frist love Meta

5 1 0
                                    

Jam alarm di meja sudut kamarnya berbunyi, waktu menunjukkan pukul 05.00 dini hari, terlihat Ami sudah selesai berberes dan bersiap untuk mandi. Sementara Meta baru saja membuka matanya.

" Pagi Met!!" Sapanya lembut pandangannya terarah pada gadis mungil yang masih enggan beranjak dari tempat tidurnya.
"Perlu aku antar ke kantor polisi pagi ini biar aku ambil cuti?"
"Ngga usa kak aku bisa pergi sendiri kok lagian kata kakak tadi malam jarak dari office ke kantor polisi cuma butuh waktu 15 menit, aku bisa sendiri."
"Ya udah nanti kita cari sarapan bareng habis itu langsung pergi office." Ami berlalu ke kamar mandi meninggalkan Meta yang masih membereskan tempat tidurnya.
Hemm hawanya begitu dingin menyentuh air disini serasa mandi pake air es guman Meta dalam hati. Setelah selesai semuanya ia dan kak Ami bergegas pergi membeli sarapan di depan gang kecil dekat mes mereka, rumah kecil dengan 3 kamar tidur itu memang mereka dapat dari office sebagai tempat tinggal hanya saja baru terisi 4 orang dengan Meta yang lain tentu lebih memilih tinggal di Kos sendiri.
Setelah sampai di office Ami dan Meta berpisah karena Meta baru mulai kerja esok hari, hari ini dia harus mengurus surat kehilangan ke kantor polisi.
Dia memesan ojek online untuk menghemat ongkos.

Sesampainya di kantor polisi matanya terus mencari sosok yang dia temui kemarin, dia bilang kantor dinasnya tidak jauh dari office nya itu berarti dia kerja di sini.
"Ada yang bisa di bantu mbak?!" Tanya seorang petugas dengan rama membuat Meta segera tersadar.
"Iya pak ini saya mau membuat laporan kehilangan."
Setelah beberapa saat berlalu petugas itu memberikan surat keterangan kehilangan pada Meta untuk bisa di gunakan mengurus dokumen pribadinya.
" Makasih pak."
" Iya lain kali hati-hati ya mbak!!" Jawab Petugas itu, Meta berlalu dan masih celingukan melihat kiri kanan tapi tak di jumpainya sosok yang ia cari.
Sebulan telah berlalu semenjak peristiwa itu, Meta masih memikirkan cowok keren yang menolongnya beberapa waktu yang lalu.

Meta menikmati gorengan sambil menonton TV di ruang tengah bersama Ami, Zoya dan Nay teman satu mes nya sambil bercerita bercengkrama ngobrol hal-hal lucu di kantor. Mereka suka iseng menjahili Bayu teman laki-laki satu-satunya di kantor.
"Malam Minggu begini kita cuma duduk manis depan TV, kek gak laku aja"celetuk Zoya tiba-tiba menyadarkan kami bahwa kami semua lagi jomblo.

"Ya uda gas Matos, kita c
ari cowok ayo" kak Nay sangat bersemangat menimpali Zoya.
Kami semua kemudian berdandan cantik dan bersiap untuk pergi hang out.
Atrian tiket nonton panjang banget Zoya mengambil inisiatif untuk mengantri sementara Ami dan Meta membeli Snack dan minuman. Langkah Meta terhenti saat tiba-tiba ia melihat sosok yang tidak asing di depannya segera mungkin ia mempercepat langkahnya mengejar sosok pemuda di hadapannya.

"Abang Arie" Meta menarik lengan laki-laki itu. Betapa terkejutnya dia saat laki-laki itu membalikkan badannya.
"Sorry aku pikir tadi" Meta menatap nya malu kemudian berlalu. Kenapa otaknya kini di penuhi oleh orang asing itu. Apa lantaran hutangnya yang 500 ribu itu atau ada yang lain, entahlah semua perasaan campur aduk jadi satu, malam Minggu yang seharusnya jadi bahan refreshing untuk nya setelah sibuk bekerja Mala sibuk memikirkan hal-hal aneh perihal lelaki asing.

_Minggu pagi di depan warung foto copy_

Meta baru saja selesai belanja keperluan kantornya. Ia berjalan sendiri di tepi jalan dia lihat sosok pemuda sedang mengumpat sendiri.
"Ah sial, pake acara kempes pula" ucapnya sambil menendang ban belakang motornya. Meta mencoba mendekatinya takut klo dia salah melihat lagi seperti saat di mall waktu itu oh betapa malunya jika mengingat moment itu.
Tertegun sejenak sambil terus di perhatikan pemuda yang berdiri di tepi jalan itu sekali lagi ia ingin menegaskan bahwa apa yang dia lihat saat ini adalah sebuah kebenaran.

