4. Sakit, tapi Enak! [1/2]

77 11 20
                                    

Nama kontak teman-teman Kartika a.k.a Sarada :

1. Parijing | Inojin(g) Alfarizi (20)
2. Cahya.ni.com | Chouchou Nur Cahyani (20)
3. Ardi | Iwabe Ardiansyah (21)
4. Ahmad Mimit | Ahmad Mitsuki (20)
5. Kak Ajrina | Ajrina Tsubaki (22)
6. Andini Pedesss | Wasabi Andini Putri (22)
7. SitNam | Siti Namida (20)
8. Metal Adi Sucipto :v | Metal Adi Sucipto (20)
9. Puput Bestie Holkay | Denki Saputra (20)

Kalau kalian mau lebih masuk ke ceritanya, hafalin namanya ya, biar enak juga untuk alur ke depannya😉🤗

Btw, ada bbrp yg ga masuk di daftar teman Kartika a.k.a Sarada, contoh kayak Shikadai, karena doi temen angkatannya Husein a.k.a Boruto, jadi beda ya.

Ok, Happy reading!

~o0O0o~

Kawaki baru saja bernapas lega. Setelah cuci muka, buang air, melaksanakan panggilan alam kemudian mandi, niatnya ia mau langsung pergi ke masjid untuk melakukan shalat berjamaah.

Namun, belum juga keluar, bahkan belum sempat pintu kamar mandi terbuka sepenuhnya, suara Boruto yang keras sudah menginterupsi dan sukses membakar telinganya. Kawaki mendengus, sudah tahu bahwa perang baru akan dimulai. Entah apa yang terjadi, yang jelas kalau Boruto sudah bertingkah bak kingkong yang kehilangan anaknya, maka Kawaki harus mencari cara agar mengembalikan anak si kingkong agar permasalahan selesai. *istilah doang

Namun, belum juga Kawaki hendak melawan ketika wujud Boruto telah ada di hadapannya dengan pandangan murka, istrinya, Sumire malah sudah menjadi godzilla. Kawaki lantas terkejut hingga jantungnya melompat ke bak mandi-eh enggak, maksudnya, kakinya sampai mundur dan jatuh ke dalam WC.

"HUSEEEN .... LU NGAPA TERIAK-TERIAK, HAH?! Gua sumpel mulut lu pake karpet musola lu ye, udah mau Magrib bikin perkara aje."

"Eeh, ampun, Ning. Urusan gua ama abang gua, bukan ama lu! Mending lu makan sono! Kasian noh anak lu entar ngiler." kata Boruto, mengalihkan sambil melirik-lirik ke perut Sumire, kemudian kembali ke Abangnya yang sekarang tampak tengah berpikir. "BANG!"

Kawaki terperanjat, buru-buru berpikir dan mencari cara agar adiknya segera cabut dari hadapannya dengan tenang, malah kalau bisa, cabut saja dari rumahnya. Sudah numpang, berisik, suka ajak ribut, rusuh pula! Memang tidak ada gunanya. Ya ... gunanya, sih, jadi babu. Pikir Kawaki, terkekeh dalam hati.

Kawaki kemudian melangkah untuk maju ke hadapan Boruto yang murka.

"Lu gak liat sekarang jam berapa? Udah mau Maghrib, Sen. Seenggaknya liat waktu, lah. Ada apa sih?" tanya Kawaki, bersikap tenang, setenang pikirannya yang kini sudah terkontrol dengan baik.

"Gua ga terima, Bang!"

"Ya kenapa?" Kawaki masih tenang.

"Abang keterlaluan! Husen udah menderita bertahun-tahun, tapi Abang diem aja padahal Abang tahu! Sungguh terlalu! Husen merasa terkhianati, Bang ...." Boruto membuat raut sok tersakiti. Ekspresinya benar-benar menggambarkan seorang yang seperti baru saja teraniaya, benar-benar sungguh terlalu.

"Ya, apa? Apa yang gua lakuin sampe bikin lu merasa kayak gini?"

"Kartika! Lu tahu keberadaan Kartika tapi lu diem aja, Bang!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perjuangan Boruto Mengejar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang