“Munafiknya seorang manusia itu ketika mereka berbicara lembut seolah mereka adalah sang pelindung yang ga akan pernah menyakiti.”
__________________________________________________Al-Birru by: Gitar_senja 🦋
__________________________________________________
Tumpukan tangan di atas kepala yang menelengkup itu sama sekali tidak terusik. Anak rambutnya sedikit tersapu ketika kesegaran angin menerpa masuk melalui celah jendela kelas. Tak mengambil pusing, gadis dengan buku-buku tebal itu sedikit memerenggut kesal ketika menatap banyaknya soal yang harus ia kerjakan.
“Fisika susah banget, sih! Belum lagi biologi yang menguji kesabaran!” dua tangan Afra mengacak rambutnya frustasi. Kepalanya celingukan menatap ke sembarang arah. Tidak ada satu orang siswa pun yang bisa ia panggil sekedar membantunya untuk mengerjakan puluhan soal yang terlihat begitu sulit. Otaknya terpaksa untuk berpikir keras. Untung saja ia tidak gila.
“Lo kenapa?”
“Hah?” kepala Afra menoleh cepat. Dua matanya menatap heran ketika wajah cowok di sampingnya itu terangkat. “Nanya sama aku?” Afra menunjuk dirinya sendiri. Dia masih merasa malu ketika mengingat kejadian tempo lalu yang masih berbekas di benak kepalanya.
Rafa yang mengerti akan hal itu memutar dua matanya malas. Dia lantas kembali bersuara setelah dirasa nyaman dengan posisi duduknya. “menurut lo gue nanya sama siapa?”
Afra terkekeh canggung. Cowok dengan bekas luka juga dua iris mata yang berbeda itu berhasil membuatnya merasa malu sendiri. Rafa yang mengerti akan hal itu sedikit memaklumi. Dia memang terlihat berbeda dari kebanyakannya. Dua iris mata yang berbeda, seringkali membuatnya mendapatkan sebuah tatapan aneh dari banyaknya orang yang dia temui. Itulah mengapa dia lebih suka yang namanya kesendirian. Berteman dengan orang lain hanyalah sebuah luka untuk menyakiti diri sendiri.
“Heh, anak baru!”
Gebrakan tangan yang mendarat di atas meja sekolah itu membuat Afra menolehkan kepala. Dua matanya menatap malas. Gadis yang tadi pagi ia temui itu kembali datang di situasi yang tidak tepat.
“Lo siapa datang-datang kasar sama orang lain?!”
Suara itu kembali membuat Afra menolehkan kepala. Dia menatapnya lamat. Name tage dengan ukiran nama Ayla Zefana membuatnya sedikit mengenal tentang gadis itu. Dia adalah teman sekelasnya. Hanya saja, dia tidak terlalu mengenal betul tentang gadis itu yang sebenarnya.
“Ga usah ikut campur urusan gue!” Angel bersuara cepat. Dua tangannya melipat dengan tatapannya yang menatap tajam. Sifat yang sudah mendarah daging adalah dia tidak suka jika orang lain turut ikut campur kedalam masalahnya.
“Ga ada peraturan tertulis supaya gue ga ikut campur.” Nada suara Ayla terdengar sedikit menantang.
“Lo denger ga sih—“
“Lo juga denger apa kata gue ga sih!”
Plakk
Bola mata Ayla memelotot tajam. Mulutnya menganga tidak percaya. Tamparan yang seharusnya ia dapatkan malah berakhir mengenai Afra yang tiba-tiba menghadang di depannya.
“L—lo ga papa?!” Ayla panik sendiri. Bekas tamparan yang terlihat meninggalkan jejak yang begitu menyakitkan membuatnya merasakan rasa bersalah yang tak berujung. Seharusnya dia yang mendapatkan tamparan itu.
“Lo kenapa kasar banget sih jadi cewek!” Ayla emosi sendiri. Ini adalah kesekian kali gadis itu melihat bagaimana kerasnya Angel yang selalu bersikap semena-mena terhadap orang lain.
YOU ARE READING
Al-Birru (DIROMBAK)
Teen Fiction📌 GA FOLLOW GA ELIT 📌 "Kembali pulang jika lelahmu sudah usai." Rafa masih ingat jika ia terlahir bersama. Rafa juga masih ingat akan penyebab berubahnya sikap sang Papa terhadap dirinya. Umur tujuh belas tahun dimana semuanya berubah dengan begit...