"Abang" sapanya setelah berdiri beberapa langkah dari pemuda itu.
"Hei.. Met apa kabar?!" Jawabnya sambil mengulurkan tangannya
"Baaa baaa ikk". Meta terbata-bata menjabat tangannya seperti ada yang bermain trambolin di hatinya saat mereka berjabat tangan.
Pemuda itu tersenyum lembut membuat Meta semakin salah tingkah.
"Abang ngapain di sini?!"
"Ban motor Abang kempes ini!!" Jawabnya singkat.
"Ya uda Meta bantu dorong ya Deket sini ada tubes."
Ia terkekeh memandang ke arah Meta seperti tak yakin mendengar hal itu.
"Yakin mau bantu dorong?!" Pemuda itu meyakinkan untuk kedua kalinya, dan Meta hanya mengangguk pelan.
Setelah beberapa meter berjalan akhirnya sampai juga.
"Bocor ini bang perlu ditambal, kalian duduk saja dulu biar saya bereskan" kata pemilik bengkel itu. Meta dan Arie berdampingan di sebuah kursi panjang tepat di bawah pohon rindang depan bengkel. Angin sepoi-sepoi mengibas rambut Meta yang sebahu. Berlahan Arie mengeluarkan sapu tangan di kantong celananya dan mengusap lembut keringat yang membasahi wajah Meta, ia dia sangat lelah bantu dorong motornya tadi. Meta tertegun,  kembali sorot mata keduanya beradu pandang sesaat membuat wajah Meta merona malu.
" Eh sorry itu keringatnya..."Arie menghentikan aktifitasnya karena saputangan yang ada di tangannya kini berpindah ke tangan Meta.
" Makasih, bisa sendiri." Meta buru-buru menyekah keringatnya sendiri, tapi saat ingin mengembalikan saputangan itu dia mengamatinya kembali, itu saputangannya ada cetak nama bordil di pojok bawah ibu jahit saat Meta masih duduk di bangku SMP dulu.
"Ini dari mana Abang dapat?!" Tanya Meta penuh selidik ke arah Arie.
"Tuh di kasih waktu ada ibu muda dengan anaknya menumpahkan minuman ke baju Abang." Jawabnya seolah mengingat peristiwa itu.
"Ibu muda dari mana?!, Ini punya ku tau, jadi Abang yang dulu bajunya ketumpahan minum, dua bocah itu bukan anak ku mereka murid-murid ku." Jawabnya ketus menahan emosi.
"Ha....ha..ha...., Sorry dunia ini sempit sekali ya!!"
"Bukan dunianya yang sempit tapi kita yang berjodoh.." Meta mencoba menggodanya.
"Heemmm" Dia mengerutkan alisnya sambil tersenyum.
"Habis ini kita pergi makan, hitung-hitung ngembalikan kalori mu yang ku buang untuk dorong motorku tadi."
" Baiklah, tapi porsi makan ku banyak sekali tuan!!" Kembali lagi Meta terlihat menggodanya.

Setelah semuanya beres mereka berkeliling naik motor berdua mencari warung pinggir jalan untuk makan siang, Meta bilang nongkrong pinggir jalan makanan kaki lima jauh lebih nikmat ketimbang di cafe atau restoran. Terlebih lagi jika beruntung mereka akan menikmati makanan mereka sembari di iringi musik klasik pengamen jalanan.
"Abang?!"
"Heemmm!!"
"Kenapa mau bantu Meta hari itu?!"
"Ya kan kewajiban ku pengayom masyarakat!"
"Ish.., masak kek gitu jawabannya.."
"Trus mesti jawab apa coba, ada yg butuh pertolongan ya di tolong la."
"Kalau ada yang butuh kasih sayang?!" Ledek Meta tiba-tiba
"Ha ...ha...ha..." Ketawanya terekam lekat di telinga dan mata Meta, astaga dia begitu Tampan saat tertawa tetapi kenapa cuek sekali mukanya datar hampir tanpa exspresi menyebalkan.
"Emang siapa yang butuh kasih sayang?! kamu?!"
Upppsss dia membalikkan kata-katanya membuat Meta salah tingkah.
"Apaan sih orang cuma bercanda juga, habisin tuh makannya.." Meta ngeles lagi mengalihkan pokok pembicaraan.

Hari sudah menjelang sore puas mereka bercengkrama, bercerita seputar kehidupan masing-masing. Arie mengantarkan Meta sampai depan pintu kosnya.
"Mampir bentar bang." Seru Meta kepada pemuda di depannya.
Kemudian pemuda itu turun dan mengikuti langkahnya. Dia duduk di teras depan kos.
"Tunggu sebentar bang!!"
Seru Meta kepadanya.
Meta bergegas masuk ke dalam kamar beberapa menit kemudian dia keluar sambil membawa secangkir kopi.
"Minum bang!!"
"Ngerepotin Met, sering-sering ya." Ucapnya meledek ke arah Meta.
Meta hanya membalasnya dengan senyum manisnya.
"Ini.., beberapa waktu yang lalu Meta cariin Abang tapi gak pernah ketemu." Meta meletakkan lima lembar uang seratus ribuan dekat pemuda itu.
"Apa ini..?!" Pemuda itu heran
"Uang yang aku pinjam dari Abang beberapa bulan yang lalu." Jawab Meta singkat.
"Aku memberikan itu dengan ikhlas bukan sebagai pinjaman." Pemuda itu mengembalikan uang tersebut pada Meta.

Percuma debat dengan orang macam ini tidak akan pernah ada habisnya jadi Meta yang mengalah dan kembali mengantongi uangnya.
Selepas pemuda itu pergi giliran teman-teman satu kos nya yang mewawancarainya bak selebritis, mereka penasaran dengan sosok pemuda yang mengantarkannya barusan.

one-sided loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang