7. Tragedi - Last Ending (Revisi)

2.3K 44 3
                                    

Pov. Senja

"Kurnia, apa yang kamu lakukan" ucapku.

"Se...Senja...sorry ma..maafkan aku Ja" kata Kurnia yang tertunduk lemas tidak berani menatapku.

Aku masih belum percaya dengan peristiwa ini, kupegang kerah baju Kurnia, kudongakkan kepalanya agar menatap mataku.

"Tatap mataku Kurnia, kenapa kamu lakukan ini" tanyaku.

"Maafkan aku Ja" kata Kurnia yang masih belum mau menatap mataku

"Tatap mataku bangsat, apa kamu Gay" tanyaku dengan membentaknya.Kurnia mencoba menatapku, terlihat sorot matanya yang sudah berair.

"Sorry Ja, aku memang Gay" kata Kurnia yang membuatku melepaskan cengkeraman kerah bajunya.

Tanganku mengepal dengan keras, ingin rasanya aku meninjunya sampai hancur berkeping keping tubuhnya, namun entah mengapa aku tidak sanggup melakukannya.

"Kenapa kamu memilih jadi Gay, Kur. Kamu cakep banyak cewek diluaran sana yang suka sama kamu". Tanyaku dengan keras.

"Maafkan aku Ja, aku tidak suka ama cewek hiks..hiks.." ucap Kurnia

"Kamu gak waras Kur, bagaimana bisa cowok suka sama cowok, kamu gila Kur! Apa kamu sudah sering melakukan hal seperti itu pada cowok sebelum aku?" Tanyaku.

"Iya aku memang udah gak waras Ja, aku memang gila Ja. Tapi andai kamu tau, aku gak sekotor yang kamu bayangkan. Aku belum pernah melakukan hal ini sebelumnya. Aku jadi gay hanya sukanya hanya sama kamu Ja, gak ada sosok lain yang aku suka selain kamu" Ucap Kurnia.

"Itu bukan cinta Kur, itu nafsu birahi sesatmu" ucapku"Aku tidak tau Ja, dihatiku hanya ada kamu saja. Bahkan kalau boleh memilih, sebenarnya aku juga tidak ingin jadi seperti ini" kata Kurnia.

"Arghhhhhhhhh bangsat..." Pukulku pada Kasur dengan keras.

"Ja, maafkan aku" kata Kurnia yang ingin memelukku namun ku tepis.

"Jangan kesini lu homo, jangan kotori tubuhku dengan tubuhmu yang kotor itu" kataku sambil berlalu dari kasur dan memakai kembali pakaianku.

"Ini kunci motormu, aku kembalikan. Aku gak nyangka bahwa kebaikanmu selama ini ada maksud tertentu. Setelah ini jangan pernah temuin aku lagi". Ucapku sambil berlalu pergi.

"Ja, jangan pergi Ja" kata Kurnia yang ingin mencegahku, namun aku tidak menghiraukannya lagi dan pergi menjauh darinya.

***

Kulangkahkan kakiku menuju arah yang aku sendiri tidak tahu tujuannya. Kurnia yang selama ini kuanggap sebagai teman, malah mengkhianatiku. Langkah kaki ku membawaku pada sebuah BAR yang penuh dengan kalangan muda mudi yang frustasi.

"Mau minum apa" tanya pelayan BAR.

"Apa saja" kataku.

Pelayan BAR itu pun pergi. Dan selang beberapa saat, pelayan BAR itu datang lagi dengan membawakan sebuah botol minuman beserta gelas, yang aku sendiri tidak tau itu minuman apa. Ku teguk satu gelas, rasanya seperti bergejolak didadaku. Namun aku masih tidak puas, sehingga ku tenggak sampai habis.

Kepalaku terasa pusing, aku sudah tidak ingat lagi dimana aku sekarang. Kucoba keluar dari BAR ini, namun tubuhku yang linglung ini membuatku terjatuh di jalan.

"Senja" ucap suara seorang Gadis yang aku sendiri tidak melihat dengan jelas wajahnya.

"Kamu siapa" tanyaku.

"Aku Lia, Ja. Ya ampun kamu mabuk beray Ja, sini aku bantu". Ucap Lia membantuku ke motornya dan aku pun diboncengnya ke arah yang aku sendiri tak tau kemana dia membawaku.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang