2//Kepindahan

62 14 1
                                    

Selama ini, Qeela selalu menahan diri soal melepaskan diri dari kekangan kedua orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama ini, Qeela selalu menahan diri soal melepaskan diri dari kekangan kedua orang tuanya. Namun entah bagaimana, Kakaknya–Chaila–mampu membujuk kedua orang tuanya hingga membuat Qeela kini dapat menempati sebuah unit dengan nuansa yang sangat ia sukai. Ia sangat berterima kasih pada Chaila karena telah memilihkan tempat tinggal baru untuknya.

Pagi-pagi sekali, Qeela sudah heboh kesana-kemari. Papap sedari awal sudah menegurnya untuk tetap santai. Namun Qeela seolah merasakan akan ada sesuatu yang tertinggal yang membuatnya begitu heboh.

"Pak? Lemarinya jangan dibalik … ah," keluhnya begitu melihat lemari tempat ia menyimpan buku itu ditaruh terbalik.

"Aduh, maaf, Neng. Tanggung," sahut si Bapak yang membantu Qeela mengangkut barangnya untuk pindahan.

Qeela menghela napasnya. Tak lama ia tersenyum dan mengucapkan tidak apa-apa. Ya, tidak apa-apa selama lemarinya itu baik-baik saja.

Papap menghampiri Qeela dan menarik tubuhnya menuju teras rumah. Diusapnya kepala Qeela dengan lembut. Pria paruh baya itu seakan tak rela melepaskan anak keduanya yang harus terpisah tinggal karena keinginannya.

"Qil? Dengerin Papap. Biarin itu diurus dulu sama Bapak tukang. Nanti juga kalau mereka pergi pasti kabarin kamu," ucap Papap dengan nada lembutnya.

"Habis Qila tuh gak sabar, Papap. Papap ngerti, kan?"

Papap menganggukan kepala. "Iya, Sayang. Papap ngerti. Tapi kamunya juga sabar, ya? Tuh lihat, sebentar lagi selesai diangkut, kok."

Tiga puluh menit kemudian, barang-barang milik Qeela selesai dirapikan di dalam mobil bak yang besar.
Qeela berpamitan pada Papap dan berjanji akan kembali pada sore hari.

"Mama belum pulang dari rumah Teteh, lho, Qil. Masa kamu gak pamit sama Mama?"

Qeela terkekeh. "Qila kesini lagi kok, Pap. Nanti sorean kayaknya."

"Malem ini kamu tidur dulu disini deh, ya? Besok pagi Papap anter kamu ke unit."

Qeela menggelengkan kepalanya sembari tangan kanannya menarik tangan sang Papa.
"Gak usah, Pap. Qila mulai malam ini aja. Nanti kan ada Teteh juga. Jadi Qila bareng Teteh aja."

"Yaudah kalau maunya begitu. Hati-hati, ya?"

Qeela mengangguk antusias dan menggerakan tangannya yang kemudian menjadi gerakan hormat.

"Siap, Papap."

"Pak? Titip anak saya, ya?" ucap Papap pada Bapak yang kini akan menyetir mengantarkan barang-barang milik Qeela beserta sang pemiliknya.

"Baik, Pak. Saya jalan dulu."

Papap hanya memberikan kedua ibu jarinya. Selepasnya, mobil itu melaju menuju unit yang sudah Qeela nantikan.

Suasana Varco Apartemen itu tidak terlalu ramai begitu Qeela sampai. Wajar, waktu masih pagi dan mungkin saja orang-orang yang bekerja sedang beristirahat karena kelelahan akibat bekerja semingguan ini.

SADAJIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang