tuanya benar, dia yang masih sering larut dalam emosi bahkan kesedihan, lebih untuk tidak tahu ini lebih awal. Karena jika dirinya tahu, ntah apa yang akan dia perbuat nantinya.

TBC

About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang