2. Teman Lama

2.6K 93 13
                                    

Pov. Kurnia

Namaku Kurniawan panggil aja Kurnia, aku anak semata wayang. Aku adalah seorang gay. Aku tidak tau sejak kapan aku menjadi gay. Perasaan suka melihat cowok ganteng itu muncul sejak aku masih SMP. Apalagi ketika melihat temanku yang memiliki badan bagus entah kenapa aku selalu ngaceng melihatnya.

Aku tidak punya banyak teman. Banyak sih, tapi teman yang memang benar benar teman hanya sedikit. Selebihnya banyak fake rata rata hanya mengincar hartaku. Temanku di SMA yang dekat denganku yaitu Sakha, Hendra, dan Burhan. Setelah lulus SMA kami semua terpisah. Sakha dia meneruskan kuliahnya di luar negeri. Hendra tidak meneruskan kuliah namun dia membuka tempat ngegym. Sedangkan Burhan dia hanya berjualan kelapa muda.

Memang diantara kami berempat hanya Sakha dan aku lah yang ekonomi nya mapan. Sedangkan Hendra dan Burhan boleh dibilang ekonomi mereka pas pasan.

Awal perkuliahan memang seru kala menjadi maba. Ditempat kuliah ini aku tinggal di apartemen milik orang tua gua. Apa saja yang aku minta pasti dikasih. Andai orang tua gua tau gua gay, mungkin nasib gua udah berubah drastis, bisa saja aku diusir dari rumah ini.

Suasana kampus sangat ramai sekali. Akhirnya aku melihat ada cowok sangat tampan sekali. Entah kenapa jiwa gay ku meronta ronta pengen berkenalan dengannya. Akhirnya aku samperin dia dan mengajak kenalan, dari sana aku akhirnya tau dia bernama Senja. Kepribadiannya yang sangat sederhana membuatku takjub, apalagi ketika aku mampir ke kost dia.

"Ja, serius kamu tinggal di sini" tanyaku.

"Iya, kenapa" tanyanya.

"Maaf Ja kalau kamu tersinggung, tapi kost ini menurutku gak layak huni" kataku.

"Kamu enak jadi anak orang kaya, lah aku mah mau makan aja susah, ngekost disini aja aku udah bersyukur kok, kalau kamu gak suka disini mending pergi aja deh" katanya.

Aku tau Senja pasti tersinggung dengan ucapanku tadi. Sebenarnya aku mau ajak Senja tinggal di apartemen ku saja kan dia gak harus bayar kost lagi, tapi aku bingung gimana cara ngomongnya.

"Ya sudah lupakan, ini ayok kita makan camilannya" ajakku.

Aku lihat dia keheranan melihatku yang santai menanggapi nya tidak marah atas ucapannya.

"Sorry" katanya sambil menyuap camilan yang aku bawa.

"Aku tau kok yang kamu pikirkan Ja, maaf ya sudah membuatmu tersinggung atas kata kata ku tadi, tapi jadi aku itu gak seenak yang kamu bayangkan Ja, suatu saat jika kamu tau aku yang sebenarnya, aku tidak tau apakah kamu masih mau menganggap aku teman atau malah sebaliknya" ucapku mungkin membuat dia bingung.

"Maksudmu apa" tanya Senja.

"Ah lupakan nanti juga kamu akan tau, aku mau pulang dulu ya, kapan kapan mampir juga dong ke kost gue" ucapku.

"Iya nanti aku mampir"

"See you" ucapku.

Dia hanya tersenyum melihatku. Aku pun beranjak pergi.

Udara panas menyelimuti suasana kota ini, akhirnya aku mampir ke pinggir jalan untuk beli kelapa, disana ramai sekali orang berbondong bondong untuk sekedar beli kelapa muda.

"Eh dengar dengar penjualnya ganteng loh"

"Iya udah itu body nya bagus"

"Idaman wanita banget ya"

"Ah rahimku anget tiba tiba"

Bisik para cewek disana. Aku penasaran seberapa ganteng sih ni cowok apakah melebihi kegantengan Senja ku. Antrean sangat panjang, bukan hanya cewek yang ngantri tapi juga cowok yang ngantri. Ngapain cowok ngantri. Jangan jangan mereka gay juga lagi. Gumamku.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang