SAMPAI sekolah Kiri langsung badmood. Alasannya? Simple, ternyata Nath mau jemput Tsireya dulu sebelum pergi kekantor setelah mengantarnya dan Tessa sekolah. Dari mana Kiri tau? Tsireya menelpon kakaknya itu dan meminta jemput, Nath tentu saja menyetujuinya, toh mereka satu kantor.Sejauh ini Kiri masih belum tau apa hubungan Nath dan Tsireya, tapi bisa sedekat itu dengan Nath yang anti banget orang asing kan berarti Tsireya spesial.
"Woy, Ri!"
Panggilan itu membuat Kiri menoleh setelah mobil Nath pergi dari halaman sekolah, ia melihat sahabatnya yang tadi memanggilnya, Jane Wisten.
"Aku sekolah dulu ya?" Tessa yang ada disampingnya bersuara, Kiri merunduk dan mengangguk.
"Have a nice day sweetheart!"
"Thank you, Kiri!"
Jane melambaikan tangannya pada Tessa yang ia temui dijalan menuju gedung Sekolah Dasar.
Sekedar informasi, tempat Kiri, Louise dan Tessa sekolah ini digabung menjadi satu wilayah dan hanya dibedakan dengan gedung-gedungnya saja. Pembatasnya adalah sebuah tembok yang besar. Kiri dan Louise saat ini kelas 11 SMA, mereka berada dikelas yang sama padahal Kiri berharap banget mereka beda kelas.
"Louise udah sampe dari tadi, lo kemana aja? Tumben jam segini baru dateng," tanya Jane sembari menatap sahabatnya. "Untung OSIS lagi kumpul tadi."
"Kak Nath telat bangun."
"Tumben banget?"
"Alarmnya nggak nyala, hape lupa dicas."
"Walah... Gitu toh," Jane mengangguk mengerti.
Kedua gadis itu kemudian beranjak dari gerbang sekolah dan menuju kelas mereka, 11 IPS 2. Sampai dikelas, Kiri bisa melihat bangku Louise masih kosong tapi sudah ada tas milik cowok itu disana, paling-paling ke kantin atau nggak nyamperin dekel yang dia jadiin pelampiasan karena nggak bisa deket Tsireya.
"Tadi Rotxo kesini nanyain lo," kata Jane sambil tersenyum miring menggoda Kiri.
Kiri bergidik dan mendengus. "Nggak dulu, anak sekolahan gak ada duitnya."
"Eh tapi dia kan kaya tauuu!"
"Ogah kalo uang ortu, maunya kayak Kak Nath, udah bisa ngehasilin uang sendiri."
"Susah sih inimah, LCD-nya udah kena."
"Tai lo, Jane!"
Jane tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi suram Kiri. Dia tebak ada sesuatu yang berhubungan dengan Natheyam kakak sulung Kiri dan Kiri yang tak mengenakkan gadis itu.
Jane duduk disebelah Kiri, mereka memang duduk sebangku sejak kelas 10.
"Kenapa?" tanya Jane. Sejak datang ke sekolah wajah Kiri sudah mendung, tinggal menunggu Rotxo mengganggunya dan pastikan hujan badai akan datang.
Kiri mendesah. "Kak Nath berangkat bareng Kak Tsireya, berdua doang."
"Terus?"
"Ya itu, berdua doang."
Jane terdiam.
Tidak, lebih tepatnya tercengang.
"Lo beneran sesuka itu sama Kak Nath? Ya emang sih dia tuh standard cowok masa kini. Love language diembat semua ama dia." Kiri mengangguk setuju.
Natheyam Sully itu standard terbaik cowok.
"Tapi dia Abang lo anjir, Ri, move on elah."
Kiri berdecak sambil mengusap wajah Jane membuat gadis itu berteriak.
"Nggak segampang itu, lagian Abang tiri. Dia juga deket sama Kak Tsireya baru-baru ini doang, mungkin sekedar anter jemput nggak enak sama Om Tonowari kalo nolak," kata Kiri berusaha membuat dirinya sendiri tenang.
Jane cemberut, sakit juga dipikir-pikir jadi Kiri, dianggap adik doang nggak lebih. "Lo sejak kapan suka sama Kak Nath?"
"Sejak masuk SMP," jawab Kiri.
Mata Jane melotot. "Buset, 4 tahun lalu dong? Selama itu??? Nggak bosen apa lo?"
"Nggaklah, orang cakep begitu bosen. Paling beberapa kali makan hati," sahut Kiri seraya tersenyum miris.
"Sabar-sabar, udah takdir lo begini."
"Emang tai lo, Jane."
—
Kiri baru saja pulang sekolah dan menemukan rumah dalam keadaan kosong. Ternyata Mama dan Tessa yang pulang lebih dulu pergi membeli kebutuhan bulanan yang mulai menipis, kalau Louise paling nongkrong kerumah temen-temennya.
Kiri memutuskan untuk datang kekantor Papa, butuh waktu 30 menit untuk sampai disana. Gadis itu pergi ke kamar, menggantung seragam dan berganti pakaian semi formal. Kiri itu perduli banget sama penampilan apa lagi dia putrinya keluarga Sully. Tak lupa memoleskan make up dan kali ini pakai bedak karena udah beli sebelum pulang kerumah tadi.
"Perfect," pujinya pada diri sendiri saat melihat dirinya di cermin.
Terakhir, Kiri mengambil koleksi heelsnya yang paling bagus hadiah dari Papa minggu lalu setelah pulang kerja dari Inggris.
Walau kakinya suka lecet kalau dipaksakan lama pakai heels tapi Kiri nekat, kalau pakai heels menurut Kiri bisa membuat dirinya terlihat lebih dewasa jadi nggak jomplang sama Natheyam.
Gadis itu memesan grab mobil untuk pergi ke kantor. Ini masih jam 3 sore, gadis itu lebih dulu memberi kabar Neytiri kalau dia akan pulang bersama Jake dan Natheyam karena main ke kantor mereka.
Tak berapa lama kemudian grab mobil pesanannya datang dan Kiri pun segera melaju ke kantor.
—
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Your Sister!
Teen FictionKirisa Sully, putri kesayangan keluarga Sully. Parasnya bak Dewi Yunani, blasteran Jerman-Jepang. Cantik? Sudah pasti, kaya? Nggak usah ditanya. Tapi seperti kata orang, nggak ada manusia sempurna. Kiri yang seperti itu malah milih nyakitin diri sen...