Part 2 (Maaf dari Mas Wisnu)

117 5 0
                                    

Setelah berbicara panjang dengan ibu dan mendengar penjelasan ibu yang sudah tahu tentang perselingkuhan putranya. Aku tidak pernah lagi berhenti menangis, tangisanku tidak lagi berjarak, terus saja tumpah seolah-olah mataku saat ini adalah kran air yang mengalir begitu hebat, aku menangisi kebodohanku, selama ini aku percaya pada Mas Wisnu. Aku percaya kepadanya bahwa dia akan menjaga cinta kami hingga akhir hayat, aku rela tidak melanjutkan pendidikanku, aku rela menjadi ibu rumah tangga seutuhnya dan aku rela menjadi istri dan ibu yang sangat baik dan penurut, semuanya demi siapa? Demi suamiku.

Ibu saat ini sedang mengurus Dipta dan Asya, Ibu sedang menyuapi keduanya karena aku tidak punya tenaga lagi untuk mengurus kedua buah hatiku, aku terlalu sedih, lututku gemetar. Ketika aku berdiri seolah lututku tidak bisa lagi menumpuk berat badanku.

Sesaat kemudian kudengar suara mobil Mas Wisnu masuk ke garasi, tak butuh waktu lama suara salam terdengar dari arah pintu, Ibu menjawab dari dalam. Lagi dan lagi air mataku luruh mendengar suara salam dari suamiku, suami yang selama ini aku percayai, suami yang selama ini aku anggap mencintaiku nyatanya sedang tergoda dengan wanita lain.

"Eh, Ibu di sini? Aretha mana, Bu?" tanya Mas Wisnu. Aku mendengarnya dengan jelas ketika menanyakan keberadaanku.

"Jelaskan semuanya pada istrimu, jangan tutupi lagi kebohonganmu, kalau masalah Dipta dan Asya ... Ibu akan bawa ke rumah Ibu. Jadi, kamu bisa menjelaskan semuanya pada istrimu. Selama ini Ibu salah karena telah menyembunyikan kebohonganmu. Tapi saat ini Ibu nggak bisa lagi melindungi kamu, silakan urus rumah tanggamu sendiri," kata Ibu dengan suara serak seolah menahan tangis yang akan meledak.

"Ibu ngomong apa, sih? Aretha mana, Bu? Ibu nggak ngomong macam-macam kan sama Aretha?" tanya Mas Wisnu.

"Aretha itu tahu semua kebohonganmu bukan dari ibu. Ibu ini udah tua, kalau kamu mau melihat ibu mati, saat ini juga Ibu bisa mati di depanmu, tapi hanya satu yang Ibu minta. Jangan pernah sakiti istri dan anak-anakmu karena kamu adalah Imam dan pemimpin mereka." Ibu terdengar kecewa dengan suara yang berat. "Ayo, Dipta, Asya, kita ke rumah Oma. Kata Opa, Opa kangen banget sama Dipta dan Asya."

Air mataku luruh, bibirku gemetar ketika mendengar suara serak Ibu. Dipta dan Asya akan Ibu bawa ke rumahnya. Untungnya rumah ibu dekat dengan rumah kami, jadi Ibu bisa berjalan kaki ke rumahnya.

"Assalamualaikum." Aku mendengar suara salam dari Ibu, artinya Ibu sudah pergi dan membawa anak-anak ke sana. Anak-anak tak boleh mendengar pertengkaran kami.

Mas Wisnu masuk ke dalam kamar lalu mengunci pintu dari dalam, Mas Wisnu menatap wajahku yang suram.

"Sayang, aku bisa jelasin semuanya, tapi aku mohon jangan pernah mengira aku nggak sayang sama kamu dan anak-anak, kalian itu adalah hidupku, tanpa kalian aku nggak akan pernah bisa hidup." Kata pertama yang Mas Wisnu ucapkan sebelum aku melontarkan beberapa pertanyaan.

"Jawab aku, Mas. Aku ingin tahu satu hal apa benar hubunganmu dengan Resti?" tanyaku.

"Aku mohon padamu jangan bahas siapapun mulai saat ini, aku yang akan menjelaskan semuanya, jangan melibatkan orang lain," kata Mas Wisnu lalu duduk di tepi ranjang hendak meraih tanganku, namun ku hempaskan genggaman tangannya.

"Apa katamu, Mas? Aku jangan melibatkan orang lain lalu aku juga jangan melibatkan Resti? Itu mau kamu?" tanyaku serius.

"Resti nggak salah apa-apa, yang salah adalah aku. Aku yang akan jelasin semuanya."

"Kalian berdua itu udah selingkuh, Mas, lalu kamu menyuruh aku jangan menyalahkan Resti? Lalu siapa yang harus aku salahkan kalau bukan kalian berdua atau aku yang salah karena selama ini percaya dan terlena? Aku mau kamu jelasin semuanya kenapa harus Resti, apa kamu lupa Resti adalah sepupu kamu bahkan dia tinggal dekat dengan rumah kita. Kamu selingkuh dengannya sudah berapa lama, Mas? Katakan dan jelaskan semuanya tanpa ada yang kamu tutup-tutupi, jika tidak aku akan pergi dan meninggalkan rumah ini bersama anak-anak."

"Sayang, kita bisa bicarakan ini baik-baik. Aku tahu aku salah tapi beri aku waktu untuk menjelaskan semuanya."

"Sudah berapa lama?" tanyaku masih berusaha tenang dan tidak berkoar-koar meskipun anak-anak sudah ikut ibu ke rumahnya.

"Sudah cukup lama, awalnya aku hanya menganggap Resti sebagai adik sepupuku, tapi lama-kelamaan entah sejak kapan aku mulai suka padanya dan tergoda." Mas Wisnu menundukkan kepala.

Kata-kata itu membuat air mataku makin deras mengalir membasahi pipiku, hatiku dan kepercayaanku benar-benar hancur dibuat oleh Mas Wisnu, selama ini aku melayaninya dengan baik memberikan cinta dan kasih sayang yang penuh bahkan aku tidak pernah memikirkan diriku sendiri, jangankan jalan-jalan bersama teman-temanku bertemu dengan teman-temanku saja sudah tidak pernah, karena aku berusaha menjadi istri dan ibu yang baik untuk keluarga kecilku, tapi inikah balasan Mas Wisnu? Inikah balasan dari apa yang aku korbankan selama ini?

"Aku akan memberikanmu kesempatan, Mas. Aku ingin kamu pilih aku atau Resti."

"Sayang, jangan salahkan Resti. Semua ini salahku bukan salahnya."

"Kalian sudah melakukan hal kotor, kalian sudah melakukan hubungan terlarang selama ini. Resti kuanggap sebagai ipar yang sangat baik bahkan aku selalu melayaninya dengan baik jika datang kemari dan ternyata dia kekasihmu." Aku menggeleng dan menertawakan kebodohanku.

"Tapi semua ini benar-benar bukan salahnya, aku yang mulai semuanya dari awal."

"Resti juga salah, Mas. Karena telah membuka pintu untuk kamu masuk."

"Aku benar-benar minta maaf, aku nggak bisa kehilangan kamu dan anak-anak. Meskipun aku bersama Resti melakukan apa yang tidak benar tapi aku nggak pernah berniat untuk meninggalkanmu dan anak-anak," kata Mas Wisnu.

"Aku tanya sekali lagi kamu pilih aku dan anak-anak atau Resti?"

"Tentu saja aku akan memilihmu, aku pasti akan pilih kamu dan anak-anak kita." Jawaban Mas Wisnu melegahkan hatiku.

Meskipun Mas Wisnu salah dalam hal ini, aku masih berusaha untuk mencintai dan memaafkannya. Aku tahu semua hal yang telah ia lakukan bersama Resti adalah hubungan yang tidak diperbolehkan, apalagi mereka adalah sepupu. Tapi, aku menganggap khilafnya suamiku adalah kesalahanku juga.

"Kamu tega mas sama aku, selama ini aku kurang apa? Aku selalu mendukung apapun yang kamu ingin lakukan. Aku selalu menjadi istri yang baik untuk kamu, aku selalu menyiapkan segalanya untuk kamu, kamu nggak pernah lapar jika di rumah, kamu nggak pernah memakai pakaian lusuh di rumah maupun diluar, karena siapa karena aku yang menjaga semuanya lalu kamu membalas pengorbananku dan cintaku dengan sebuah hubungan yang haram?" Aku menggeleng.

"Lalu apa yang bisa aku lakukan untuk membuatmu kembali percaya?" tanyanya.

"Aku mohon sama kamu, Mas, tinggalkan Resti dan jangan pernah mengganggunya, aku nggak tahu yang salah Resti atau kamu, tapi bagiku kalian berdua salah karena Resti tahu kamu sudah punya istri dan anak-anak dan kamu juga tahu bahwa hubungan itu tidak diperbolehkan, tapi apa yang kamu lakukan?"

Aku tahan segala hasrat kecewaku, aku tak menyangka Mas Wisnu tega melakukan ini padaku jika memang dia bosan dengan pernikahan kita tidak ada salahnya untuk saling berkomunikasi, dia bisa memberitahuku apa salahku, apa yang harus aku rubah bukan malah bermain api dengan wanita lain yang tidak lain tidak bukan adalah sepupunya sendiri wajar kah hubungan itu ada?

.

TBC.

Jangan lupa follow aku ya kalau mau lanjut terus.
Jangan lupa untuk vote and comment. Karena dengan satu vote kalian benar-benar berarti dan mengapresiasi.

Happy Reading.

Love You All.

SELIMUT TETANGGA (ON-GO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang