05

97 14 0
                                    

"Shuyang baik-baik saja, tapi saya harap jangan biarkan dia merasa terlalu lelah untuk saat ini." Ucap Fransisca.

"Syukurlah terimakasih dokter."

"Saya permisi dulu." Ucap Fransisca lalu melenggang pergi menuju ruangannya.

***

"Gimana pa?" Tanya Zeyu tiba-tiba.

"Shuyang baik-baik saja." Jawab papa Minho.

"Bukan tentang Shuyang, tentang yang kita bicarakan semalam." Zihao mengingatkan.

"Papa belum bicara dengan pihak kepolisian. Setelah rapat tadi papa langsung datang kemari."

"Papa kan udah janji." Protes Zeyu.

Papa Minho menghela nafas berat, "nanti sore papa pergi,"

"Papa beneran gak sayang sama Rui?" Zeyu bertanya.

"Mana mungkin? Rui itu anak papa juga. Gak ada di dunia ini orang tua mau ayah ataupun ibu yang benci sama anaknya sendiri." Jawab papa Minho menatap sendu Shuyang yang sedang terbaring dengan mata terpejam. Setelah pemeriksaan dan minum obat tadi, Shuyang tertidur pulas.

Mendengar itu Zeyu mengukir senyum tipis dengan mata sendu yang menatap lantai putih bersih disana. "Kalau papa gak benci Rui, kenapa papa gak pernah perlakukan Rui sama kayak papa perlakukan kita? Papa tau? Rui selalu nangis di malam hari, dan tersenyum disiang harinya. Pasti rasanya sakit banget pa, dia yang selalu merasa buruk itu membohongi diri sendiri dengan tersenyum didepan kita, tapi Zey bersyukur Rui punya Linma yang selalu ada untuk dia dan siap mendengar semua yang gak bisa Rui ceritain ke Zey."

"Papa tau? Ada satu hal yang buat Zey merasa sangat terpukul. Kenapa Rui gak pernah cerita apa-apa ke Zey? Apa Rui terlalu gak percaya sama Zey? Zey tau Zey salah karena selalu bersikap acuh saat papa omelin dia dulu, tapi sekarang Zey ngerti gimana perasaan Rui, tolong ya pa… lakuin ini untuk Shuyang dan Mingrui." Zeyu memohon.

"Qi, kamu tunggu disini jaga Shuyang. Papa dan Zeyu akan pergi ke kepolisian. Jaga mereka baik-baik." Pesan papa Minho.

"Siap pa, Zey terimakasih udah lakuin apa yang seharusnya gege lakuin." Ucap Zihao.

"Itu juga tugas Zey."

***

Mingrui menendang batu-batu kerikil yang berserakan di jalanan. Dia sedang merasa sedih karena melihat papa dan mamanya yang sangat mencemaskan Shuyang dan mengacuhkan dirinya. Karena merasa menjadi pengganggu Mingrui pergi ketempat favoritnya, iya tempat yang sunyi dan jarang dilintasi oleh masyarakat.

Dalam hati dia selalu bertanya-tanya kenapa papa dan mamanya hanya menyayangi saudaranya yang lain dan melupakan dirinya?

Saat matanya mulai memanas, dia menutup matanya dan membiarkannya mengalir dengan bebas… cukup sampai disini dia menahan semuanya sendiri. Hari ini dia akan mengakhiri apa yang membuatnya selalu merasa buruk. Hidupnya sendiri.

Saat ini dia berdiri di atas sebuah jembatan yang dibawahnya terdapat sungai yang cukup dalam, itu cukup untuk membuat dirinya tiada. Dia sudah tidak memikirkan soal kakaknya Zeyu yang kemungkinan akan merasa sangat sedih jika tau dirinya mengakhiri hidupnya. Tapi dia sudah lelah sangat lelah…

"Maaf ge Rui udah gak kuat lagi…" dibawah senja yang indah dia menangis menatap arus air yang cukup deras dan dapat membuatnya terbawa arus jika dia benar-benar melompat.

Mingrui menangis dengan senyum yang perlahan terukir di sudut bibirnya, sebentar lagi keinginannya untuk pergi akan segera terwujud… dia menaiki pagar pembatas sungai dan berniat untuk segera melompat dari sana…

"Lee Mingrui!"

Orang yang memanggil Mingrui tersebut menarik lengan Mingrui dan memaksanya untuk turun dari pagar pembatas.

"Kamu gila! Kenapa kamu mau lompat mau papa mama nangis? Jangan lakuin hal bodoh kayak gitu gege mohon Rui!" Bentak Zihao menatap tajam Mingrui dengan tangan yang tidak melepas pegangannya.

Ya, dia Zihao selepas papa Minho dan Zeyu pergi dia juga pergi mencari Mingrui dan betapa terkejutnya dia saat melihat Mingrui sedang melakukan hal gila untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

"Lepasin Rui ge… Rui gak mau hidup lagi tolong ge ijinin Rui pergi sekarang, Rui udah gak bisa tanggung semuanya lagi…" lirih Mingrui.

Zihao merengkuh tubuh Mingrui, "kamu jangan bilang gitu, sekarang ikut gege ke rumah Linma ya, kamu gak bisa ketemu Shuyang untuk sekarang. Jangan pernah berpikir kamu bisa tinggalin gege, gege masih belum bisa tebus semua kesalahan gege ke Rui, jangan gini lagi ya?" Zihao melepaskan pelukannya dan menatap Mingrui dengan tatapan berharap Mingrui akan menjawab iya.

Mingrui mengangguk dengan kepala menunduk dan air mata yang mengalir, untuk pertama kalinya setelah 4 tahun lalu Zihao memeluk dirinya, itu terasa sangat nyaman dan hangat.

Tiba-tiba Mingrui meringis pelan, membuat Zihao panik dan merasa khawatir.

"Rui kenapa?" Tanya Zihao.

Mingrui menggeleng tidak tau dengan kondisi tubuhnya sendiri, perlahan tapi pasti rasa sakit itu mulai membuat kesadaran Mingrui menurun dan berakhir di pelukan Zihao yang masih diam tidak mengerti.

***

Sejak kembali ke rumah sakit dan menitipkan Shuyang pada Hanyu, Zihao terus mondar-mandir didepan IGD. Dia dilarang masuk karena sejak tadi dia terus mengatakan pada Mingrui yang masih belum sadar kalau Mingrui tidak boleh mati. Dan itu tentu sangat menganggu untuk Sea yang sedang memeriksa kondisi Mingrui.

Saat pintu IGD terbuka, Zihao refleks berhenti mondar-mandir dan menghadap Sea yang juga sedang menatapnya.

"Zihao tolong panggilkan dokter Fransisca kami akan membawa Mingrui ke ruang Rontgen. Tolong cepat dia yang kita butuhkan sekarang. Jantung Mingrui tidak normal." Perintah Sea seraya ikut berlari bersama bangsal yang sedang didorong oleh para perawat untuk membawa Mingrui keruangan tersebut.

"Se-separah itu…? Rui kok bisa…?" Zihao meneteskan air matanya masih tidak percaya. Setelah menetralkan emosinya dia berlari menuju ruangan Fransisca berada.

"Rui jangan takut gege tau kamu pasti baik-baik aja."

I Want To Be Happy [Gou Mingrui✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang