06. GENTA ITU TIDAK KUAT SUHU PANAS
****
TENGAH malam seperti ini bukannya tidur Genta malah asik merengek pada Nara yang sedari tadi terus menguap dan menggerutu karena kesal.
Laki laki itu terus bergumam tidak jelas karena kepanasan, bahkan kaos nya sudah dibuang asal. Ac di kamar tiba tiba saja rusak, Nara sudah menghubungi service ac sore tadi, namun tidak kunjung datang.
Nara yang tahu Genta sudah terbiasa dengan udara dingin dan tidak tahan suhu panas sudah menyuruh untuk pindah kamar saja, tapi Genta malah tidak mau, karena alasan ia tidak terbiasa tidur selain kamar sendiri.
"Gerah banget sih ni kamar,"
Nara berdecak pelan karena pusing sendiri "Pindah kamar aja ya?"
"Gue ga biasa tidur di kamar lain,"
"Ya udah diem dong!"
"Ck! ga bisa, gerah," sentak Genta pelan, wajahnya sudah memerah dan dibanjiri keringat. Nara tahu laki-laki ini tidak kuat panas.
Masih ingat dulu waktu masih sekolah, setiap habis selesai upacara pasti wajah Genta selalu memerah dan penuh keringat karena panas cahaya matahari.
Masih ingat juga setiap upacara selalu membawa baju ganti untuk ditukar di kamar mandi setelah upacara selesai. Tapi aneh nya laki laki itu tidak asem karena keringat, malah justru bau nya sangat Nara suka. Perpaduan keringat dan Parfum mahal milik laki-laki itu.
Alasan itu juga yang membuat Genta sering kali tidak ikut upacara.
Perempuan itu tidak lagi menyahut, tangannya dengan gerakan cepat mengipasi wajah Genta, dan kipas angin sebagai pembantunya.
"Udah dong, tidur! Ngantuk nih," ujar Nara sedikit merasa iba, tapi juga kesal, karena jika seperti ini Genta lebih rewel daripada Kian.
"Ga bisa, Nar" jawab Genta lemah "Gerah banget,"
"Terus gimana? Disuruh pindah ga mau,"
"Usap usap kepalanya," ujar nya sayu
Nara yang melihat keringat memenuhi pelipis sang suami, dengan sigap menghapus nya pelan. Lalu beralih mengusap pelan rambut Genta agar laki-laki itu merasa sedikit nyaman, dan bisa terlelap.
"Aku buka jendela nya dulu deh, biar angin bisa masuk," Kata Nara melepas pelukan Genta yang sedari tadi menyandar pada Dadanya.
Sedikit udara terasa lebih sejuk dari pada sebelumnya, Nara yang memang tidak terbiasa dengan Ac merasa udara ini cukup dingin, namun tidak dengan Genta yang sedari kecil memang sudah terbiasa dengan dinginnya Ac, terlihat laki-laki itu masih merengek kecil. Namun tidak separah tadi.
"Udah ga terlalu gerah kan?" Tanya Nara menunduk, menatap pada Genta yang menyandar pada dada sintalnya. Tangannya masih setiap mengusap dan mengipasi wajah laki laki itu.
"Hmm," sahut Genta dengan rambut yang sedikit lepek karena keringat.
"Tidur ya... tidur dong.."
Dengan penuh kelembutan sekali Nara mengusap peluh di pelipis laki laki itu. Mengusap rambutnya sesekali, lalu beralih pada punggung lebarnya. Mendekatkan kipas angin berharap Genta tidak kepanasan lagi.
Bahkan Perempuan itu dengan mudah melupakan lelah dan rasa kantuknya agar Genta merasa nyaman dalam tidur.
"Nar, kipas nya kenceng in," rengek Genta pelan
"Shttt.. udah tidur cepet,"
Lama dengan kegiatan yang dilakukan nya dapat Nara rasakan dengkuran halus dari manusia dipelukannya.
"Kalau mode manja gini, lebih rewel dari Kian. Gue yang capek," Nara menatap wajah Genta yang yang menghadap padanya dengan gemas "Tapi gue, suka."
Nara lalu beralih pada jam dinding didekat nakas. Tepat menunjukkan pukul 2 malam. Terhitung lebih 5 jam acara rengekan Genta selesai. Selama itu juga Nara menahan kantuk. Tapi tidak apa, keluarga prioritas bagi Nara.
******
Gentala, sebesar itu perhatian Anara padamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMANTARA
RandomTentang Gentala Alfian, seorang laki laki dengan berbagai sifat yang tidak bisa dibaca. Terkadang berubah menjadi begitu hangat, namun bisa menjadi tidak tersentuh. Dan takdir mempertemukannya dengan Anara Jeyna Serra, dalam hubungan Suami istri kar...