Happy Reading!
.
.Kecewa tak ada masalah, 'kan?
Manusiawi jika aku kecewa pada suamiku, yang ku anggap bisa menjadi imam yang baik dan suami yang setia, meskipun itu tak akan pernah terjadi di real life.
Aku masuk ke kamar dan melihat Mas Wisnu ada di kamar mandi, ia sedang mandi, dan ku raih cepat ponselnya. Aku menyambungkan pesan yang masuk ke ponselku, jadi aku bisa mengawasi Mas Wisnu, apakah ia masih berhubungan dengan Resti atau tidak.
Aku tidak melibatkan keluarga suamiku, ku libatkan diri sendiri untuk tahu lebih dalam. Perselingkuhan apa yang sebenarnya sedang mereka jalani.
Mengapa Mas Wisnu bisa bersama Resti? Yang notabene sepupunya sendiri? Tetangga kami pula.
Setelah berhasil menyambungkan pesan masuk ke ponselku, Mas Wisnu keluar dari kamar mandi dan aku langsung pura-pura memperbaiki tempat tidur.
Mas Wisnu menatapku seraya melap rambutnya dengan handuk kecil. Tatapannya seolah mengartikan sesuatu yang aku pun tak tahu.
"Apa ada telepon?" tanya Mas Wisnu dengan entengnya.
"Telepon dari siapa memangnya yang kamu tunggu?" tanyaku membuat raut wajah Mas Wisnu tersenyum, seolah senyuman itu aku sukai.
Jika aku bisa meludah didepannya, mungkin akan ku lakukan, tapi aku masih menghargai usahanya.
Meskipun sudah tahu hubungan Mas Wisnu dan Resti, aku juga belum tahu apa yang bisa ku lakukan untuk selanjutnya. Kecewa sudah pasti, tapi untuk meninggalkan posisiku, aku tak bisa.
Aku bertahan demi anak-anakku. Anak-anakku butuh sosok seorang ayah. Tak mungkin aku egois dan hanya memikirkan diriku sendiri.
Setelah berpakaian, Mas Wisnu lalu sarapan dengan sarapan yang aku buat, Mas Wisnu juga memuji masakanku seperti biasa. Aku hanya diam saja. Ku hela napasku panjang dan berusaha menerima semua ini, sulit sekali untuk memulai semuanya dari awal.
Tak lama sarapan, Mas Wisnu lalu pamit pergi, aku hanya mengangguk dan tak mengantarnya ke depan seperti biasa.
"Mama, Dipta berangkat sekolah dulu, ya," kata Dipta datang dan meraih tanganku.
"Iya, Sayang. Kamu baik-baik di sekolah, ya."
Dipta mengangguk. "Assalamu'alaikum," ucap Dipta lalu berlarian meninggalkanku.
"Wa'alaikumsalam," jawabku tersenyum.
Satu-satunya kekuatanku berada di rumah ini adalah anak-anakku, karena aku memahami perasaan mereka, mereka masih sangat kecil untuk memahami perasaanku, jadi aku memilih untuk tetap berada di rumah ini dengan mengawasi suamiku sendiri.
Pernikahan ini juga bukan pernikahan yang singkat, aku harus benar-benar memikirkan ke depan, meskipun harus mengorbankan perasaanku sendiri.
kudengar mobil Mas Wisnu meninggalkan garasi aku lalu duduk di salah satu kursi depan meja makan kuraih ponselku dan mengirim pesan kepada Resti berharap Resti mau mendengarkan curahan hatiku.
(Dek, bisa gak tinggalin Mas Wisnu? Aku memilih untuk bertahan dengan Mas Wisnu, tapi dengan catatan agar kamu berhenti menemui suamiku, kamu punya anak seusia Dipta, jadi seharusnya kamu paham bagaimana perasaanku.)
Aku pun mengirim pesan itu, tak perduli tanggapannya apa.
(Iya, Kak.)
Jawaban singkat itu malah membuatku curiga.
Sebenarnya apa yang membuat Resto mau menjalin hubungan dengan Mas Wisnu? Kenapa harus Resti? Dan, kenapa harus Mas Wisnu? Apakah tak ada laki-laki lain diluar sana?

KAMU SEDANG MEMBACA
SELIMUT TETANGGA (ON-GO)
RomanceBlurb. Banyak hal yang terjadi dalam sebuah pernikahan, karena sejatinya manusia memang harus berpasang-pasangan, tapi ketika dua hati disatukan harus ada perbedaan karakter, jika tak bisa melaluinya akan terpisahkan. Karena sejak awal pola asuh dan...