#3 Lupa

1 1 0
                                    


" Syaa, let's go to mushalla" ucap Aira sekamar ku 

saat nya kami melaksanakan shalat zuhur nerjamaah. Aira adalah anggota rohis sehingga dia pun mempunayi wewenang akan itu. Aku pun bergegas karena hari ini cuacanya pun terasa sangat menyengat kulit. Sampai di sana kami pun melaksanakan shalat berjamaah dan tadarus. Aku dan beberapa temanku yang lain memutuskn untuk tetap tinggal ada Aira, Aiya dan lainnya. 

Saatnya jam makan siang namun karena kami sedang menjalankan puasa sunah senin kamis kami pun tetap memilih melanjutkan hafalan untuk mencapai target. Aku pun menyetorkan hafalan ku kepada Aiya. Aiya adalah salah satu temanku dengan tahsin yang sangat baik. Aku pun mulai melafalkan hafalanku di hadapannya. 

Aku menghadap ruang kelas karena posisi mushalla memang ada di antara sekolah dan ruang makan. Seketika fokusku hilang, lidahku kelu, tanpa sadar pikiranku kosong dan air mata ini tanpa ada kesepakatan turun dengan sendirinya. Bahkan hanya melihat punggung nya saja mampu membuyarkan segalanya.

Aiya bingung kenapa aku mendadak berhenti. Dia pun mengikuti arah pandangku dan lansgung memelukku. Aku tidak berpikir melihatnya saja membuatku seperti ini. Aku lupa yaa rabb, maafkan hamba-Mu ini yang sangat mencintai ciptaan-Mu hingga lupa mencintai Pencipta-Nya lebih utama. 

Aku pun melanjutkan hafalanku tapi sunggguh itu hilang bagaikan aku tak pernah menghafalkannya sama sekali. Aku teggelam dengan segala bentuk kesahalan. Satu hal yang membuatku sadar jika mencintai ciptaan-Mu semenyakitkan ini yaa rabb. Sungguh ini sangat melelahkan sekali.

Aiya pun memintaku untuk menenangkan pikiranku dan mengulang kembali hafalanku agar aku bisa memenuhi tugas yang ada besok. Aku pun mengulang nya kembali dan terus megunlangnya tanpa memikirkan hal yang baru saja terjadi. 

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku pun bergegas menuju kelas bersama Aiya. Sepanjang jalan aku hanya diam tanpa niat membuka suara Aiya seakan paham dan dia memilih untuk bertanya terkait ujian sekolah yang akan kami lakukan nantinya dan bagaimana persiapan yang telah ku persiapkan. 

Hingga tiba di depan kelas aku pun duduk sembari memandang rindangnya pepohonan dari sini. Ku akui sekolahku tidak gersang malah masuk kategori sekolah yang rindang menurutku.  Aku pun duduk sejenak dan melihat orang yang berlalu lalang di bawah dari kelas 10 bahkan kelas 12 . Netraku tanpa sengaja menangkap sosok nya di sana entahlah mungkin hanya kebetulan saja walaupun ingatanku mengarah pada malam rapat waktu itu tapi ya sudahlah itu tidak terlalu penting. Aku pun memilih untuk masuk ke dalam kelas karena guru yang mengajar sedang dalam perjalanan. 

" Aisyah Naveesa" ucap Bu Misya

" Hadhirah Bu" uvap Naveesa

"Citra Aiyani" lanjut beliau.

"Hadir bu". "Elqisya Zinnirah Annisa" lanjutnya 

"Hadir bu" Ucapku dan berlanjut hingga absensi berikutnya 

Bu Misya adalah salah satu guru favorit ku bahkan tanpa segan aku sering bercerita tentang apa yang aku alami di sini  bahkan masalah percintaan sekalipun . Selanjutnya pambelajaran pun dimulai dan berakhir tepat saat adzan ashar di kumandangkan. 

Langit HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang